35⭐ Jaehyun🌟

4K 532 75
                                    

Jaehyun membuka matanya perlahan. Sangat silau. Dan kabur. Kepalanya nyeri, rasanya seakan mau pecah.

Oh, mungkin saja sudah pecah, Jaehyun tak tahu lagi. Yg jelas kepalanya berdenyut
hebat, menyakitkan, dan membuatnya ingin muntah.

Yg pertama dilihatnya adalah Ayah. Dia tertidur di samping Jaehyun. Jaehyun mengerjapkan matanya, lalu dia bisa melihat Jeffrey di seberang ruangan yg sedang membaca koran. Pipinya lebam dan dia memakai baju pasien, sama seperti dirinya.

Jeffrey tidak sengaja melirik Jaehyun dan mendapatinya sudah siuman. Dia langsung melompat lalu mendekati Jaehyun, melupakan luka di tubuhnya sendiri.

"Jaehyun! Lo udah siuman? Syukurlah... Yah, Jaehyun udah sadar, Yah!" sahut Jeffrey bersemangat.

Jaehyun mengernyit melihat wajah Jeffrey yg babak belur dan tangannya yg digips.

Ayah bergerak bangun, lalu menatap Jaehyun. Entah apa Jaehyun bermimpi, tapi jelas2 bisa melihat
kalau Ayah baru menangis. Ayah. Menangis. Bukan hal yg bisa diimpikan Jaehyun.

"Jeff, panggil Ibu sama Taeyong," perintah Ayah, membuat Jeffrey segera keluar.

"Jae, kamu udah koma hampir sejam," kata Ayah sambil menahan tangis. "Ayah pikir kamu nggak akan sadar
lagi."

Jaehyun tak menjawab. Otaknya dipenuhi pikiran mengharukan bahwa ayahnya tidak marah karna dia habis berkelahi, dan malah menangis.

Seakan belum cukup membuat shock, Ayah mengusap dahi Jaehyun dengan penuh kasih sayang.
Tak lama kemudian, terdengar suara Ibu yg tergopoh-gopoh masuk.

"Jaehyun!!" serunya sambil menghambur ke arah Jaehyun. Air matanya sudah berlinang-linang. "Ya ampun Jaehyun, Ibu sayang banget sama Jaehyun!"

Jeffrey bergabung dengan keluarganya, lalu menatap Jaehyun hangat. "Thanks, Jae," kata
Jeffrey tulus.

Jaehyun hanya tersenyum lemah menghadapi keluarganya. Diliriknya Taeyong yg sudah hampir
menangis di samping Jeffrey.

"Hai," bisik Jaehyun lemah.
Taeyong tersenyum, lalu mendengus sebal. "Bego," katanya, lalu terkekeh.

Saat ini, Jaehyun merasakan kebahagiaan yg luar biasa. Dia sampai merasa mati pun tidak apa2 kalau bisa mendapatkan perhatian yg selayak ini.

.
.
.

"Anak Bapak mengalami gegar otak," kata dokter Kuntul, dokter yg menangani Jaehyun.

"Dia sudah mengalami gejala2 vegetatif, pusing dan muntah2. Hal ini wajar saja, berhubung dia sudah mengalami koma selama hampir satu jam dan baru siuman dari operasi beberapa hari
setelahnya."

"Apa cukup parah Dok?" tanya Ayah khawatir. "Apa dia bisa sembuh?"

"Begini, Pak. Kemungkinan sembuh itu selalu ada, tetapi mungkin tidak seratus persen. Kita harus melihat perkembangan anak Bapak. Sejauh ini perkembangannya bagus, dia bahkan masih bisa mengingat semuanya dengan baik, tapi kita tidak tahu apa yg akan terjadi selanjutnya. Bapak harus waspada dengan gejala2 lain yg bisa timbul," jelas Dokter Kuntul.

Ayah dan Ibu saling melirik cemas. Jeffrey bisa melihatnya dari balik bahu mereka.

"Kapan dia bisa pulang, Dok?" tanya Ibu dengan suara gemetar.

"Setelah keadaannya membaik. Mungkin seminggu lagi dia boleh pulang. Tapi saat di rumah nanti, Anda harus melakukan pengawasan. Dia mungkin akan mengalami gangguan bicara, dan
mungkin juga gerakan. Lebih utama lagi, dia mungkin akan menjadi lebih sensitif dan ingatannya bisa melemah sejalan dengan waktu. Jadi, lebih baik menjaga perasaannya," kata dokter Kuntul lagi.

"Bapak dan Ibu harus rajin membawanya check up, terutama kalau dia sudah menunjukkan tanda2 tadi."

Ayah dan Ibu menghela napas secara bersamaan. Mereka sangat mengharapkan keadaan Jaehyun
cepat membaik, sehingga dia bisa dapat pulang secepatnya.

