14. Meteor

126 20 0
                                    

Kejora menyeret kakinya dengan sebal saat menginjak gerbang sekolah dan bel masuk langsung berbunyi. Kalau bukan karena kakaknya yang merengek ingin dijemput pulang dari rumah temannya, mungkin dia sudah tiba di sekolah setengah jam yang lalu.

Pikirannya tidak tenang sejak kemarin. Dia masuk ke kelas dan langsung mencari keberadaan Alta. Pria itu tetap sama, selalu membuka bukunya dengan kepala tertunduk. Karena guru mereka sudah masuk ke kelas, Kejora langsung menuju ke bangkunya sendiri.

Sepanjang pelajaran, Kejora mengamati gerak-gerik Alta dan sesekali laki-laki itu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mereka. Dia melihat sikap Alta yang masih seperti biasanya dan tidak berubah.

Setelah tiga mata pelajaran berlalu, Kejora akhirnya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Alta. Kejora menghampiri meja Alta dan mengajaknya ke ruang musik.

Alta menuruti tanpa berkata apa-apa. Sesampainya di ruang musik, Kejora menatapnya dengan lekat. Tak ada yang berniat memulai percakapan terlebih dahulu seolah dengan tatapan mata saja, mereka sudah bisa menemukan jawaban itu.

"Kemarin aku telepon kamu." Kejora menghentikan kalimatnya.

"Iya, maaf. Semalam aku udah tidur dan tekan tombol angkat tanpa sadar."

Kejora masih diam dan menelisik wajah Alta yang terlihat letih.

"Ada masalah apa?" tanya Alta karena Kejora tak lagi mengatakan apa-apa.

"Nanti kita belajar bareng yuk setelah pulang." Kejora menampilkan senyum dengan mata menyala seperti biasanya.

"Maaf, aku ingin belajar sendiri."

Kata maaf yang sudah dua kali terucap oleh Alta membuat Kejora merasa seperti sebuah dinding kembali terbentuk di antara mereka. Mata sendu di depannya memancarkan ketenangan yang mencekik.

"Baiklah." Kejora menghargai keputusan Alta dan tidak ingin melewati batas itu.

Setelah itu, Alta pun memutuskan tatapan mereka dan pergi menyisakan Kejora yang berharap bahwa dia berbalik setidaknya sebentar saja.

⭐⭐⭐

Hari USBN tiba. Karena ruangan ujian mereka berbeda, Kejora akan berdiri di depan ruangan Alta dan menunggunya selesai. Orang bilang kalau orang pintar itu akan duluan selesai ujiannya. Nyatanya, beberapa orang pintar menjadi orang yang terakhir mengumpulkan hasil ujian.

Di balik kaca jendela, Kejora mengamati Alta yang duduk di sudut barisan depan. Ketika laki-laki itu menoleh dan melihat ke arahnya, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia tidak mengerti tentang apa yang dia rasakan saat ini. Awalnya, Kejora hanya tidak tahan melihat seseorang yang melukai dirinya sendiri. Awalnya, Kejora hanya merasa bahwa Alta seperti refleksi dirinya. Awalnya, Kejora hanya ingin membantu Alta. Dan dia merasa bahagia karena beberapa waktu lalu dia bisa melihat Alta tertawa bebas. Dia merasa perannya sudah cukup. Namun, kenapa melihat Alta dari jauh membuat hatinya nyeri.

Beberapa menit kemudian, Alta keluar dari ruangan dan Kejora berjalan pelan menuju dirinya.

"Ujiannya lancar?" Pertanyaan yang sama dia lontarkan dari beberapa hari yang lalu dan juga akan dibalas dengan anggukan yang sama.

"Kamu mau langsung pulang?"

"Iya."

Kejora ingin melihat wajah itu lebih lama lagi tapi tidak ada hal yang bisa dia lakukan untuk menahannya. Maka dia hanya berjalan berdampingan dengannya sampai gerbang sekolah.

⭐⭐⭐

Hari terakhir ujian, ruangan yang ditempati Kejora sangat riuh. Padahal ujian belum dimulai, tapi raut kebahagiaan sudah tampak di seluruh wajah mereka.

Stardust (Debu Bintang)Where stories live. Discover now