SEPULUH: Drama Kotor

Mulai dari awal
                                    

“Lihatlah bertapa seks sangat luar biasa! Aku bisa melakukan apa saja yang ingin kulakukan. Termasuk,”

Keynal memberi jeda ketika ia sibuk menjilat mulai dari dagu, pipi, hingga ke pelipis Veranda dengan lidahnya. Veranda benar-benar merasa jijik. “Termasuk ... menikmati tubuhmu,” lanjutnya.

“Jadi ayo, beri aku itu, lengkungkan punggungmu, biarkan aku mengambil kendali.”

🌷🌷🌷🌷

Entah setan apa yang telah merasuki Keynal. Merayap masuk, membaginya bersama Veranda. Lelaki itu meraih gadis itu ke dalam dekapannya. Dan semua yang ada pada tubuhnya adalah milik Keynal.

Bibir yang basah, leher berbekas, dada berkilau, perut yang halus. Bahkan mahkotanya, Keynal merenggut semuanya. Memperlakukan lembut, selembut lentera malam di dinding-dinding kamar ini lagi.

Begitu dekat! Napas yang saling memburu. Tubuh yang tergeletak. Di sisa sukma yang menyatu. Erangan halus memilukan yang keluar dari bibir Veranda, mendorongnya jatuh ke dalam jurang kenikmatan. Keynal begitu pandai memanjakan dirinya.

Tidak ada lagi langkah kaki, berlari. Tidak ada lagi malam. Tidak ada lagi bulan. Tidak ada lagi darah. Tidak ada lagi jeritan kematian. Tidak ada lagi ranjang. Tidak ada lagi angin.

Yang ada hanya mereka berdua. Begitu saja mereka menyelam ke dasar dosa. Jurang yang begitu dalam. Terayun dalam buaian yang mengombak. Pada puncak gelombang mereka terengah. Terengah-engah. Menyusut keletihan yang nikmat, bersama jatuhnya air mata Veranda.

Malam ini adalah malam ternikmat yang pernah ia rasakan. Namun membuatnya ingin mati sebelum mentari menyapa.

“Aku, aku,” Kalimat Veranda bergetar bersama air matanya. Keynal memeluk Veranda setelah memadu kasih.

Mereka bersama tanpa sehelai benang pun. Cowok itu letih, ia mendapatkan sukmanya bersama sang gadis. la merasa bahagia terlahir sebagai laki-laki.

“Bunuh aku.”

“Tidak bisa,” bisik Keynal di telinga Veranda, “Kau begitu manis hanya untuk dibunuh.”

“Lebih baik aku mati daripada harus berakhir seperti ini,” lirih Veranda suaranya terdengar memilukan.

“Aku lelah. Kau pasti juga sangat lelah karena untuk mengangkat tanganmu saja kau tak bisa!”

Keynal sedikit membuka matanya yang sejak tadi tertutup. Sorot yang begitu redup. Veranda hanya menatap langit-langit atap yang gelap di dalam kamar sempit ini.

“Bunuh aku, Key. Bunuhlah.”

“Baiklah,” sahut Keynal tenggelam di perpotongan leher Veranda. “Aku akan membunuhmu dengan cara menggaulimu tanpa ampun.”

“BUNUH AKU, NAL. BUNUH AKU! KAU SUDAH MENIKMATI TUBUHKU, KAU SUDAH MERUSAK MASA DEPANKU, KAU JUGA SUDAH MENDAPATKAN SEGALANYA, SEKARANG APA LAGI YANG KAU MAU!”

Jessica Veranda gadis yang memiliki aksen, intonasi dan vokal selembut malaikat kini berteriak di hadapan Keynal. Sorot kosong Veranda bersama hembus napasnya. la merasa bukan lagi manusia. la seperti binatang. Ia menjijikkan. Ia merasa kotor. Kotor sekali.

Enam belas tahun menjaga keperawanannya terasa sangat sia-sia. Bibirnya memucat. Napasnya menenang. Tubuhnya bergetar hebat. Hidupnya tiada artinya lagi.

“TIDAK VE! Jangankan setahun, sebulan atau semingu, sehari, sedetik saja aku tidak akan meninggalkanmu. Hanya satu yang aku butuhkan CINTAMU! AKU INGIN KAU MENCINTAIKU..!!”

“Aku sangat membencimu! Kau, manusia paling biadab yang pernah aku temui.” Veranda kembali terisak.

“Aku tahu, memang aku hanya seorang laki-laki durjana yang tak pantas memilikimu, tapi percayalah baik buruknya aku, hatiku padamu selalu bersemi indah.

Love Scenario [END-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang