03

43 6 10
                                    

Ujian kenaikan kelas semakin dekat, itu artinya semakin dekat pula hari perpisahan kelas 12. Ya, jujur Dinda belum siap untuk itu. Dinda masih ingin menikmati hadirnya Adnan disekolah. Dinda masih ingin menemukan sosoknya dikantin, dikoridor dan dimana saja disetiap sudut sekolah.

Dinda men-scroll layar ponselnya, tentunya sambil rebahan. Gadis itu menemukan sebuah foto yang baru saja diposting oleh Adnan. Buru-buru Dinda duduk lalu memeluk bonekanya erat.

Memandangi foto Adnan dengan balutan jaket bomber armynya. Hasratnya ingin memiliki, namun dia cukup sadar dia siapa. Adnan tidak pantas bersanding dengannya. Adnan pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dari dirinya.

Derita seorang pengagum rahasia, sakit dan pahit harus siap ditanggung. Tapi masih lebih baik mencintai dalam diam, daripada harus menyatakan lalu semuanya berubah.

Ting!

Ponsel Dinda berdenting, sebuah pesan whatsapp muncul dibagian top up. Dari Meila.

Din

Kenapa Mei?

Tadi gue lewat depan rumah kak Adnan

Nah, terus?

Dianya nengok
Malu sumpah
Gue pergi sama kakak gue, terus kakak gue nanyain gue liat apa, terpaksa gue bohong lagi liat-liat rumah, padahal mah liatnya kak Adnan

Ah, rindu gue sama dia
Jodoh sehidup semati

Jodoh ya, kayaknya cocokan sama gue deh wkwk

Ashiap.
Udah ah, gue mau lanjut stalking

Eh iya ya, kak Adnan post foto baru

Hooh, ganteng ya
Hah seandainya dia punya gue

Udah Din, besok aja lanjut ngehalunya ya

Hahaha yoi

Dinda menutup ponselnya, lalu melemparnya keatas kasur. Gadis itu menghela napas, memikirkan macam-macam cukup membuat kepalanya sakit.

Nanti kak Adnan kuliah dimana, apa gue bisa ketemu lagi sama dia?



Hari ini Dinda merasa sangat ngantuk. Jalannya saja malas-malasan, padahal kelasnya tidak begitu jauh. Tapi ya namanya sudah mager, pasti begitu. Setibanya dikelas, Dinda langsung melempar tas keatas meja, lalu memilih untuk tidur.

Baru sebentar matanya terpejam, bel masuk berbunyi. Terpaksa Dinda bangun meski matanya terasa berat. Saat itu juga Dinda melihat Meila yang baru datang.

"Kebiasaan, telat terosss" cibir Dinda.

"Hehe gue kan on time, bel bunyi gue dateng"

"On time banget yaaa" Meila menyengir kuda, lalu duduk disamping Dinda. Setelah itu pelajaranpun dimulai.

Ditengah-tengah pelajaran, Dinda merasa bosan, begitu juga dengan Meila. Keduanya memandang keluar kelas karena kebetulan keduanya duduk dimeja paling depan, selurusan dengan pintu.

Saat itu juga mereka melihat kelas Adnan yang sedang olahraga. Mereka sedang berlari dilapangan, Dinda dan Meila berdecak kagum. Adnan dan teman-temannya seperti didunia berbeda. Semuanya.

"Ih dia keringetan tuh," ujar Dinda dengan mata tak luput menatap keluar kelas.

"Ah kak Sultan juga keringetan, gemay" sahut Meila. Keduanya asik menatap mereka dari jauh, hanya itu yang dapat mereka lakukan.

"Ya udah, gue kak Adnan lo kak Sultan"

"Iya, lagian kak Sultan kan kaya raya, hidup terjamin mah kalo sama dia" Dinda terkekeh mendengar penuturan Meila.

"Kak Sultan beda agama woi haha"

"Ya udah sih, banyak juga kok orang nikah beda agama"

"Yeu lo kira gampang nikah beda agama"

"Kenapa? Ngomongin apa kalian?" tanya guru didepan. Dinda dan Meila tersentak dan saling diam.

"Eh, nggak bu" jawab Dinda. Dinda menyikut Meila namun Meila menundukkan kepalanya, keduanya terkekeh pelan dengan kebodohan sendiri.

•••

Votenya jangan lupa, luvs!

It's YouWhere stories live. Discover now