19⭐ Dunia🌟

3.7K 651 47
                                    

Jaehyun menyandarkan kepala ke dinding sel. Kepalanya terasa sangat sakit dan berdenyut hebat.
Darahnya sudah mengering, tapi Jaehyun tak begitu peduli. Jaehyun sedang memikirkan bagaimana
nasib Taeyong.

"Jung Jaehyun ?" sahut seorang polisi muda. Jaehyun menoleh. "Kamu boleh keluar. Orangtua kamu sudah menjemput."

Dengan terhuyung, Jaehyun bangkit lalu berjalan dengan gontai. Ayah sudah menunggunya di
depan kantor polisi, ekspresi wajahnya mengeras saat melihatnya muncul. Dengan segera, Jaehyun tahu bahwa ini akan menjadi akhir hidupnya.
Seharusnya Ayah tak usah menjemputnya saja.

"BERAPA KALI AYAH BILANG, JANGAN BIKIN MASALAH LAGI!" sahut Ayah setelah
menempeleng Jaehyun untuk kesekian kalinya.

Jaehyun ambruk ke lantai dengan posisi berlutut. Jaehyun berusaha keras meredam emosinya yg
membuncah.

"IKUT TAWURAN! MASUK KANTOR POLISI! MAU KAMU APA SIH?! BELUM CUKUP KAMU
BUAT AYAH MALU??" sahut Ayah sambil menampar Jaehyun sekali lagi. Jaehyun bergeming.

"SELALU BIKIN MASALAH! SELALU BERKELAHI! KAMU PIKIR KAMU HEBAT, APA?! KAMU
MAU NANTANG AYAH, HAH??" Ayah menarik kerah baju Jaehyun, lalu mengangkatnya sampai
Jaehyun berdiri.

"AYO! PUKUL AYAH! KAMU HEBAT, KAN? KAMU JAGOAN, KAN? AYO!"

Jaehyun hanya menatap Ayah tanpa ekspresi sementara kedua tangannya terkepal erat2. Sekuat
tenaga, dia menahan diri. Jaehyun tak mau berbuat khilaf dengan memukul Ayah.

Ayah mengempaskan Jaehyun ke lantai sehingga kembali berlutut, lalu terduduk di sofa ruang
keluarga sambil memegang dadanya erat2. Jantungnya pasti kambuh lagi.

"Kamu ini Jaehyun, apa sih yang ada di otak kamu? Apa cuma berkelahi? Apa kamu nggak bisa
membuat Ayah bangga? Apa kamu bahkan nggak bisa membuat Ayah merasa punya seorang anak, bukannya preman?" keluh Ayah dengan volume yg jauh lebih kecil.

"Apa yg bisa membuat
kamu berhenti berkelahi, hah? Apa? Kematian? Apa kamu baru bisa berhenti setelah kamu
bunuh anak orang atau kamu mati? Apa Jaehyun?"

Jaehyun tak menjawab. Hatinya terasa terlalu sakit. Kalau Jaehyun bicara sekarang, Jaehyun pasti akan
berteriak, atau malah menangis.
Ayah mendesah pelan, lalu bangkit sambil memegangi dadanya. Sebelum pergi, dia melirik Jaehyun.

"Ayah nggak akan heran kalau suatu saat kamu yg menyebabkan kematian Ayah," kata Ayah
lelah, lalu terseok ke dalam kamarnya.

Selama beberapa menit, Jaehyun terduduk dalam diam. Matanya nyalang menatap sofa tempat tadi
Ayah duduk, pikirannya berkecamuk. Tak lama, Jeffrey masuk ke rumah dan menatap Jaehyun kasihan. Ibu muncul setelahnya, juga dengan tatapan yg sama. Taeyong, yg masuk terakhir, tampak berlinang air mata. Dia menekap mulutnya lalu segera berlari ke dapur.

Jeffrey mengamati Jaehyun, bibirnya bergerak seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi, dia urung melakukannya dan masuk ke kamar setelah menggelengkan kepala.

Ibu baru saja akan
menghampiri Jaehyun ketika Ayah berteriak dari dalam kamar meminta obat jantungnya. Ibu segera tergopoh-gopoh mencarikan obat untuknya, lalu masuk kamar.

Taeyong kembali dengan baskom penuh air, lap, dan beberapa balok es. Taeyong membantu Jaehyun
naik ke sofa. Jaehyun tampak sangat kacau. Bagian belakang kepalanya berdarah, sedangkan
pelipis serta mulutnya robek.

Jaehyun hanya menunduk. Dia tidak berani membalas tatapan Taeyong. Hatinya begitu hancur.
Taeyong memasukkan lap ke air yg sudah diberi es batu, memerasnya lalu mulai membersihkan
luka pada pelipis Jaehyun. Taeyong memegang pipi Jaehyun, lalu menariknya sehingga Jaehyun mau tak mau berhenti menunduk dan melihat Taeyong. Taeyong dengan sabar mengelap darah pada luka Jaehyun.

hello, sunshine. (Republish)Where stories live. Discover now