13. Resah

134 23 1
                                    

Dalam hitungan hari, para siswa akan melaksanakan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) 2016/2017. Tahun ini merupakan tahun percobaan USBN dan UN yang baru diperbaharui. Jadi, ujian nasional tidak lagi menjadi penentu seorang siswa lulus atau tidak namun sekolah yang memegang keputusan terakhir. Itu memang hal yang melegakan namun bukan berarti nilai itu tidak penting. Kekhawatiran paling besar yang dirasakan oleh para murid tentang USBN adalah di mana soal ujiannya dibuat oleh para guru dari berbagai sekolah. Belum lagi ada tambahan soal essay dalam ujian.

"Woi, guys! Cepat list kan dulu siapa-siapa aja yang mau beli?"

"Gas kan, langsung aja beli semua."

"Rekap dulu lah pokoknya. Pasti ada beberapa yang gak mau beli."

"Yang gak mau beli tuh pastinya orang yang kebanyakan makan minyak ikan."

"Tapi Claris kayaknya beli tuh soalnya dia bilang dia malas belajar Sejarah dan PKN dari awal lagi."

"Ish, sial banget deh. Kenapa juga gue harus lahir di tahun 99."

"Apa hubungannya paok?"

"Yadong.. kalau gue lahir lebih awal, kan gue bisa aja gak ikut USBN."

"Hahaha... sama aja.. kalau lu lahir 98 tapi pemerintah mutusin USBN di tahun 2015 kan sama aja."

"Ck. Memang kayaknya tahun kita apes banget deh."

"Iya. Trus yang bikin gue kesel kenapa coba kita anak IPA juga harus belajar Sejarah dan PKN lagi! Dih!"

Ponsel yang sedari tadi terletak di atas buku itu terus bergetar. Pikirannya mengambang setelah membaca obrolan di grup. Lamunannya buyar ketika sebuah suara

"Hey!" Suara perempuan membuyarkan lamunannya. Tanpa mendongak pun, Alta hafal suara itu. "Aku tahu kamu pasti di sini."

Kejora duduk di sampingnya lalu berbisik, "Kamu ada beli kunci, gak?"

"Kunci apa?"

"Itu ... yang lagi dibicarakan anak-anak di grup."

"Oh, enggak."

"Kalau aku kasih kamu, mau gak?"

Senyum tipis timbul di wajah lelaki itu. "Inisialku A, pastinya aku bakalan duduk di barisan depan. Terus, aku juga bukan orang yang berani ngelakuin hal itu."

Di perpustakaan saat ini hanya ada mereka berdua jadi mereka terpaksa berbicara dengan suara yang sangat pelan karena takut terdengar oleh penjaga perpus. Tapi, sebenarnya Kejora tidak terlalu khawatir karena dia yakin bahwa sekolah tidak mungkin tidak mengetahui hal ini.

Kejora berpikir sejenak lalu bergumam, "Em... Kalau gitu kamu hapal aja."

"Beneran tidak perlu," bisiknya. Alta memiringkan kepalanya dan kali ini tatapannya pada Kejora berhenti lama.

Angin sejuk menyapu wajah Kejora dan akan terasa dingin bila disentuh. Kehangatan dari kedua mata yang bersemuka mengalir ke dalam dirinya, menyebabkan resonansi yang mengakibatkan kata yang sempat ingin dia tanyakan tertinggal di ujung lidah.

⭐⭐⭐

Sesampainya di rumah, Alta sibuk mengerjakan soal-soal prediksi untuk USBN tahun ini. Pikirannya sesekali melantur ke mana-mana. Dia menghembuskan napas kasar karena tidak bisa fokus dengan apa yang dia kerjakan sekarang.

Bagi orang lain, Alta adalah murid cerdas dengan kemungkinan lulus 100 persen. Namun, dia berpikir sebaliknya. Ada ketakutan tersendiri yang menyergap hati dan pikirannya. Skenario terburuk merayang di benaknya menimbulkan nyeri di dada.

Stardust (Debu Bintang)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz