Warung 14

96 4 0
                                    


Setelah menempuh lima belas menit perjalanan, Ira menunjuk ke satu arah sambil menepuk bahu Rendra untuk berhenti di sebuah tanah lapang yang ramai.

"Ini tempat apaan?" Rendra bertanya dengan bingung.

"Di sini lagi ada atraksi pertunjukan sulap, ada akrobatnya juga loh, gue jamin pasti seru." terang Ira. Tapi reaksi yang ditunjukkan Rendra sama sekali tidak tertarik.

"Udah yuk, buruan!" ajak Ira lalu menggamit lengan Rendra menuju keramaian. Mereka langsung membaur dengan para pengunjung lainnya, saling berdesak-desakan agar dapat melihat ke depan lebih jelas. Riuh rendah suara penonton yang terhibur semakin menambah semarak atraksi tersebut. Tak jarang pula orang-orang tertawa menyaksikan aksi sulap yang sesekali diselingi komedi.

"Serukan?" teriak Ira di samping Rendra. Kalau tidak berteriak begitu, yang diajak ngomong mana dengar. Akhirnya Rendra mengangguk sembari tersenyum, menandakan ia pun sama terhiburnya dengan Ira. Mengetahui usahanya tak sia-sia, Ira melompat-lompat kecil saking senangnya kayak habis menangin hadiah jackpot.

Sang Pesulap kini meminta kesediaan salah satu penonton untuk membantunya di depan. Tanpa ragu Ira menuding Rendra serta meneriakkan namanya kencang-kencang sehingga menarik perhatian si pesulap. Rendra jadi gelagapan karena tak siap.

Beberapa kali ia mencoba keras menutup mulut Ira. Namun tampaknya tidak berhasil. Perempuan itu terlalu lincah berkelit, sampai akhirnya tatapan si pesulap terarah pada Rendra, dan apa yang dikhawatirkan olehnya terjadi sudah.

"Oke. Mas, yang pake kemeja hijau polos, silakan ke depan," pinta si pesulap yang menyebutkan detail baju yang Rendra kenakan. Otomatis Rendra jadi tambah gugup karena nantinya akan dilihat oleh banyak orang.

"Ayo, Ren! Buruan, entar gue videoin biar bisa jadi kenang-kenangan," kata Ira di sampingnya. Rendra cuma bisa pasrah. Mau menolak, sudah terlambat. Para penonton di sekitarnya tak terkecuali Ira tak henti-hentinya mendesak Rendra agar segera maju ke depan.

Dengan perasaan yang campur aduk, Rendra berjalan mendekati si pesulap yang telah menunggunya, sementara Ira segera mengeluarkan handphone untuk merekam moment Rendra dijahili oleh pesulap itu. Yah, benar. Dimulai dari saat Rendra yang diajak ngobrol tapi tangan si pesulap dengan lihai mengambil dompet di saku celana lelaki itu tanpa sadar, momen itu adalah salah satu yang membuat para penonton jadi terpingkal-pingkal hingga memancing Rendra untuk melirik ke arah penonton dengan wajah polosnya, seolah ingin menanyakan apa yang terjadi.

Kemudian menghilangkan jam tangan Rendra lewat secarik kain hitam dan tahu-tahu sudah berada di dalam kotak coklat yang tadi dititipkan si pesulap. Atau melemparkan puluhan kartu remi pada kantong bajunya dan menemukan satu kartu di dalam sana yang secara ajaib adalah kartu yang sudah Rendra pilih sebelumnya.

Aksi selanjutnya, sang pesulap mencoba membaca pikiran Rendra. Sekejab saja tubuh Rendra menjadi kaku. Apa nanti pesulap itu akan membongkar sesuatu yang tidak seharusnya diketahui orang-orang? Kalau iya, ini pasti akan sangat tidak menyenangkan. apa sebaiknya ia kabur saja dari sana? Tapi rasanya sulit.

"Baiklah." Si pesulap berkonsentrasi. Ia fokus memerhatikan dua bola mata Rendra.

"Kamu sedang berusaha menutupi sesuatu dalam pikiranmu. Sepertinya ingin menghindar, tapi saya tetap bisa menangkap kegelisahan dalam pikiranmu." Pesulap itu memejamkan mata seraya mengirup udara dalam-dalam.

"Saya merasakan ada masalah di balik ketenangan wajahmu. Masalah yang tidak ingin kamu bagi ke orang lain, Bukan begitu?" tanya pesulap tenang sambil membuka mata. Rendra tak memberi jawaban. Hanya eksperisi terkejut dan rasa bimbang yang terlihat.

"Tenang, saya tidak akan membeberkannya di sini. Saya tau ini bersifat privasi, jadi saya tidak akan mengatakan apa pun, tapi satu hal yang belum kamu sadari dan seharusnya kamu tau," kata Pesulap menggantung sejenak. "Ketulusan seseorang telah membawamu ke sini. Dia mencoba membangkitkanmu dari keterpurukan. Dia hanya ingin melihatmu bahagia meski dia sama terpuruknya dengan dirimu sekarang. Yang ingin dia lihat dari diri kamu hanya senyum dan semangatmu yang dulu. Hanya itu yang terpenting," tutur Pesulap menyudahi penerawangannya. Mendadak suasana terasa hening, seolah membuktikan bahwa fakta yang telah diucapkan Pesulap itu merupakan kebenaran.

Hanya Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang