Tekad

4.6K 290 0
                                        

Arka berkeliling area sekolah menempelkan kertas berisi foto-foto calon ketua OSIS yang akan bersaing dua minggu ke depan bersama OSIS lainnya. Arka sendiri sudah tidak mencalonkan diri karena ia sudah di kelas akhir dan harus fokus pada ujiannya.

Di sela tugasnya, ia juga memasuki satu persatu kelas mendata siapa saja yang akan ikut tes OSIS besok bersama beberapa OSIS inti.

Dalia yang awalnya fokus pada pelajarannya mengalihkan pandangan ke arah jendela melihat suasana ramai di luar. Ia sudah tahu jika ada pendaftaran calon OSIS untuk tahun ini.

Tok......Tok......Tok......

Suara ketukan pintu menghentikan gerakan Pak Agung yang sedang menulis materinya di papan tulis, "Iya, silahkan masuk!" titah Pak Agung memberikan izin.

Pintu kelas terbuka menampilakan sosok yang masih diperjuangkan oleh Dalia. Dalia memalingkan wajahnya ke arah lain tak ingin melihat ke arah Arka. Jujur saja, ia masih merasa kesal. Seana dan Anggi mengalihkan pandangan mereka ke arah Dalia. Ia tahu apa yang kini dirasakan oleh sahabatnya.

Suasana kelas yang tadinya sunyi langsung ramai ketika beberapa OSIS inti memasuki kelas mereka. Derap langkah yang semakin mendekat membuat Dalia memejamkan matanya.

Ia tidak munafik jika ia masih berusaha mendapatkan Arka. Tapi, perkataan Arka dan perkataan lelaki itu membuatnya bertambah semangat.

Flashback On

Dalia mendengus kesal menatap lelaki yang ada di hadapannya. Lelaki yang namanya tidak ia ketahui dan belum pernah ia lihat sebelumnya. Lelaki blasteran yang memaksanya menaiki angkot sekarang. Kendaraan yang tak pernah terlintas dalam pikirannya.

"Jutek amat" cibir lelaki itu membuat Dalia menatapnya tajam.

"Gara-gara lo gue naik angkot! Gue bahkan belum pernah naik ginian" dengus Dalia kesal.

Lelaki itu terkekeh menampilkan senyum manisnya, "Berarti ini pertama kalinya? Bagus deh kalau gitu, jadi gue yang pertama nemenin lo naik" pungkasnya santai membuat Dalia mendengus kesal lalu memalingkan wajahnya menghadap kaca belakang yang menampilkan kendaraan yang melaju tepat di belakang angkot.

Bunyi ponsel yang berada dipangkuan Dalia mengintrupsi lelaki itu spontan untuk melihatnya, "Lo suka sama Arka?" tanyanya menghentikan gerakan Dalia yang baru saja menyalakan ponselnya.

"Lo kenal?" tanya Dalia sedikit memincingkan matanya. Lelaki itu menganggukkan kepalanya mantap tanpa ada rasa ragu.

"Terus tanggapannya gimana? Dicuekin atau tidak dianggap atau yang lebih parahnya dibenci?" tebak lelaki itu membuat Dalia yang tadinya menampilkan wajah kesalnya menjadi terdiam menampilkan wajah datarnya.

Lelaki itu menghembuskan napas dalam lalu menatap Dalia lekat, "Lo cantik, tak seharusnya lo ngejar seseorang kayak dia" ujarnya tegas.

"Mungkin sebagian orang menganggap cinta itu buta, tapi lo seharusnya punya pemikiran soal itu" lanjutnya membuat Dalia menghembuskan napas dalam.

"Untuk apa lo mengejar seseorang yang sama sekali tak menganggap lo ada? Untuk apa lo berharap pada seseorang yang sia-siain lo? Untuk apa lo buang tenaga buat dia yang begitu membenci lo?"

"Lo itu berharga, jangan sampai orang-orang bisa menginjak harga diri lo dengan begitu mudahnya!" pungkasnya membuat Dalia mengarahkan pandangan kepadanya.

Lelaki itu tersenyum lalu menepuk bahu Dalia pelan. Dalia hanya diam tanpa menanggapinya. Di dalam hati, ia membenarkan apa yang dikatakan lelaki yang duduk berhadapan dengannya.

PRINCIPLEWhere stories live. Discover now