Lima

19.7K 1.5K 17
                                    

Kinanti memang telah banyak berubah. Dari gadis ceria bersahaja kini menjadi gadis pendiam dan semakin menarik diri dari dunia luar.

Kejadian ke dua yang kembali terulang di rumah Nami waktu itu, jelas membuat Kinanti semakin trauma terhadap Gilang dan makhluk berjenis kelamin laki-laki lainnya. Ia tak lagi mau berdekat-dekatan dengan teman laki-laki sekelasnya. Lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, diam dan merenung. Bahkan sejak saat itu, Kinanti tak lagi segiat biasa saat ia mengikuti setiap kuis yang sengaja diberikan oleh wali kelas agar tidak melupakan pelajaran di sekolah. Ia juga sengaja menghindari Suci yang terus berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi padanya.

Sebulan telah berlalu, Kinanti yang saat itu sudah mendapat cuti liburan setelah kelulusan Sekolah Menengah Pertamanya- sebelum melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas, semakin menyembunyikan diri di dalam kamar. Sejak dulu, Kinanti tidak memiliki banyak teman di sekitar rumahnya. Selain karena rumah-rumah warga yang berjarak saling berjauhan, juga anak-anak perempuan seusianya tidak mau berteman dengannya, selalu memusuhinya. Kinanti tidak tahu kenapa mereka membencinya. Ia tidak mau memikirkannya, memiliki Darsih sudah sangat cukup baginya.

Tok! Tok! Tok!

"Kinanti..!"

Suara ketukan dan panggilan yang memanggil namanya dari pintu depan, membuat Kinanti segera meninggalkan kamar untuk membukakan pintu.

Di teras rumah, berdiri Yanti, teman sekolahnya yang begitu baik dan menerimanya apa adanya sejak mereka sama-sama duduk di bangku Sekolah Dasar. Walau banyak yang menjauhinya karena status tidak baik yang melekat padanya, Yanti tidak pernah mau mengikuti mereka yang berlaku jahat padanya.

Di kursi kayu bercat putih itu, duduk Kevin, teman sekolah mereka di Sekolah Menengah Pertama. Kevin merupakan sepupu Yanti. Kemanapun Kinanti dan Yanti pergi, pasti akan selalu ada Kevin di antara mereka. Sampai sekarang, mereka layaknya sudah seperti anak kembar tiga yang akan selalu bersama.

Kinanti mengulas senyum di wajahnya untuk menyambut kedatangan Yanti dan Kevin yang tiba-tiba. Sekilas, Kinanti melihat dua sepeda milik Yanti dan Kevin yang terparkir di tanah berumput halaman rumahnya.

"Yanti, ada apa? Ayo, masuk." Ajaknya.

Gadis itu menghidangkan dua gelas air putih permintaan Yanti, dan satu toples kue kering buatannya tiga hari lalu. Ia memilih duduk di lantai dan membiarkan kedua sahabatnya duduk di kursi rotan di sebrangnya.

"Itu apa?" Tunjuknya pada dua bungkus kantong plastik hitam yang diletakkan Yanti di atas meja.

"Oleh-oleh dari Padang, untukmu." Ujarnya tersenyum dan mendorong bungkusan itu kehadapan Kinanti.

Kedua sahabatnya itu baru saja pulang dari Padang. Sebagian besar keluarga Yanti dan Kevin masih banyak yang menetap di sana. Selain menghabiskan waktu liburan selama dua minggu di Padang, mereka ke sana karena salah satu kakak sepupu Yanti dan Kevin sedang mengadakan pesta pernikahan.

Kinanti tersenyum dan segera membukanya. Di dalam satu kantong plastik itu ada dua bungkus cemilan berupa kripik ubi. Satu kantong plastik lainnya berisi dua kotak persegi panjang yang berisi hiasan bunga beserta vas nya. Gadis itu meletakkannya di atas meja, menghiasi meja ruang tamu yang kosong.

Kinanti mengambil kotak ke dua berwarna hitam yang tidak terlalu besar, di dalamnya terdapat sebuah kalung ukir nama inisial huruf K berbahan titanium. Dan satu buah gelang serupa dengan yang Yanti juga Kevin kenakan saat ini. Gelang persahabatan.

"Wah! Cantik sekali. Terima kasih, ya, Yanti."

"Bilang, terima kasih juga dong, sama Kevin. Dia yang membelikan kalung itu untukmu."

KINANTIWhere stories live. Discover now