Naya (Part Dua)

513 18 149
                                    


Naya merebahkan badan di atas kasur king zise-nya, cukup melelahkan juga hari ini ditambah Alex selalu memanasi agar segera membuka identitas dirinya di hadapan semua orang, tapi segalanya tidak akan semudah itu, walau ucapan Alex juga ada benarnya.

Semua bualan Irma tentang keluarga Wijaya benar benar membuatnya muak, namun Naya sudah mulai nyaman dengan statusnya sekarang, setidaknya dia tidak harus bertemu dengan orang orang yang memperlakukannya dengan baik, namun menyimpan maksud busuk dibaliknya.

Kekayaan dan kepopuleran yang ia miliki menarik perhatian banyak orang, tapi siapa sangka jika semua itu membuatnya sering dimanfaatkan.

Di sekolah baru ini, dia ingin terbebas dari semua orang orang itu, namun bisakah dia bertahan? Di sisi lain, karena keadaanya yang terlihat miskin, baju seragam lusuh yang sering ia kenakan selalu menjadi bahan ejekan dari teman teman barunya. Sampai saat ini Naya bingung harus bagaimana.

Sebuah ketukan pelan terdengar dari balik pintu kamar Naya.
"Naya, boleh kakak masuk?" Itu suara Narendra, kakinya melangkah masuk lalu duduk di samping Naya.

"Kata bik Surti, kamu belum makan dari siang tadi, kenapa?" Tanya Narendra, lembut. Ia tau ada sesuatu yang terjadi, tetapi pemuda dengan setelan jas yang masih lengkap itu ingin mendegarnya sendiri dari Naya.

Naya bangun kemudian duduk bersila, air matanya tampak menggenang, ia ingin menyembunyikan kesedihannya, tapi tidak pernah bisa jika di hadapan Narendra.

"Kak, kenapa jadi begini?"

"Kakak kan pernah bilang, apa pun yang kita lakukan, baik buruk, resiko sudah pasti ada dan kita juga harus siap dengan resiko itu."

"Tapi bukan resiko kayak gini yang Naya inginkan." Naya mulai terisak lagi.

"Jadi harus bagaimana?"
Naya bingung harus menjawab apa, Narendra tersenyum teduh.

"Sini..." Narendra merengkuh Naya ke dalam pelukannya lalu menepuk nepuk puncuk kepala gadis itu dengan gemas.

"Nggak usah terlalu dipikirin, kamu jelek kalau lagi galau."

"Apa, sih kak, nggak lucu tau."

"Biarin, nah sekarang kamu makan ya, pura pura miskin kan juga butuh tenaga."

"Kakaaaaak...!" Naya melempar bantal ke arah Narendra yang kini berlari menghindari lemparan itu, Narendra terlihat menari jaipong dengan asal asalan mengejek lemparan Naya yang tidak tepat sasaran.

"Weeee... nggak kena, Weee... hahaha" Seru Narendra mengganti tariannya dengan goyang itik, sangat kontras sekali dengan penampilannya sekarang. Para staf dan petinggi perusahaan mungkin akan mengadakan penyangkalan besar besaran bahwa orang yang sedang berjoget itu bukanlah atasan mereka, menilik dari kepribadian Narendra yang nyaris tanpa senyum saat di tempat kerja.

Sesaat Naya menyadari bahwa orang gila di hadapannya ini masih mengenakan setelan jas lengkap, itu artinya Narendra baru saja tiba di rumah, saat ini dia pasti sangat kelelahan, tetapi ia rela mengurangi waktu istirahatnya demi menghibur Naya. Naya kembali terisak merasakan ketulusan Narendra padanya.

"Loh, kok nangis lagi?" Pria berpostur tinggi itu buru buru menghampiri Naya.

"Makasih, kak." Ucap Naya tulus sambil memeluk Narendra.

"Iya, sama sama Nay..."

***

Pagi hari di parkiran, Alex duduk di jok motor sport-nya menunggu Naya datang, laki laki berhidung mancung itu sesaat memperhatikan jam yang melingkari pergelangan tangannya.

"Naya...!" Teriak Alex ketika Naya terlihat berjalan melewati gerbang sekolah, Naya lalu mencari sumber suara itu, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman indah saat dua manik matannya menemukan Alex berlari ke arahnya.

Hanya Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now