Warung 5

123 4 0
                                    


Lena bengong sambil menopang dagu dengan kedua tangan. Ia jadi bosan lagi. Tak ada pelanggan yang bisa menjadi hiburan. Setidaknya kalau ada, tentu sesekali ia bisa mengajak ngobrol walau pembahasannya pendek-pendek. Jadi, tidak sekedar dapat uang.

"Diyoo ...."

Nama itu terus menggema di kepala Lena.  Dengan kesal ia mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Sejak diberi tahu Ira tentang reuni yang bakal diadakan oleh teman-teman SD-nya. Lena nyaris tak berhenti memikirkan bocah kecil di masa lalunya itu.

Apa sewaktu SD ia tak sepolos yang dia ucapkan? Apa cuma tampangnya saja yang kelihatan polos? Ternyata dulu ia sempat suka pada salah satu teman sekelasnya yang bernama Diyo. Dan mungkin saja rasa suka itu belum juga menghilang.

Menurut Lena, Diyo adalah cowok terkeren yang pernah ia temui. Dia juga pintar. Terbukti dia sering menempati ranking kedua setelah Boby di peringkat pertama dikelasnya. Ini adalah rahasia. Rahasia yang ia sembunyikan bahkan dari sahabat karibnya sendiri.

Saat Lena masih bergaya bengong, Rendra muncul dengan pakaian yang sudah rapih. Lena yang masih setengah sadar dan setengah takjub menghampiri Rendra yang berubah keren sore ini.
Sebelum Lena melontarkan sebuah pertanyaan dari mulutnya, Rendra yang dapat membaca raut wajah perempuan itu dengan jelas langsung memberi penjelasan,

"Lo ingat 'kan tawaran temen lo waktu itu?"

Lena mengangguk paham sambil  membentuk huruf O dibibirnya.

"Jadi sore ini lo bakal manggung di kafe Ira?" Kali ini Rendra yang gantian manggut-manggut, "Wah, kalau gitu semoga sukses, ya. Moga-moga lo bisa dijadiin penyanyi tetap di sana. Jadi lo nggak perlu lagi panas-panasan ngamen di pinggir jalan."

"Amiin."

Di tengah perbincangan mereka yang terdengar seru. Terutama Lena yang paling bersemangat tiba-tiba dialihkan pada kendaraan roda empat yang berhenti tepat di depan mereka.

Keduanya menunggu dengan rasa penasaran, siapakah yang akan keluar dari mobil silver itu. Lena dan Rendra sesaat berpandangan penuh tanda tanya kemudian kembali fokus ke mobil super kinclong itu.

"Hai semua," sapa Ira ketika turun dari mobilnya. Lena benar-benar terkejut sekaligus terkesima. Tapi Ira sedikit kecewa. Bukannya menyambut dan mengomentari penampilannya yang tampil elegan hari ini, tapi malah lebih memilih mempelototi mobilnya yang kaku dan tidak akan mampu memperlihatkan rasa bahagia bila dipuji setinggi langit pun.

"Mobil baru lagi, Ra?" tanya Lena setelah puas mengamati mobil berwana silver itu. Ira mengangguk bangga.

"Mobil ini yang nantinya bakal gue pake buat acara reunian kita. Keren 'kan?"
Lena tidak menjawab. Hanya saja,  dari caranya mengagumi mobil baru Ira, Lena sudah pasti sependapat dengannya.

"Ren, lo udah siap 'kan?" Ira menatap laki-laki itu amat teliti dari atas hingga ke bawah lalu balik lagi menatap wajah Rendra dengan ekspresi terpesona.

Rendra mengangguk mantap.

"Kalau gitu kita bisa berangkat sekarang?"

"Bisa."

"Yaudah, Len, kita pergi dulu."

"Oke. HADIJA, ya," ucap Lena sambil melambaikan tangannya. Kedua orang yang paling dikenalnya ini kompak  mengernyitkan dahi. Lena yang tahu letak kebingungan mereka sejenak tertawa geli.

"Maksud gue, hati hati di jalan."

"Oo, gitu," sahut Ira. Tanpa banyak bicara lagi, Rendra dan Ira masuk ke mobil dan mengambil posisi duduk masing-masing.

"Good luck, Guys." Lena mengangkat Sebelah tangannya tinggi-tinggi ketika mobil Ira bergerak meninggalkannya.

"Hhh, sendirian lagi deh," gumam Lena. Ia menyeret kakinya masuk ke dalam warung. Tangannya meraih remote dan menyalakan TV kemudian bersandar di kursi dengan gaya malas.

Hanya Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now