TUJUH BELAS: Kemah Rasa Bulan Madu

Mulai dari awal
                                    

'Cih gaya sekali dia.'

Padahal kita akan pergi ke hutan bukan ke tempat hiburan malam, apakah dia akan tebar pesona dengan para monyet dan kera di dalam hutan. Aku memilih memandang ke arah luar jendela mobil.

Desa identik dengan suasana senyap, jalanan berbatu, bebas macet, udara segar tanpa polusi, pepohonan rindang, suara jangkrik di malam hari, suara cicit burung di pagi hari, penduduk yang ramah.

Kami melewati area pegunungan yang indah, udara sejuk matahari cerah. Anugerah berupa panorama alam yang sangat indah, tiada duanya. Wah aku melihat persawahan yang terbentang luar,

Disepanjang jalan, adapun burung-burung berterbangan. Dibalik kaca mobil aku melihat petani yang sedang membajak sawah. Disisi lain padi-padi yang menguning pun mulai dipanen.

🍓🍓🍓🍓

15:35 satu jam kemudian,
kami sampai di depan pintu rimba. Di depan ada sebuah papan kecil bertuliskan:

_____________________
The Neverland Forest

GUNUNG CINTA
_____________________

Mobil kami berhenti di pos jaga depan pintu masuk.
“Sore dek, ada yang bisa saya bantu? ”Seseorang mengetuk pintu mobil kami.

“Permisi pak, saya mau tanya harga tiket masuk 2 orang berapa?” Keynal menurunkan kaca mobil.

“Satu orang pengunjung cukup dikenakan tarif Rp15000. Sementara biaya parkir mobil Rp5000.”

Keynal mengeluarkan selembar uang Rp100.000 kepada petugas yang berjaga. Beliau seorang bapak-bapak berusia sekitar 45 tahun. Setelah itu kita pun mendapatkan dua tiket masuk.

“Dek, ini kembaliannya.”

“Ah tidak usah pak, kembalian buat bapak saja.”

“Beneran dek.”

“Iya untuk bapak saja, saya ikhlas kok.”

Keynal tersenyum, bapak tua itu mengucapkan terima kasih dan Keynal hanya mengangguk ramah. Aku menyukai kebaikan hatinya itu saja.

“Oh iya pak, tempat sebelah mana ya?”

“Dari sini, adek masuk setelah itu belok kiri, di sana tempat parkirnya.”

“Baiklah terima kasih.”

“Sama-sama dan terima kasih kembali.”
Sahut bapak itu. Lalu Keynal mengarahkan mobilnya, menuju area tempat parkir yang tersedia.
Kami turun dari mobil. Keynal membuka pintu bagasi mengambil ransel. Dia hanya memperbolehkan aku membawa tas berisi bahan makanan yang cukup ringan untuk dibawa.

Sementara dirinya rela kesusahan membawa semua barang bawaan kami. Di area perkemahan kendaraan tidak diperkenankan masuk kecuali dalam keadaan darurat. Jadi, kami putuskan untuk meninggalkan mobil kami di lokasi parkir. Disini memiliki dua jalur kanan untuk pengunjung sementara jalan sebelah kiri khusus petugas.

Kami menaiki tangga batu, pagar pembatasnya yang terbuat dari kayu. Kami berjalan kaki memasuki hutan. Aku melihat di sekitarku begitu banyak kera dan orang otan yang bergelantungan di dahan pohon.

Disini juga ramai oleh pengunjung lokal, maupun traveller domestik. Kebanyakan wisatawan yang datang bersama keluarga, maupun muda mudi yang sengaja datang bersama pasangan mereka masing-masing.

“Yuk sayang.”

Aku kaget saat Keynal merangkul pundakku. Dengan cepat aku menepis tangannya, menjauhkan dia dari tubuhku.

Love Scenario [END-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang