Prt19• Kesembilanbelas

7.1K 620 9
                                    

Good things, good day
Thank you, Mas Iqbaal

Hiruk pikuk keramaian di kantin kampus terdengar nyaring di telinga (Namakamu), setelah berdiam diri selama kurang lebih seminggu rasanya ia rindu dengan suasan kampus. Lorong yang di penuhi mahasiswa dan kantin; yang selalu ia kunjungi bersama dengan kedua temannya itu meski kadang Ajil sebagai sahabat (Namakamu) juga nimbrug di mejanya. Namun sekarang berbeda, hari ini ia akan makan siang di kantin bersama dengan suaminya tercinta.

"Capek ya?" Iqbaal menoleh dengan kaki yang masih berjalan ke arah kantin. "Kalo capek kita duduk dulu, kantin masih jauh kan?"

"Lagi berapa langkah kok, mas! Itu di depan."

Iqbaal dan (Namakamu) telah sampai di ambang pintu masuk kantin. Sangat ramai, namun masih ada tempat kosong yang bisa di isi. Iqbaal sempat berfikir bahwa bangunan yang di lapisi dinding kaca ada perpustakaan dan menakjubkan bahwa ia baru menyadari bahwa kantin di kampus istrinya semegah dan semewah ini. "Masuk, yuk?"

"Gila ini kantin gede bener," Iqbaal duduk di hadapan (Namakamu) masih memperhatikan setiap lekuk bangunan yang ada di hadapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gila ini kantin gede bener," Iqbaal duduk di hadapan (Namakamu) masih memperhatikan setiap lekuk bangunan yang ada di hadapannya. "Aku kira perpustakaan."

"Ini cuman kantin khusus untuk mahasiswa fakultas kedokteran, setiap fakuktas memiliki kantin yang berbeda jadi gak usah tercengang!"

Iqbaal meneguk ludahnya sulit. Matanya mengikuti gerakan punggung istrinya yang semakin lama semakin menjauh menuju ibu kantin di ujung selatan sana. Kemudian menatap lekat air putih berwadahkan botol berwarna biru tua itu.

"Tunggu masih dibuatin!" Anggukan Iqbaal mampu membuat istrinya memainkan ponsel.

"Kamu bawa air minum dari rumah?"

"Iya, aku mau batasi apa yang masuk ke perut aku. Aku gak mau beli es makanya aku bawa air putih."

Iqbaal tersenyum, "sayang banget sama kamu."

"Iya aku juga sayang."

"NANG NING NANG EE! NANG NING— loh, loh ini (Namakamu) bukan ya?" Pemuda itu duduk di sebelah (Namakamu) dengan tiba - tiba membuat jantungnya terkejut. "Lah iya bener, tumben banget lihat lo ke kampus!"

"AJIL!!" (Namakamu) menarik rambut gondrong bergelombang membuat pemiliknya meringgis kesakitan. "Gak usah ngagetin makanya!"

"Songong banget baru udah nikah, ye!" Ajil membuat Iqbaal terkekek—lucu juga. "Lagian baru nikah ngapa gak dapet ke kampus sih songong!"

"Gak usah ngomong lo, anak pungut!"

"BUK! BUK! KANTINI," Kelakuannya seperti orang hutan. "Yah brengsek di kacangin, awas lo ya gak gue bayar makan lo!"

"Ajil! Kenapa sih udah gede malah teriak - teriak kaya orang hutan, gak ada sopan santunnya!"

"Namanya juga biar di denger lo gimana sih?!"

"Gak usah teriak - teriak lo!"

Ajil tertawa kemudian melirik seseorang di hadapannya sedang menahan tawa, "dia siapa sih?!" (Namakamu) menoleh. 

"Lo gak ngasih tahu orang kampus ya kalo lo udah nikah, kok lo mauan aja di ajak makan bareng sama dia?!" Ajil sinis.

"Ini suami gue, tai!"

***

bersambung

Selamat malam semuanya.

Cuma mau ngasih info kalo ceritaku family goals sama adopted sister aku unpub karena mau di revisi besar - besaran.

Udah cuma itu aja, dan jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca. Sorry kalo misalnya ada typo berserakan dan hancur.

Thanks

Revisi : 1 Mei 2021

Little WifeWhere stories live. Discover now