Empat belas

Mulai dari awal
                                    

Alana nyengir tak berdosa.

"Tau bu, marahin aja udah"

"Lu kompor banget si" alana menggeplak lengan aidan.

Aidan meringis sambil mengusap lengan yang habis di geplak oleh alana.

"Huuush udah! Ga liat ini lagi dirumah sakit?" Alana dan aidan langsung diam ketika di omeli oleh ibunya alana.

"Namanya juga remaja rin, kalo lagi jatuh cinta ya, seperti itu"

"Hah!?" Alana dan aidan serempak.

"Dih, tante apaan si"

Alana dan aidan saling tatap lalu mereka bergidik sendiri.

"Iya din bener, kan kalo cinta itu benci dulu baru sayang" ibunya alana dan mamahnya Rico tertawa berdua.

"Dih? Ibu tau apa soal cinta?"
Baru saja ibunya alana ingin ngomong tiba tiba pintu ruangan Rico terbuka dan melihatkan dokter beserta suster yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Bu Dina?"

"Iya, saya dok" Dina menghampiri dokter yang menangani Rico.

"Rico harus segera di operasi bu. karena kalau tidak, sedikit kemungkinan dia bisa bertahan bu"

"Lakukan yang terbaik untuk anak saya dok!"

"Baik bu, saya permisi"

Setelah dokter dan suster pamit pergi. Dina tiba tiba terduduk dan air matanya kembali lolos.

"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini"

"Din, kamu harus sabar. Kan kalau Rico di operasi juga bakalan sembuh" rini, ibunya alana mengusap lengan Dina.

"Tapi gimana dengan biaya rumah sakitnya rin? Itu pasti mahal banget."

Alana dan aidan menatap iba Dina sambil memikirkan bagaimana cara mereka membantu Dina.

"Tan, aku ada sedikit uang. Boleh ya aku Bantuin tante?"

"Aidan, tante ga mau ngerepotin kamu. Cukup kamu nganterin Rico ke rumah sakit, tante udah utang Budi sama kamu"

"Tante ngomongnya kok gitu? Aidan ikhlas kok ngebantuin tante"

"Bukan apa apa nak, tante takut orang  tua kamu malahan marah marah ke tante karena dikira tante ini morotin kamu"

"Tan? Kok mikirnya ke situ sih? Lagian orang tua aku juga ga masalah kok kalo untuk kebaikan. Gapapa kan Tan aku Bantuin tante?"

Dina tiba tiba berdiri dan memeluk aidan.

"Kamu ini anak baik, makasih ya nak"

"Iya Tante"

Dina melepaskan pelukan mereka berdua dan tersenyum ke arah aidan.

"Tan? Aku juga mau Bantuin tante ya?"

"Alana? Tante ga mau...."

"Gapapa kok Tan, alana punya celengan sendiri. Tadinya celengan itu buat alana kuliah, tapi.... ini demi nyawa dan itu temen alana sendiri dari kecil. Ga mungkin alana ngebiarin Rico menderita tante"

Dina tersenyum lalu memeluk alana.

"Terima kasih semuanya, tante seneng banget bisa ketemu sama kalian. Tante bakalan inget sama kebaikan kalian ya"

Alana mengelus punggung Dina yang Terisak.

"Tante ga boleh gitu, biar gimana pun dulu tante sering ngebantuin keluarga alana."

ALANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang