23⭐ Focus🌟

3.5K 571 23
                                    

"Hai," sapa Somi begitu melihat Jaehyun di kampus, tapi langsung memekik ketika benar benar melihat
wajah Jaehyun. "Kenapa lo?" sahutnya panik.

"Nggak apa apa," jawab Jaehyun pelan. "Cuma begadang."

Somi memerhatikan Jaehyun yg berjalan gontai, tersaruk ke antara semak semak. "Jae! Lo nggak apa2 kan?"

"Duit," gumam Jaehyun, mulai berhalusinasi. "Gue butuh duit. Kurang nih."

Somi segera menangkap Jaehyun yg kelihatan hendak ambruk, lalu mendudukkannya ke kursi taman. Somi menatap Jaehyun cemas. Wajah Jaehyun sangat pucat dan matanya terlihat lebam.

"Jae, lo nggak sakau kan?" tanya Somi hati hati.

Jaehyun menoleh dan menatap Somi geli. "Gue udah kekurangan duit, buat apa gue sakau? Udahlah, tenang aja, gue cuma pusing berat."

"Lo abis ini ada kelas nggak?" tanya Somi, dan Jaehyun menggeleng.

"Kalo gitu, tunggu bentar ya,
gue cari es."

Somi segera berlari menuju kantin dengan mata terus mengawasi Jaehyun. Jaehyun punya banyak
musuh di kampus ini, dan mudah saja bagi mereka untuk menyerang Jaehyun di saat dia lemah
seperti ini. Setelah mendapatkan esnya, Somi cepat cepat kembali kepada Jaehyun.

Somi menyerahkan esnya pada Jaehyun. "Nih, lo kompres deh kepala lo."

"Thanks," Jaehyun menerimanya, lalu menempelkan es itu pada kepalanya yg hampir meledak.

"Duit buat apa sih Jae?" tanya Lala hati hati.

"Emang tadi gue bilang soal duit, ya?" tanya Jaehyun bingung.

"Iya, lo bilang duit lo masih kurang. Emang lo mau ngapain?" tanya Somi lagi.

"Nggak ngapa-ngapain. Anggep aja tadi gue ngigau," kata Jaehyun sambil kembali menempelkan es
pada kepalanya.

Somi mengangguk-angguk kecil. Jaehyun menatapnya, lalu mengetuk kepalanya.

"Nggak usah pasang tampang kayak gitu," kata Jaehyun.

"Ntar juga lo tau," sambungnya, lalu tersenyum memandang pesawat yg tiba tiba lewat di atas mereka.

Somi ikut memandang pesawat itu heran.

-

"Jeffrey! Lo niat nggak sih?! Konsentrasi!" sahut Reno, pelatih basket tim kampus Jeffrey.

Jeffrey berhenti berlari, menyeka keringatnya, lalu kembali menjaga Mingyu yg sedang berperan
sebagai lawannya. Tapi berulang kali, Mingyu bisa lolos dari pengawalan Jeffrey.

"Jeffrey!" sahut Reno lagi. "Lo pikir, kita lagi main main? Dua hari lagi kita final!"

"Kenapa gue dipindah ke guard?" protes Jeffrey kepada Reno.

"Kenapa? Kenapa, lo bilang? Coba lo pikir kenapa! Lo pikir, gue mau nempatin lo di forward trus
ngebiarin kita kalah dengan mudah?!" teriak Reno emosi.

"Tapi kemaren kita menang pas gue di forward!" sahut Jeffrey lagi.

"Lo masih belum ngerti juga, ya? Beberapa hari terakhir ini lo nggak bisa konsentrasi! Selalu
gagal shoot, walau lay up sekali pun! Sekarang, masih berani lo minta posisi?" seru Reno.

Jeffrey diam walaupun emosi. Dia sadar perkataan Reno ada benarnya.
"Sekarang, gue taro lo di guard lo malah ngelolosin semua lawan! Kalo lo terus-terusan kayak
gini, lo nggak akan gue turunin di final nanti! Inget itu!" sahut Reno lagi, lalu menoleh ke timnya
yg menonton. "Latihan sampe di sini dulu. Dan buat lo Jef, kalo besok lo masih kayak gini, lo tau
apa risikonya."

hello, sunshine. (Republish)Where stories live. Discover now