30⭐ He Has to Go🌟

3.3K 507 10
                                    

Keseluruhan tes berjalan dengan sangat melelahkan. Jaehyun tak tahu apakan dia bisa lulus atau tidak.

Pada saat tes kesehatan tadi, Jaehyun melihat dokter mengernyitkan dahinya saat mengecek paru-paru Jaehyun melalui stetoskop -dan mungkin akan lebih tercengang dengan hasil rontgen nanti.

Mengenai luka luka di wajah Jaehyun yg seperti menjelaskan bahwa Jaehyun adalah preman terminal, jelas dokter itu tidak begitu terkesan. Jaehyun sampai lelah karna tes yg berlangsung sangat lama itu.

Sekarang, Jaehyun tinggal menunggu hasil tes kesehatan itu, sambil menyesali hobi merokoknya,
karna bisa saja hal itu menjadi penghambat cita-citanya. Nanti setelah Jaehyun mendapatkan hasil
tes yg baik, baru Jaehyun akan diperbolehkan untuk mendapatkan Student Pilot Permit.

Sebelum itu, harus melakukan tes bahasa Inggris dulu dan Jaehyun yakin untuk hal yg satu ini.
Sepanjang perjalanan ke rumah, Jaehyun tak bisa menurunkan otot bibirnya. Semua orang di bus
disenyuminya. Dia sangat bahagia sekarang, mengetahui cita-citanya tinggal selangkah lagi.

Jaehyun membayangkan akan mengajak Taeyong terbang ke tempat2 romantis di seluruh dunia.

Jaehyun terduduk tegang saat tiba2, dia teringat sesuatu. Sesuatu yg sangat penting. Taeyong sudah
terlalu lama berada di Indonesia. Dia pasti akan pulang beberapa hari lagi, dan Jaehyun tidak menyadarinya. Atau mungkin saja Taeyong pulang hari ini, Jaehyun tidak tahu lagi. Jaehyun memukul kepalanya, menyesali kebodohannya karna selama ini tidak pernah bertanya pada Taeyong.

Di sisa perjalanan, Jaehyun berharap-harap cemas Taeyong masih di rumah.Ketika sampai, Jaehyun melihat rumahnya sepi dan gelap. Tak sorang pun ada di sana. Kalap, Jaehyun menggedor-gedor pintu rumahnya, tapi tak ada yg menyahut.

Jaehyun menjambak rambutnya. Tidak mungkin Taeyong pergi tanpa memberitahunya. Mungkinkah,
mungkinkah Taeyong sengaja tidak memberitahunya untuk membiarkannya pergi ke Deraya tanpa beban?

Jaehyun kembali menggedor-gedor pintu rumahnya keras2, darahnya sudah mencapai kepalanya.

"Kalo begitu caranya ngetok pintu, yg ada pintunya jebol," kata Jeffrey dari belakang Jaehyun.

Jaehyun berbalik, lalu mendapati Jeffrey sedang berjalan ke arahnya. Jeffrey melewatinya untuk membuka pintu sementara di belakangnya, tampak Ibu yg sedang mengangkut turun belanjaan, Ayah yg sedang mengunci mobil, dan Taeyong yg sedang tertawa-tawa sambil membawa sebuah bungkusan.

Entah harus lega atau kesal, Jaehyun hanya bergeming di tempatnya semula. Ibu melewatinya
bingung, Ayah juga, tapi Taeyong berhenti di depan Jaehyun melambai-lambaikan tangannya yg lentik
di depan wajah Jaehyun.

"Jae? Kenap-"

"Sini," kata Jaehyun dingin, lalu menarik tangan Taeyong ke luar rumah dan membawanya ke taman.

Taeyong sendiri menatap punggung Jaehyun bingun.. "Ada apa sih?"

"Kamu mau bilang, atau kamu sengaja nunggu aku lupa, trus tiba tiba mati shock waktu tau kamu
harus pulang ke Amerika mendadak?" sahut Jaehyun keras.

Taeyong terdiam sesaat, tatapannya berubah sedih. Taeyong menggigit bibirnya keras keras, tak langsung
menjawab pertanyaan Jaehyun. Jaehyun menyipitkan matanya curiga, lalu menghela napas.

"Ya ampun, kamu udah mau pulang. Iya, kan?!" sahut Jaehyun lagi.

"Kamu habis belanja buat oleh oleh, ya kan? Kamu udah mau pulang, kan?!"

Taeyong membiarkan Jaehyun berteriak-teriak. Taeyong sebenarnya tak ingin membuat Jaehyun sedih, tapi bagaimanapun, cepat atau lambat, rencananya untuk pulang pasti akan diketahui Jaehyun.

hello, sunshine. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang