Warung 2

236 5 6
                                    


Suara mesin mobil berhenti di depan warung Lena diikuti pintu yang ditutup. Gadis itu hanya bergeming seolah tak peduli siapa yang datang. Perhatiannya tetap fokus pada layar TV. Sesekali mulutnya berdesis akibat pedas dari mie dalam cup yang ia makan.

"Serius amat nontonnya?" kata Ira sambil melongok ke dalam warung. Sekilas Lena melirik kearah sobatnya.

"Eh, elo, Ra." Lena menggeser posisi duduknya. Tanpa perlu dikomando, Ira segera mengambil posisi duduk didekat Lena.

"Wuih hebat!" Ira kini ikut menatap takjub ke layar TV, "Itu bukannya Iko Uwais, ya?"

Lena mengangguk. "Itu film barunya."

Ira segera berdiri memilih camilan untuk dimakan sambil nonton. Tak lama kemudian ia kembali dengan sekotak kue berbentuk bulat yang menarik perhatiannya. Ia tampak mengamati sebelum memakannya.

"Kue apaan nih? Hmm, lumayan juga," tanya Ira lalu mengomentari. Lena menoleh.

"Oo, itu namanya onde-onde rasa dodol. Mu'in nitip lagi buat dijual disini."

Ira menganggukkan kepala.

"Ada lagi tuh di dekat toples permen." tunjuk Lena. Ira mengikuti telunjuk yang diarahkan sobatnya.

"katanya itu roti goreng berhadiah kupon." Ira sedikit terkejut mendengar penuturan Lena.

"Kupon?"

"Iya, nanti yang beli roti goreng itu bakal nemuin kupon di dalamnya. Kalau nanti yang dapatnya gambar roti berarti boleh ambil satu lagi tanpa bayar. Kalau tulisannya zonk berarti nggak bakalan dapat apa-apa."

Ira menyimak degan baik ucapan Lena seolah apa yang disampaikan tersebut memiliki faedah yang bermanfaat.

"Dan katanya dia juga nyelipin hadiah istimewa disitu."

"Apaan?" tanya Ira penasaran.

"Dia nulis kata-kata bijak dan romantis karangan sendiri."

Ira langsung mendengus. "Kayaknya orang yang beli roti goreng itu bakal lebih berharap dapat satu roti gratis ketimbang nemuin coretan mu'in yang nggak berguna di dalam sana." Diotaknya, Iya membayangkan tampang Mu'in yang lagi cemberut. Lena tertawa miring tak berkomentar.

"Palingan juga dia cuman bisa nulis ...," Ira menggantung ucapannya sejenak. Wajahnya tampak serius. Namun kelihatan konyol. Lalu tangannya terulur mirip orang yang sedang membaca puisi dengan penuh penghayatan. Hingga akhirnya ia berkata dengan nada puitis yang jelas dibuat-buat,

"Langit 'kan kudaki, laut 'kan kuseberangi, bintang 'kan kuraih ... demi cinta ... demi kau seorang, ohh ...,"

Lena terkekeh sambil geleng-geleng kepala akibat ocehan sobatnya itu.

"Lo nggak mau nyoba? Kali aja lo dapat kata-kata indah dan super romantis yang belum pernah lo temukan di karya tulisan mana pun." Goda Lena.

"Makasih atas tawarannya, tapi gue nggak tertarik tuh," ucapnya acuh.

Suara tawa mereka sudah tidak terdengar. Kecuali suara TV. Mereka kompak terdiam menyaksikan sisa film. Saking asiknya nonton, tidak terasa hari telah menjelang sore. Total mereka sudah memutar tiga film dari DVD player. Film yang terakhir mereka tonton adalah AADC 2 yang dulu pernah menjadi tayangan yang paling banyak dinantikan oleh banyak orang, terutama bagi para penggemar Nicholas Saputra dan  Dian Sastro Wardoyo. Khusus film ini, kedua perempuan itu tak hentinya menjerit tertahan karena gemas dengan sang pemeran utama pria bernama Rangga.

Ira merenggangkan kedua tangannya kemudian berdiri.
"Selesai juga filmnya. Gue pamit, ya."

"Wokeh."

Hanya Kumpulan CerpenNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