35. Shy

1.3K 101 0
                                    

DI sebuah kamar dengan cahaya mentari sore yang menyorot masuk ke dalam ruangan, Clara terlihat duduk di atas ranjang dengan memasang mimik wajah malas. Matanya bergerak mengikuti gerakan tangan James yang kini nampak mendekat ke arah mulutnya seraya menyodorkan sebuah sendok.

"Aku bisa makan sendiri, Yang Mulia," ujar Clara memelas. Karena dari sejak tadi James tetap kukuh untuk ingin menyuapinya makan. Padahal kenyataannya, Clara bisa melakukan kegiatan itu sendiri.

"Sudah, jangan menolak. Ayo buka mulutmu! Aaa ..." James mulai menggerakkan tangannya dengan gerakan memutar, seakan memperagakan gerakan pesawat dan menganggap Clara sekarang seperti anak kecil.

"Yang Mulia ..." keluh Clara, menahan tangan James agar menghentikan aksinya tersebut.

James kini menampilkan ekspresi bingungnya. "Kenapa? Kamu harus makan, Clara."

"Iya, tapi aku bisa makan sendiri," balas Clara kesal.

Namun James masih kukuh dengan pendiriannya. Sekarang, lelaki tampan ini mengulum senyum seraya mendekatkan wajahnya ke arah Clara. "Tetapi aku ingin menyuapimu dengan tanganku, jadi ayo sekarang buka mulutmu. Ngiung ... Aaa ..."

"Yang Mulia!" tukas Clara semakin kesal. James seakan menganggap Clara ini seperti anak kecil, padahal Clara sudah besar!

Melihat Clara menampilkan wajah kesalnya, James hanya bisa tertawa lepas. Clara yang melihatnya hanya bisa menggembungkan pipinya, sehingga membuat dirinya terlihat sangat menggemaskan di mata James.

"Melihatmu seperti ini jadi membuatku ingin menciummu lagi," celetuk James tiba-tiba.

Clara tersentak ketika mendengarnya. Begitu juga dengan James yang baru tersadar dengan ucapannya.

"M--memangnya kita pernah berciuman sebelumnya?" tanya Clara, memasang mimik wajah kaget.

James bungkam seketika. Ia keceplosan! Apa yang harus dikatakannya kepada Clara sekarang? Apa James harus jujur tentang insiden yang terjadi saat Clara mabuk waktu itu?

"Yang Mulia, kenapa kamu diam? Kita memang tidak pernah berciuman, kan?" tanya Clara mendesak.

James memalingkan wajahnya yang mulai memerah. Sialnya, mengingat kejadian waktu itu membuat pipi James serasa memanas.

"Yang Mulia ... kenapa kamu diam saja?" tukas Clara kesal, sambil menggoyang-goyangkan lengan James karena tidak sabar.

"Yang mulia--"

"Iya, kita pernah berciuman," sela James, yang sukses membuat Clara menegang ditempatnya.

"Apa?"

Kemudian James menyungging senyum. Lelaki ini tersenyum jail. Sepertinya menggoda Clara akan menyenangkan.

"Kita pernah berciuman, Clara," ujar James.

Clara dengan cepat menggeleng. "Tidak! Yang Mulia jangan mengarang cerita!"

Sementara James tersenyum geli. "Aku sedang tidak mengarang cerita. Kita memang pernah berciuman," jawabnya.

"Kapan?" balas Clara cepat.

James kini merapatkan bibirnya seraya menahan senyum. Matanya terlihat bergulir ke sisi lain. "Kapan ya ..." godanya kemudian.

Clara berdecak. "Yang mulia, serius!"

"Kalo serius, bakal dikasih apa?" James kembali menatap Clara, sambil terus menahan senyumannya.

Clara berdesis. "Dikasih apa aja, terserah!" jawabnya cepat. Sungguh, Clara sudah tidak sabar lagi.

"Dikasih cium?"

Mata Clara refleks melebar. "Yang Mulia!" Clara tanpa asa-asa memukul-mukul dada bidang James, dan membuat James tertawa lepas. Rasanya sangat menyenangkan ketika ia bisa menggoda Clara seperti ini.

Clara menghela nafasnya. "Yang mulia, serius ... kita tidak pernah berciuman, kan?"

James bergumam, seakan tengah menimang-nimang sesuatu. Selanjutnya lelaki ini mengangguk kecil. "Pernah," jawabnya.

"Kapan?"

Salah satu sudut bibir James kini terangkat. "Apa aku harus menceritakan kejadiannya?"

"Tentu saja! Lagian seingatku, kita tidak pernah berciuman," tukas Clara kemudian.

James terkekeh. "Tentu saja kamu tidak akan mengingatnya, karena saat itu kamu sedang mabuk, Clara."

"Mabuk?" ulang Clara.

James mengangguk kecil. "Kamu ingat saat dulu disini kita mengadakan pesta makan malam dari makanan hasil pemberianku? Disaat itu kamu mabuk karena meminum red wine."

Mendengarnya, membuat Clara langsung teringat dengan kejadian tersebut. Saat dimana di pagi harinya Clara terbangun. dari tidurnya dengan James yang sudah berada di samping ranjangnya.

Tunggu!

Apa jangan-jangan ... sesuatu hal yang 'lebih' terjadi saat itu?

"A--apa waktu itu kita benar-benar berciuman?" tanya Clara, sedikit gugup. Dan James pun mengangguk.

"Lalu setelah itu?"

James mengernyit ketika Clara kembali mengajukan pertanyaan. "Setelah itu apa?" tanya James, balik tanya.

"Setelah itu kita melakukan apa?" balas Clara, terlihat sedikit terburu-buru.

Mendengarnya membuat James langsung bisa menangkap isi pikiran Clara sekarang. James tidak menyangka bahwa Clara akan berpikiran sejauh itu.

James menyungging senyum. "Setelah kita berciuman?"

Entah kenapa saat James mengulang pertanyaan itu, pipi Clara seketika memanas. Kenapa James sangat suka menggodanya?

"I--iya."

James bergumam. "Kita ..."

"Kita apa?" sahut Clara tidak sabar.

"Melakukan sesuatu."

Jawaban James sukses membuat Clara tertegun di tempatnya. Gadis ini mulai berpikiran macam-macam. Sementara James yang melihatnya semakin dibuat geli karnanya.

"Sesuatu seperti apa?" tanya Clara lagi.

Saat itu James mendekatkan wajahnya ke arah Clara. Sontak, Clara menjauh. Namun James kembali mendekat hingga mengikis jaraknya dengan Clara.

"Setelah kita berciuman cukup lama, kamu ..." James menggantungkan kalimatnya. Matanya dengan intens menatap Clara yang kini terlihat gugup di tempatnya.

Selanjutnya James mengangkat tangannya untuk menangkup salah satu pipi Clara dan berkata, "... Kamu ngorok."

Suasana sempat hening beberapa saat, setelah akhirnya Clara mencerna semuanya. Dengan kesal yang menggebu-gebu, Clara memukul asal dada bidang James dengan kesal.

"Yang mulia, kamu sangat menyebalkan!"

________________________________________

I Am a Hero [END]Where stories live. Discover now