24⭐ Part Time Job🌟

3.3K 573 23
                                    

SABTU pagi, semua orang kecuali Ayah sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Jaehyun
yg biasanya bangun siang pun tampak sudah rapi dan wangi.

Jeffrey mengamati Jaehyun yg dengan seenaknya menjejalkan segala macam hal di meja makan -
selada, tomat, mayones, telur, saus tomat- ke dalam rotinya.

Setelah pembicaraannya dengan
Taeyong kemarin, Jeffrey merasakan sesuatu terhadap Jaehyun, entah apa. Sepertinya Jeffrey merasa Jaehyun memang sedang membutuhkan pertolongan, tapi Jeffrey tak tahu harus berbuat apa.

Jaehyun lah yg dulu selalu membantunya.
Jaehyun dapat merasakan tatapan Jeffrey. Jadi, Jaehyun balas menatapnya, mengira Jeffrey jijik terhadap racikan roti isinya, lalu menggigit roti itu dengan buas.

Taeyong terkikik melihat kelakuan Jaehyun.

Tak lama kemudian, Ayah keluar dari kamar dan bergabung ke meja makan. Ayah keheranan
melihat Jaehyun yg biasanya masih tergeletak di sofa, sekarang sudah berdiri dengan pakaian lengkap.

"Mau ke mana kamu?" tanya Ayah.

Jaehyun menatap Ayah sebentar, salah tingkah. "Hm... keluar, Yah," jawab Jaehyun tak jelas.

"Kamu pikir Ayah bodoh ya?" sahut Ayah dengan nada tinggi, membuat kegiatan di ruang makan terhenti. Mendadak, semua orang merasa tegang.

Jaehyun menatap Ayah tajam. Jaehyun tidak bisa mengatakan padanya bahwa dia akan berangkat kerja
paruh waktu untuk menambah biaya kuliah penerbangannya nanti. Ini sebuah kejutan, dan tidak akan mengejutkan jika diberitahu sekarang.

"Kamu ini kerjaannya main melulu," komentar Ayah, tapi sudah lebih tenang. Dia duduk di kursi makan.
"Kalau nggak ngacau, berantem. Pulang2 pasti bonyok, bikin malu keluarga saja."

Jaehyun terdiam menahan semua emosinya. Roti isinya seperti menyangkut di tenggorokan. Dia
dapat merasakan tangan dingin Taeyong menggenggam tangannya.

"Mau jadi apa sih kamu ini?" tanya Ayah lagi, sementara semua orang masih bergeming.

"Jangan2 selama ini kamu ngobat juga ya?"

Jaehyun merasa darahnya menggelegak dan naik ke kepalanya. Dia sudah tak tahan lagi. Tapi tangan Taeyong membantunya untuk tetap tenang.

"Aku kerja, Yah," kata Jaehyun tegas.
Reaksi Ayah begitu keras. Mata dan mulutnya melebar. Jaehyun menatapnya gentar. Tak berapa
lama, Ayah malah tertawa terbahak-bahak.

"Kerja? Kamu? Bisa apa kamu?" sahutnya sinis.

"Apa aja," balas Jaehyun mantap.

"Kerja di bengkel, di restoran, di mana aja."

Mendengar jawaban Jaehyun, Ayah terdiam sebentar. Dia lalu memukul meja keras2, membuat
semua orang berjengit di tempat masing2.

"Kamu mengejek Ayah ya? Kamu pikir Ayah sudah nggak sanggup membiayai kamu? Kamu
meremehkan Ayah?!" sahutnya dengan suara menggelegar.

Jaehyun tak menjawab. Dia tahu bahwa tak ada yg harus dijawab.

"Memang kamu anak kurang ajar!" sahut Ayah lagi. Sekarang dia sudah bangkit, rotinya
dilempar begitu saja.

Jaehyun sendiri sudah siap menerima apa pun darinya. Tapi, Ayah tak memukul ataupun menampar. Dia malah pergi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak tau kamu mau jadi apa... Ayah sudah pasrah...," gumamnya sambil meninggalkan ruang
makan menuju gazebo.

Jaehyun sempat berpikir untuk melupakan semua cita-citanya. Tapi kalau dia melakukannya, tak akan ada satu pun perubahan pada dirinya. Dan Jaehyun tak mau itu terjadi.

hello, sunshine. (Republish)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz