05

28 6 3
                                    

Akhirnya ujian selesai. Liburan telah didepan mata, Dinda sudah menyusun rencana untuk liburannya dua minggu kedepan. Mulai dari rebahan seharian, menonton drakor kesukaannya, lalu berjalan-jalan dengan temannya, dan bertemu kangen dengan sahabat SMP-nya.

Dinda sudah mengidam-idamkan liburan yang sangat nikmat itu selama setengah tahun lamanya.

Itu kabar baiknya, tetapi kabar buruknya—Dinda tidak bisa bertemu Adnan dan teman-temannya selama dua minggu. Entah bagaimana dirinya nanti kalau tidak bertemu Adnan.

Mungkin baik-baik saja, dari luar. Tetapi hatinya ambyar, rindu menggebu, meronta meminta bertemu.

Apa sih, kak Adnan aja nggak kenal sama aku. Bahkan mungkin dia nggak tahu kalo aku ada didunia ini. Batinnya.

Lalu Dinda menghidupkan ponselnya, matanya tertuju pada tanggal yang tertera disana.

Dec, 23 2018

Dinda tersenyum melihat tanggal itu. Ya, besok hari ulang tahun Adnan yang ketujuh belas. Sedetik kemudian senyum Dinda berubah nanar. Toh, nggak bisa ngapa-ngapain juga, kan?

Mau surprise, lah emang Dinda siapa? Mau buat instastory dengan wajah Adnan, takut viral. Lantas Dinda harus apa?

Din

Sebuah pesan whatsapp muncul dilayar ponselnya. Dinda langsung membuka aplikasi chatting itu lalu mengetik balasan untuk Meila.

Ha?

Besok kak Adnan ultah

Iya

Ngucapin nggak?

Lah haha, emang lo berani?

Ya berani lah, kenapa pula?

Ya udah, beneran ya ngucapin

Iya
Tapi nggak usah barengan

Elah, ya udah gue ngucapin malem aja

Ok, besok kasih tau gue kalo lo udah dm dia

Selow, masa depan gue sendiri juga mah

Iya Din iya

Dinda menutup aplikasi itu lalu mematikan ponselnya, tersenyum sendiri dengan kalimatnya.

"Haha, masa depan" lirihnya.



Pagi ini Dinda merasa aneh, sudah jam segini tetapi dirinya masih berada dirumah. Hari pertama liburan, jadi tidak terbiasa. Lantas gadis itu memilih untuk mengirim pesan kepada Meila.

Gadis itu menyatakan bahwa dirinya ingin bermain kerumah Meila. Meila mengiyakan, Dinda pun bergegas.

Tidak sampai setengah jam Dinda sudah siap, lalu gadis itu izin untuk pergi dengan seseorang yang selalu setia mengantarnya kemanapun, siapa lagi kalau bukan kang ojol.

"Ma, Dinda pergi dulu!" pamit Dinda kepada Nita yang berdiri diambang pintu.

"Iya, hati-hati" pesan Nita yang langsung diiyakan Dinda. Lalu motor ojol itu melaju menuju rumah Meila yang cukup jauh dari rumahnya.

Demi satu orang, Adnan.

"Assalamualaikum, Mei!" panggil Dinda dari depan pintu rumah Meila. Tak lama Meila membuka pintu lalu mempersilakan Dinda masuk.

"Mau ngapain nih?" tanya Meila saat keduanya sudah duduk diruang tamu.

"Hehe nggak tahu" jawab Dinda. "Ada motor nggak?"

"Ada sih,"

"Kakak lo nggak kuliah kan?"

"Nggak kok. Mau ngapain?" Dinda menatap Meila sambil tersenyum tipis, seolah sedang mengirim pesan melalui telepati.

"Rumah kak Adnan?" tanya Meila.

"Hehe kuy,"

"Ngomong lah, kuy!" jawab Meila penuh semangat. Lalu kedua gadis itu pergi menggunakan motor menuju rumah Adnan.

"Lewat mana anjir" tanya Dinda saat mereka sudah mendekati rumah Adnan.

"Lewat depannya aja, kalo lewat samping ketahuan dong ah!"

"Ish nggak apa kali, ntar nggak keliatan kalo lewat depan"

"Terserah ah Din, malu tau" Meila terkekeh sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Dinda melajukan motor dengan pelan, sambil melihat-lihat rumah Adnan.

Pintu belakang rumah Adnan terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang sedang berjalan didalamnya.

"Anjir!!!" ujarnya, Dinda melajukan motor itu semakin cepat lalu langsung pergi dari sana.

"Dinda! Ketahuan pasti ah!" geram Meila. Namun keduanya cukup merasa puas telah berhasil bertemu Adnan. Lalu keduanya terkekeh dengan kebodohan sendiri, untuk kesekian kalinya.

•••

Nah karena ada yang nanya langsung keaku, kenapa ceritanya pendek banget? Ya karena biar kalian nggak cepet bosen bacanya. Aku maunya kalian menikmati cerita ini, dan aku nggak mau kejar tayang juga.

Jadi, nikmati aja setiap alurnya ya. Hope you enjoy it!

Kritik dan saran diterima, thank youuu!

It's YouWhere stories live. Discover now