Perpisahan

2.4K 309 192
                                    

"Don't forget about me,"




































Itu adalah ucapan terakhir Minju yang didengar oleh Yujin 10 tahun yang lalu.

Ucapan Minju sering kali terputar di dalam ingatan Yujin.

Padahal sekarang ini ia sudah memiliki keluarga , cintanya sendiri. Tapi ia masih saja memikirkan gadis bermarga Kim itu.

Jujur saja, Yujin menyesal.

Ia menyesal tak mencegah Minju untuk pergi. Ia tak meminta Minju agar tetap disini.

"Hei, kamu sekarang dimana?" Lirih Yujin sambil menatap langit yang sedikit mendung.

"Pa-pa," Yujin menoleh saat melihat anaknya berjalan kearahnya.

Yujin masuk ke dalam kamar kemudian menutup pintu balkon. Setelahnya barulah ia menghampiri putri cantiknya.

"Anak papa," Yujin gendong anaknya terus ngusapin pipinya ke pipi anaknya.

"Disini ternyata anak mama," Yujin menatap si pemilik suara. Siapa lagi jika bukan istrinya.

Kalian penasaran siapa dia?

Sihyun?

Chaewon?

Wonyoung?

Bukan.

"Yuri junior meluncur ke Yuri senior," Yujin gendong anaknya ke sang istri, Jo Yuri.



















































Udah ah jangan serius serius amat, gue ga serius, AWOKWOKWOKWOKWOKWOK.











"Don't forget about me,"














Yujin menatap Minju bingung.

"Gue gak akan lupa. Lo kan bakal jadi pembantu gue," Ucap Yujin.

Minju tersenyum tipis kemudian mencubit pipi Yujin.

"Ahn pabo,"

"Ah gak jelas lo. Gue ke kamar dah," Ucap Yujin seraya melangkah hendak meninggalkan Minju.

Tapi gak jadi karena Minju nahan tangan dia. Minju narik Yujin dan...

Chup

Minju mengecup pipi Yujin.

Bibir belum boleh, mereka masi kecil kalo kata Minju.

Yujin mematung dengan mata membulat. Dia k-geat.

"I-I love you," Lirih Minju pelan bahkan nyaris tak terdengar. Tapi tentu Yujin mendengar hal itu mengingat jarak mereka yang terbilang dekat.

Bukannya ngegubris Minju, Yujin malah kabur ke kamar mandi terus cuci muka. Gak lupa dia nampar - nampar pelan pipinya, sapa tau mimpi gituloh gaes.

Sadar kalo ini ga mimpi, Yujin buru - buru sikat gigi, bersihin muka, pake parfum terus sisiran dikit biar gantenk.

Setelahnya dia keluar lagi buat nyamperin Minju.

Gantenk dulu baru nembak , itu prinsip Yujin wankawan.

Tapi pas keluar dia cuma liat mamanya lagi duduk di sofa dan natap kosong ke depan.

"Maaa," Panggil Yujin sambil celingak - celinguk nyari Minju.

"Kenapa sayang?

" Minju mana?" Tanya Yujin.

"Dia udah balik," Jawab Nayeon seadanya.

"Udah balik? Cepet banget. Yaudah aku ke rumah Minju dulu," Yujin baru aja mau jalan   tapi mamanya ngomong lagi, "balik ke rumah papanya bukan mamanya," Lanjut Nayeon. Yujin diem, berusaha mencerna semua omongan mamanya barusan.

"Jadi.."

"Hmm, Kamu lagi marahan ama Minju kan?" Tebak Nayeon.

"Kalo kalian baik - baik aja, pasti Minju sering mampir trus curhat ke mama," Ucap Nayeon.

"Tapi tadi barusan...."

"Barusan apa?"

"Dimana rumah papa Yujin, Ma?!" Yujin udah ngambil jaket ama kunci motor , mau nyusul Minju.

"Mama gak tau Yujin," jawab Nayeon kemudian menghela nafas kasar.

"Gak mungkin mama gak tau," Bantah Yujin.

"Rumah papa Minju di Jepang, puas? Tadi yang jemput suruhan papanya," Ucap Nayeon.

"Ck," Yujin berdecak kemudian bergerak menyusul Minju.

Kemana tujuannya?

Tentu saja bandara.








Layaknya di dalam sebuah drama, Yujin berkendara begitu cepat untuk menyusul pujaan hatinya.

Ia tak ingin berpisah, ia tak ingin nantinya dirinya dan Minju tak saling kenal , Yujin tak ingin nantinya sang pujaan hati menjadi milik orang lain. Ia tak ingin semua hal yang buruk terjadi.

Yujin menatap dengan gelisah sekitarnya, menatap mobil - mobil yang ia lalui. Tapi semua berkaca gelap , Yujin tak bisa melihat siapa yang ada di dalamnya.

"Semoga belum terlambat," Batin Yujin seraya mempercepat sepeda motornya menuju bandara.


Setibanya di bandara, Yujin langsung aja markirin motornya dan nyari keberadaan Minju.

Matanya dengan liar menatap sekeliling , tapi hasilnya nihil. Dia sama sekali tak menemukan Minju.

"Kamu dimana?" Lirih Yujin sambil mengacak rambutnya frustasi. Persetan dengan orang - orang yang melihatnya dengan penuh heran.

"MINJU!!!" Yujin berteriak , berharap Minju mendengar suaranya.

"Minju!"

"Hiks.. jangan tinggalin aku ju.."

"Minju.." Lirih Yujin kemudian berlutut lemas.

"Aku belum sempet balas pernyataan kamu.. hiks.."

"Aku juga cinta kamu Ju.. hiks,"

Drrttt

Ponsel Yujin bergetar. Ada sebuah pesan.

Minju kodok
|Jangan gitu ih, malu - maluin

Membaca pesan itu , Yujin langsung berdiri. Menatap sekeliling hingga ia menemukan seseorang yang ia cari.

"M-minju," Yujin langsung berlari kearah Minju , ia memeluk tubuh kecil Minju kemudian terisak.

"Aku nemuin kamu Ju. Aku berhasil hiks hiks,"

"Jangan pergi, aku cinta kamu," Ucap Yujin.

"Stt , jangan nangis," Minju melepas pelukan Yujin kemudian mengusap air matanya.

Minju menangkup wajah Yujin seraya tersenyum.

"Perpisahan gak selalu tentang raga. Perpisahan juga tentang pikiran,"

"Gak perlu nangis untuk aku yang bakal pergi karena saat aku adapun, kamu gak pernah mempertahankan aku agar tetap ada," Ucap Minju.

"Cup cup cup jangan nangis. Malu - maluin," Ucap Minju.

"Ju, maaf. Aku bakal perbaiki semuanya. Jangan pergi ya?"

"Percuma aku disini. Percuma," Lirih Minju.

"Kamu bisa tinggal sama aku dan mama. Suatu saat nanti mama kamu juga bakal maafin kamu. Tetep disini ya?"






"Maaf" lirih Minju.









Tbc

PosesifWhere stories live. Discover now