Ia hanya bisa melipat kedua tangannya di dada sebagai bukti bahwa hari ini ia sedang kesal. Matanya menatap kedua bocah laki - laki dan suaminya sedang bersimpuh ke arah dirinya. Kedua bocah itu menahan tawa tapi suaminya merasa khawatir. Rike tertawa ketika melihat kelakuan rumah tangga anaknya yang sesang melakukan lelucon. Lelucon bagi Rike tapi tidak bagi Iqbaal.
"Selamat pagi bunda," Alvaro dan Arvin menyatukan tangannya di dada sedetik itu Iqbaal mengikuti.
"Ayah udah usaha buat naik tapi ayah gak bisa, bun? Kasihan ayah hampir jatuh." Alvaro membuka suara membuat (Namakamu) menatapnya.
"Bunda gak mau denger penjelasan apapun dari kamu, Al! Bunda mau ayah yang ngejelasin semuanya!"
"Oke-oke! Jadi tadi aku ketemu sama pak Derajat pemilik pohon mangga muda yang kamu idam-idamkan. Tapi, istrinya dia juga sedang hamil, dia gak bisa nyerahin mangga mudanya begitu aja karena istrinya juga butuh! Ayolah sayang, mending kita beli aja dari pada gak ada sama sekali."
"Iya bun!" Arvin mengikuti.
"Kalian ini lucu ya, pagi - pagi udah nyembah tuan putri." Goda Rike menghampiri. "Ada apa sih?"
"(Namakamu) minta—"
"Gak usah ember kamu, mas!"
"Oke!"
Rike terkekeh geli, "kalo kamu mau nyari mangga muda di sebelah rumah juga ada. Kenapa harus mangga mudanya pak Derajat?"
"Iya bener, sayang. Masa aku disuruh nyuri?"
"Lagian pak Derajat juga tahu siapa yang mau minta mangganya, tinggal ambil aja kenapa ribet sih?"
"NAH KAN!! Ayah dibilangin, Alvaro udah suruh gaet aja tapi ayah malah nunggu pak Derajat keluar." Alvaro kompor.
"Alvaro, tadi perjanjiannya gimana?! Jangan ngasih tahu bunda soal itu, kan sekarang ayah di marahin bunda. Kasihan deh!"
"Bukan gitu, Arvin!"
"Kok ayah jadi marah ke Arvin? Coba yang ingkar janji siapa?"
"Alvaro juga sama."
BERSAMBUNG
POOR IQBAAL👇
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
