3

278 67 5
                                    

"Sopan santun gue? Yaampun! Ketinggalan dirumah."
Arana Daniswara–








.
.
.












"KAMU bolos kelas lagi?"

Arana memutar bola mata malas. Clara terlalu ikut campur dalam kehidupan Arana.

"Jangan bertingkah kayak nyokap gue. Gue udah ganti, abis ini one on one kan?" Clara mengangguk.

"Tapi kenapa kamu cuma pake ta-"

"Bagus."

"Disekolah dilarang memakai tank top, apalagi jika itu memasuki kelas." Arana memutar bola mata lagi. Pakai tank top atau baju normal tidak akan membuat Arana menjadi kelihatan luar biasa.

"Bodo amat." Clara menghela napas. Arana itu keras kepala dan Clara sendiri cukup keras kepala, jadi, harus ada yang mengalah.

"Kamu dipanggil pak Ran."

"Pak Ran siapa?" Alis Arana tertaut samar. Memori  untuk mengingat miliknya memang kacau. Arana itu pelupa.

"Guru sejarah tadi, Ara." Clara menepuk dahinya.

"Oh, bilangin aja ke Pak Ran, nanti gue dateng setelah one on one." Clara kembali menepuk jidatnya keras.

"Itu guru kamu loh, Ara." Arana mengendikan bahu tidak peduli. "Gue nggak minta dia jadi guru gue." Arana membalas datar dan tajam.

"Dia ayahnya Elang loh, Ra."

"Pantesan muka Elang tadi asem. Tapi gue nggak peduli sih," Clara menghela napas frustrasi.

"Dia agent yang disegani loh, Ara."

"Mau agent terbaik kek, mentri kek, presiden kek, gue nggak peduli. Selama kita masih berpijak di bumi yang sama, gue anggap semua sama."

"Tapi kamu nggak sopan Ara."

"Gue ke sekolah cari ilmu Clara, bukan cari sopan."

"Tapi harusnya kau bersikap selayaknya manusia." Pandangan Clara dan Arana langsung teralih. Elang disana dengan wajah keras dan tatapan dingin. Kening Arana mengerut tebal.

"Trus maksud lo tingkah gue nggak kayak manusia?"

"Tidak sama sekali."

"Siapa?"

"Kau."

"YANG NANYA." Clara menahan tawanya, Arana dengan wajah kesalnya dan Elang dengan wajah datarnya.

"Lo boleh ngomong kalo tingkah gue nggak kayak manusia, terserah. Gue juga nggak tau kali, kalo pak Ran itu bokap lo. Sensi amat."

"Siapa?"

"Lo, lah Bambang!"

"Yang nanya." Dan Clara sukses tertawa. Dia harus berterima kasih pada Arana yang bisa membuat Elang berbicara lebih banyak.

"Dih, si anying ngajak berantem." Arana melotot kesal.

"Siapa?"

"YANG NANYA!" Teriak Arana frustrasi. Clara terbahak dan Elang masih dengan wajah datarnya pergi.

Arana menyumpah serapah. Semua nama binatang dia sebutkan.

"Arana, language."

"Sa bodo teuing." Arana langsung berjalan dengan kaki dihentak hentakkan.


I'm not AgentWhere stories live. Discover now