Jeffrey juga. Bahkan, tidak ada yg lebih diinginkannya daripada kehadiran kakaknya yg judes di
rumah itu sekarang.





-



Selama tiga minggu Jaehyun berada di rumah sakit, Taeyong selalu menemaninya. Sesekali Taeyong membacakan cerita dari buku yg dulu tidak bisa dihabiskan Jaehyun, yg ternyata ditemukan Jaehyun di lemari pakaian Jaehyun.

Jaehyun bukannya membaik.
Keadaannya saat ini bahkan jauh lebih menyedihkan daripada saat
pertama dibawa ke rumah sakit. Tubuhnya semakin kurus dan wajahnya pucat. Belum lagi Jehyun sering mengalami kejang secara tiba2, membuat Taeyong sempat histeris di awal2.

Seluruh keluarga sudah mulai pasrah dan menerima kondisi Jaehyun, tapi Taeyong belum. Taeyong masih belum bisa melihat Jaehyun menderita seperti ini. Jaehyun yg harusnya bisa dibawa pulang seminggu setelah operasi, akhirnya tetap berada di rumah sakit karna kondisinya yg buruk.

Jaehyun juga tidak bisa bicara normal. Dia sering berbicara gagap, dan tak jarang salah memanggil nama orang2 yg datang menengoknya. Untunglah Taeyong selalu ada di sisinya, jadi Jaehyun tak pernah salah memanggil namanya.

Taeyong selalu menangis di tengah malam karna saat dia tertidur, mimpinya selalu sama. Selalu
tentang perkelahian siang itu.

Suatu hari, ia pernah bermimpi, Taeyong malah menyaksikan Jaehyun meninggal menggunakan baju putih. Taeyong jadi takut tidur. Akhir2 ini, dia jadi jarang tidur. Dia sangat takut mimpinya menjadi kenyataan.

"Taeyong?" bisik Jaehyun lemah di balik tabung oksigennya.
Taeyong segera menghapus air matanya. "Kenapa Jae?" tanya Taeyong sambil tersenyum.

"Kenapa kamu nangis?" bisik Jaehyun lagi.

"Nggak nangis," Taeyong memegang tangan Jaehyun yg kurus dan terasa dingin.

"Aku lagi berdoa buat kesembuhan kamu."

Jaehyun tidak menjawab Taeyong. Dia hanya menatap Taeyong lama. Jaehyun ingin selalu menatap wajah Taeyong sebelum dia melupakannya. Jaehyun tak mau melupakan Taeyong. Bukannya Jaehyun tak tahu. Dia sadar, selama beberapa hari ini dia sudah terlalu banyak melupakan apa pun. Ingatannya sudah tak sebaik dulu.

"Janji, Jae," Taeyong meletakkan tangan Jaehyun di pipinya.

"Jangan pernah tinggalin aku." Jaehyun menatap Taeyong lagi. Dia tidak bisa berjanji. Kepalanya akhir2 ini terasa sangat sakit hingga membuatnya tidak tahan, belum lagi dia sudah sangat
sering kejang2. Bukannya Jaehyun tidak mau berjanji -meninggalkan Taeyong adalah pilihan terakhir yang ingin dibuat Jaehyun- tapi Jaehyun juga tak tahu apa yg akan terjadi kepadanya nanti.

"Tae," bisik Jaehyun lemah. "Kalaupun cuma ada satu lagi doaku yg bisa dikabulin Tuhan, aku mau
hidup lebih lama lagi. Karna aku sayang kamu. Karna aku sayang keluargaku." Jaehyun berusaha
sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Aku juga sayang sama kamu, Jae. Sayang banget," kata Taeyong. Setetes air mata mengalir dari
matanya.

"Tae, jangan nangis. Please. Someday you'll live without me," bisik Jaehyun lagi, lalu terkekeh pelan.

"And I'll be watching you from heaven. Only if God trusts me to get there." Taeyong terdiam dan
hanya memelototi Jaehyun yg sudah berhenti terkekeh. Seenaknya Jaehyun bicara bercanda seperti itu
di saat2 seperti sekarang ini.

"All you have to know is, I love you. And I will always do, till death do us part." Taeyong kembali
menangis sambil mengawasi senyum Jaehyun yg perlahan memudar.

"I'll love you even though we're no longer alive. I'll love you more than you know," bisik Taeyong di
telinga Jaehyun, lalu jatuh tertidur di sampingnya.






To Be Continued


Besok last chapter yaaaa...
Seru x ya kalo Jaehyun nya ngelupain Taeyong dulu trus metong .. ehhh wkwkwkkw

hello, sunshine. (Republish)Where stories live. Discover now