38

6 0 0
                                    


"Gue tau Elang sama Arka beda, dari muka aja kelihatan. Tapi nggak tau kenapa mereka selalu terlihat sama di mata gue. Selalu."
-Arana Daniswara

Arana menghembuskan asap rokok ke langit langit, disampingnya ada Elang yang tengah sibuk mengunyah ice cube. Entahlah Elang dapat darimana karena tadi Arana ke tempat ini setelah memastikan Jeno, Jaemin, dan Renjun tidak mengikutinya. Ketika ia sampai Elang sudah ada disana dengan gelas plastik berisi ice cube.

"Jadi hubungan lo, Angga sama Arka apa Elang?" Arana mengalihkan perhatiannya sementara Elang hanya menatap sekilas lewat ekor mata dengan mulut sibuk mengunyah.

Arana mendengus, "kenapa lo bisa punya bracelet yang liontinnya sama persis kayak punya dua temen deket gue. Detail kecilnya juga sama persis."

"Karena itu memang bukan milik mereka. Lambang itu milikku."

"Tapi itu mereka custom, buat sendiri di toko perhiasan." Arana menjawab kekeuh. "Lo kali yang ikut ikut mereka." Elang meletakkan gelas kosong lalu mengambil satu linting rokok.

"Mereka pernah tersesat di hutan milik keluargaku." Arana mengerutkan dahi, berusaha mengingat-ngingat.

"Mana ad--"

"Tiga tahun lalu, 20 april, mereka masuk ke hutan milik keluarga ku. Semua pohon disana memiliki ukiran lambang yang sama dan itu menyatakan mereka milikku. Mereka berdua masuk berita televisi karena hilang selama dua hari iya kan? Mereka tersesat di hutan ku. Mereka membawa satu pin milikku dari pohon yang sudah aku tandai."

Arana mengerjap, Angga dan Arka memang pernah menghilang selama dua hari, kedua keluarga kalang kabut bukan main sampai mereka memberitakan berita kehilangan. Arana juga ikut mencari waktu itu, di hari ketiga keduanya ditemukan bersamaan dalam kondisi babak belur di belakang halaman sekolah.

"Lo juga yang mukulin mereka?"

"Aku benci pencuri."

Arana mendengus kasar, "beneran nggak sih ini? Gue mau percaya tapi ntar bohong lagi."

"Tanyakan saja pada Angga jika tidak percaya." Elang menyesap lintingan nikotinnya perlahan sementara Arana mengangguk lalu menatap Elang Lekat.

"Lo nggak suka rokok nya ya?" Elang menggelengkan kepalanya, "tidak." Arana mendengus geli. "sama sih, ini malboro rekor gue cuma kuat habis enam. Rokok favorit lo apa Lang?"

"Mild seven."

"Rokok favorit lo apa Arka?"

"Mild seven."

Arana mengerjap sekali, "yang original bukan?" Elang menggelengkan kepalanya lalu menghembuskan asap rokoknya berlawanan arah dengan Arana yang kini menatapnya lekat. "mild seven yang menthol."

"Mild seven punya Japan tobacco? Yang apa Ka? Ori?"

Arka menggelengkan kepalanya seraya merogoh saku untuk mengeluarkan kotak rokok miliknya. "Gue lebih suka yang menthol."

"Kenapa?"

Ara mengerjap beberapa kali, "kenapa?"

"Dingin, aku suka sensasinya."

"Dingin, gue suka sensasinya."

Arana terpaku, sama persis. Jawaban Elang dan Arka sama persis, tidak ada satupun kata-kata yang berbeda kecuali cara mereka menyebut diri mereka sendiri.

Arana menyenderkan kepalanya lalu terkekeh tanpa suara, mungkin karena dia terlalu rindu dengan Arka, dan Elang mirip Arka, jadinya Arana sering nerasakan deja vu. Arana mematikan rokoknya yang sudah pendek lalu mengambil lintingan lain dari kotak rokok.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm not AgentWhere stories live. Discover now