Tigabelas

15K 1.2K 22
                                    

Setelah memarkirkan mobil. Gilang segera turun dan berlari memasuki bandara menuju ke koridor ruang tunggu dengan terburu-buru. Ia menoleh ke sana-sini mencari sosok wanita yang masih begitu melekat di hatinya.

Setelah menandai berulang kali tidak adanya sosok yang ia cari, pria itu semakin berlari memasuki bandara, hingga pada akhirnya matanya menangkap sosok Vera yang duduk manis di ruang tunggu. Gilang segera melangkah cepat ke sana.

"Vera, kumohon jangan pergi." Gilang menggenggam sebelah tangan Vera yang terkejut mendapat teguran dan sentuhan dengan tiba-tiba.

"Apa sih, Gilang. Jangan gila deh." Vera menarik dan melepas tangannya dari genggaman Gilang. Ia tidak tahu pria itu mengetahui dari siapa jika saat ini ia sedang di bandara dan menunggu waktu penerbangannya ke Amerika.

"Kau tidak boleh pergi." Gilang kembali menggenggam dan menarik sebelah pergelangan tangan Vera dan memaksa gadis itu berdiri dan menariknya untuk menjauhi ruang tunggu itu.

Gadis itu memukul tangan Gilang yang masih begitu erat memegangnya dengan sebelah tangannya yang bebas. Berusaha memakukan kedua kakinya ke lantai saat Gilang terus memaksanya berjalan.

"Lepas gak? Kau ini buat malu tahu gak?"

Gilang berbalik dan menatap tepat ke mata Vera. "Please, jangan pergi. Aku cinta padamu. Aku tahu kau juga masih cinta sama aku." Pria itu berusaha merangkum wajah Vera dengan kedua tangannya, yang segera di tepis oleh gadis itu.

"Jangan gila deh, lebih baik kau pulang, dari pada di sini mencari sensasi."

"Mencari sensasi katamu?" Geramnya. "Mencari sensasi itu seperti ini." Dengan cepat dan tanpa bisa di cegah oleh Vera. Gilang menariknya ke dalam pelukan pria itu lalu mencium bibirnya dengan paksa di tengah-tengah ruang tunggu yang terlihat mulai ramai.

Vera mendorong kuat dada Gilang sampai ciuman paksa pria itu terlepas dan menamparnya dengan kuat sampai kepala pria itu tertoleh ke samping.

Gilang masih linglung dengan tamparan Vera saat ketika seseorang menarik kuat bahu kirinya dari belakang hingga membuatnya berbalik. Lalu satu pukulan ia dapatkan di tulang pipinya hingga Gilang jatuh terjerembab ke lantai.

Gilang tak sempat mengelak dan membalas saat pria Asing itu menarik kerah bajunya sampai ia kembali berdiri saling berhadapan.

"Beraninya kau mencium tunanganku?!" Pukulan keras kembali ia rasakan di sebelah pipinya yang lain. Ia jatuh terduduk. Gilang mengusap sudut bibirnya yang berdarah sambil menatap Vera tak percaya.

Tunangan? Tidak mungkin.

Ia menolak apa yang telah di ucapkan pria itu. Dengan tubuh yang terasa lemah dan terhuyung, Gilang berusaha berdiri mendekati Vera yang masih berdiri di tempatnya. Beberapa petugas keamanan datang mendekati mereka. Salah satunya bertanya pada pria yang mengaku sebagai tunangan Vera.

"Bilang sama aku kalau yang dia katakan itu gak benar? Kau cintanya hanya padaku, Vera!" Paksa Gilang mengguncang kedua bahu Vera.

Gadis itu menepis Gilang menjauhinya. "Kau yang salah. Aku gak pernah cinta padamu." Gadis itu menarik kopernya dan melangkah pergi bersama tunangannya bergandengan tangan.

Gilang masih berdiri di sana untuk beberapa saat. Terdiam membisu seolah tuli dan tak perduli jika orang-orang yang berada di sekitarnya saling berbisik menggunjingkannya. Ia hanya tidak menyangka jika Vera telah mengatakan hal itu. Hal yang sangat menyakiti hatinya. Bagaimana mungkin Vera tak sedikitpun mencintainya setelah lima tahun mereka bersama.

Salah seorang petugas keamanan meminta Gilang segera pergi dari sana. Dengan perasaan yang penuh amarah Gilang pergi. Dengan kedua tangan terkepal erat dan wajahnya yang memerah padam. Beberapa kali langkahnya yang terburu-buru dan mengakibatkan terjadinya tubrukan ke pada orang-orang tak membuatnya menoleh bahkan perduli. Lalu segera masuk kembali ke dalam mobil dan beberapa kali memukul stir mobil yang tidak bersalah dengan kesal.

KINANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang