21⭐ Never Leave Ya🌟

3.7K 605 5
                                    

Jaehyun memukul pohon akasia keras keras sampai tangannya berdarah.

Jaehyun tidak peduli. Jaehyun terlalu kacau dan butuh pelampiasan. Setelah lima belas menit menjadikan pohon sebagai karung samsak, Jaehyun akhirnya terduduk kelelahan. Belakang kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan, rasanya seperti mau pecah. Suara denging memenuhi kepalanya.

Di antara dengingan itu, terdengar bunyi langkah seseorang. Jaehyun bersumpah demi Tuhan tidak ingin bertemu dengan siapa pun saat ini, tapi, yg muncul malah yg sedang dipikirkannya.

"Aku udah denger dari mereka berdua, Jae," kata Taeyong pelan.

Jaehyun tak berani memandangnya. Jaehyun telah berbuat kesalahan karna menyukai orang lain selain
Taeyong. Dan ini bahkan bukan kesalahan Taeyong, sebagaimana yg bertahun-tahun ini Jaehyun sangka.

"Tapi belum dari kamu," sambung Taeyong.

"Apa yg kamu denger dari mereka udah cukup," kata Jaehyun.

"Aku memang deket sama Somi
setelah kamu pergi. Waktu itu cuma dia yg peduli sama aku."
Taeyong menatap Jaehyun sambil menggigit bibirnya. Jaehyun memang pernah menyukai Somi.

"Jae, aku nggak sebaik yg kamu pikir," kata Taeyong sambil menghapus air matanya yg mulai
menetes.

"Jangan kamu pikir aku nggak marah. Jangan kamu pikir aku bisa begitu aja nyerah."

Jaehyun menatap Taeyong sedih. "Taeyong, aku nggak cukup baik buat kamu. Dari awal emang harusnya
bukan aku yg kamu pilih," kata Jaehyun pelan. Jaehyun ingin sekali memeluk Taeyong. Tapi Jaehyun harus menahan segala keegoisannya.

"Kenapa? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Bukannya itu hak aku buat milih? Sekarang kamu
yg harus milih! Kamu harus tegas, Jae!" sahut Taeyong.

"Apa kamu mau egois dengan
memperlakukan aku kayak gini? Atau... kamu malah pengen ngelepasin aku?"

Jaehyun tak menjawab Taeyong dan hanya menatapnya lama. Taeyong pun segera mengetahui
jawabannya. Jadi, Taeyong segera menangis.

Jaehyun menundukkan kepalanya, tak tahu harus berbuat apa. Ternyata, memiliki dua hal tidak selalu bagus. Jaehyun sekarang malah merindukan keadaannya dulu, saat dia tidak pernah memiliki apa pun.

"Jae."
Jaehyun kembali mendongakkan kepalanya. Satu orang lagi yg butuh penjelasan muncul, dan berdiri tepat di sebelah Taeyong.

Jaehyun merasa dunianya akan hancur dalam hitungan detik.
"Gue nggak pernah meminta lo untuk memilih," kata Somi sambil tersenyum getir.

Tangannya merangkul Taeyong yg terlihat bingung. "Lo tau gue nggak akan buat lo menderita lagi."

Jaehyun menatap Somi bimbang, tak mengerti dengan perkataannya.

"Jae, gue nggak menuntut apa pun. Masa sih, gue ngak bahagia liat lo bahagia? Gue cuma
pengen kita balik kayak dulu lagi, bersahabat. Kalo yg itu boleh kan Tae? " tanya Somi, lalu
tersenyum kepada Taeyong.

Mendadak, Jaehyun merasakan kelegaan yg luar biasa pada hatinya. Ternyata hal ini bisa juga
diselesaikan tanpa bunuh diri. Padahal, hal itu sempat terbesit dalam pikiran Jaehyun.

"Thanks, Som," kata Jaehyun tulus. Somi bergerak ke arah Jaehyun yg masih terduduk, lalu memeluk Jaehyun.

"That's what friends are for," gumamnya.

Perlahan, senyum Jaehyun terkembang. Dia menatap
Taeyong yg juga tersenyum. Jaehyun merasa, setelah ini, tidak akan ada lagi masalah yg bisa
menimpanya.

Jaehyun sudah memiliki Taeyong, dan sekarang, dia mempunyai tambahan seorang teman. Jaehyun tak bisa lebih bahagia dari ini.

-

"Ngaku aja, kamu tadinya udah pengen ngelepasin aku, kan?" tanya Taeyong malamnya di taman.
Taeyong benar benar berterima kasih Somi mau melepaskan Jaehyun.

"Aku udah pengen ngelepasin kalian berdua," jawab Jaehyun.

"Jujur aja, nggak punya apa pun
ternyata jauh lebih baik daripada punya dua sekaligus."

Taeyong menatap Jaehyun lama. "Jadi, kalo tadi Somi nggak ngelepasin kamu, kamu bakal ngerelain aku?"

"Aku mohon Tae, jangan minta aku jawab itu. Aku nggak mau kehilangan kamu, tapi aku juga
nggak bisa mengabaikan Somi begitu aja. Dia yg selalu ada buat aku kalo aku lagi susah," kata
Jaehyun pelan.

"Dan aku nggak nyangka dia berbuat kayak gitu. Jujur, aku tadi sempet ngerasa kalo lebih baik dia dulu emang bener ngekhianatin aku."

"Trus?" tanya Taeyong lagi.

"Untungnya aku cepet sadar, kalo aja Somi nggak ngaku, kami pasti bakal terus-terusan salah
paham," kata Jaehyun.

"Untuk sesuatu yg dia tanggung sendiri."

Memikirkan kata2 Jaehyun, Taeyong terdiam. Taeyong dapat membaca dengan jelas bahasa tubuh Jaehyun
yg terlihat lelah. Taeyong memang sakit hati dengan kejadian tadi, tapi ini tidak membuat perasaan
Taeyong berubah.

"Aku nggak minta kamu untuk mengerti aku," Jaehyun menoleh kepada Taeyong dan menatapnya
dalam dalam.

"Jadi, kalo kamu merasa aku nggak adil, aku nggak akan nyalahin kamu kalo kamu
ninggalin aku. Ini semua salahku."

Taeyong membalas tatapan Jaehyun yg benar benar memohon. Sesaat Taeyong merasa bimbang, tapi kemudian ditepisnya perasaan itu. Selama ini Jaehyun sudah cukup menderita.

Seharusnya, Taeyong
berterima kasih lebih banyak kepada Somi, karna sudah membuat Jaehyun setidaknya tetap hidup sampai bertemu dengan Taeyong.

"Aku ngerti." Taeyong meletakkan kepalanya ke bahu Jaehyun. "Tadi, aku seharusnya nggak
mendesak kamu buat milih. Maafin aku, Jae."

Jaehyun benar2 tidak percaya. Jaehyun pikir, Taeyong akan meninggalkannya. Jaehyun pikir, dia tidak akan punya kesempatan lagi.

"Kamu tau," kata Taeyong sambil menatap Jaehyun. "Mulai sekarang kamu harus ngasih kesempatan
kedua, karna semua orang butuh itu."

Taeyong kembali meletakkan kepalanya pada bahu Jaehyun. Taeyong dapat merasakan Jaehyun bahu Jaehyun
yg turun naik karna napasnya.

Taeyong akan melupakan semua masalah ini, karna bukan
sepenuhnya salah Jaehyun. Bagaimanapun juga, Taeyong memiliki andil. Kalau saja Taeyong sempat mencatat alamat rumah atau telepon Jaehyun, pasti tidak akan begini jadinya.

"Jangan ngertiin aku karna kamu ikut-ikutan Somi," kata Jaehyun kemudian.

"Tadi kamu sempet bilang kan, kalo kamu nggak sebaik yg aku pikir."

"Emang, tapi rasa sayang aku buat kamu melebihi rasa cemburu aku," kata Taeyong membuat Jaehyun terkekeh.

"Kalo gitu, aku bisa terus-terusan selingkuh dong," canda Jaehyun.

Taeyong mendelikinya. "Coba aja kalo berani."

Jaehyun tertawa kecil, merengkuh Taeyong, lalu mencium lembut puncak kepalanya.

Jaehyun bukannya tidak berani. Jaehyun tidak akan pernah meninggalkan Taeyong demi siapapun.
Tidak akan terbesit sebuah niat pun.


To Be Contiued

hello, sunshine. (Republish)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt