12. Closer

2.3K 192 5
                                    

KEESOKAN harinya, Clara bangun dari tidurnya dengan rambut yang sedikit berantakan. Gadis ini bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia masih 'mengumpulkan nyawa' dengan sesekali mengusap kedua matanya. Bersamaan dengan itu, James datang dan tentunya membuat Clara sukses terkejut.

"Yang mulia?" ujar Clara, terburu-buru menegakkan posisi duduknya.

James tersenyum simpul. Lelaki berpakaian khas kerajaan ini sekarang berdiri di samping ranjang Clara dan bertanya, "Kamu baru bangun tidur?"

Clara gelagapan. "I--iya, kenapa Yang Mulia datang menemuiku di pagi hari seperti ini? Apakah ada sesuatu yang penting?"

James bergumam. Lelaki ini kemudian duduk di atas ranjang hingga membuat Clara semakin gelagapan. "Tidak ada. Aku hanya ingin menemuimu saja," jawabnya tanpa beban.

Clara menatap James dengan tatapan bingung. "Apa ada sesuatu yang ingin Yang Mulia bicarakan padaku?"

Bukannya menjawab, James malah senyum-senyum sendiri. Lelaki ini sedikit terpesona ketika melihat penampilan Clara yang baru bangun seperti sekarang. Dengan rambut yang berantakan, ditambah wajah yang setengah mengantuk, membuat Clara terlihat menggemaskan di mata James. Hal tersebut membuat James ingin-

"Yang Mulia?" panggil Clara lagi.

James terhenyak. Ia lalu mengumpulkan kesadarannya dengan sedikit menggelengkan kepala. "Tadi sampai mana?" tanyanya linglung.

Sementara Clara semakin dibuat kebingungan karnanya. "Sampai mana apanya? Yang Mulia bahkan belum berbicara apapun. Apa jangan-jangan Yang Mulia tengah melindur?" balas Clara, membuat James melebarkan matanya.

"Aku sedang tidak melindur!" James bangkit dari duduknya dan melanjutkan kembali ucapannya yang sempat terhenti. "Langsung ke inti saja, aku ingin kamu ikut denganku untuk pulang ke Kerajaan," lanjutnya.

Tentu saja mendengar hal tersebut, Clara terjengkit kaget. "Ikut ke Kerajaan?" ulang Clara memastikan.

James mengangguk. "Di sana kamu akan lebih aman daripada tetap tinggal di sini."

Dengan ekspresi yang masih menampakkan kebingungan, Clara menjawab, "Maaf, tapi ... aku lebih suka berada di sini. Aku--"

"Aku tidak mau tahu," sela James, disambut dengan pelototan dari Clara.

"Kenapa? Kenapa aku harus ikut ke Kerajaan? Padahal aku yakin, aku akan aman di sini," balas Clara tidak setuju.

James berdehem. "Ini demi kebaikanmu, Clara. Jadi menurut lah."

Clara beralih untuk berdiri sehingga dirinya bisa berhadapan langsung dengan James. Tubuh James yang terbilang lebih tinggi darinya, membuat Clara mau tidak mau sedikit mendongakkan kepalanya untuk bertatapan dengan lelaki itu.

"Sekali lagi, aku minta maaf, Yang Mulia. Tetapi aku sudah betah untuk tetap tinggal di sini. Lagian, aku tidak mempunyai urusan di Kerajaan jadi nanti tidak akan enak jika tiba-tiba aku tinggal di sana," jelas Clara, menolak secara lembut.

James menarik salah satu sudut bibirnya kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Tentu saja kamu ada urusan di kerajaan, Clara. Aku membutuhkanmu," jawabnya, membuat kening Clara kembali mengernyit.

"Membutuhkanku? Untuk apa?"

James mengambil langkah untuk lebih dekat dengan Clara. Selanjutnya ia sedikit membungkukkan tubuh agar biar sepantar dengan tinggi gadis itu. Wajahnya ia dekatkan, lalu berkata, "Untuk menjadi pendampingku."

deg

Clara tertegun mendengarnya. Kalimat itu terlalu ambigu di pikirannya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan 'pendamping' yang diucapkan oleh James tadi?

"Maksudmu?" tanya Clara, memastikan perkataan James.

James semakin menatap Clara dengan lekat dan dari jarak yang sangat dekat. Walaupun begitu, di jarak yang sedekat ini James masih saja terpesona dengan paras cantik yang dimiliki oleh Clara. Tetapi karena tidak ingin terhipnotis lagi dengan kecantikan itu, James akhirnya menarik tubuhnya seraya berdehem. "Aku yakin kamu sudah mengetahui tentang ramalan lain yang diucapkan oleh tuan Jack," jawabnya.

"Ramalan tentang apa?" balas Clara cepat.

"Tentang kita." James meraih dan menggenggam salah satu tangan Clara kemudian mengusap punggung tangan gadis itu dengan lembut. "Dia bilang bahwa kamu akan menjadi ratu di negeri ini. Dan itu berarti kamu akan menikah denganku, Yang tidak lain adalah raja dari negeri ini," lanjut James.

Clara menelan salivanya dengan susah payah. Gadis ini menarik tangannya dari genggaman James kemudian menjawab, "Maaf, tapi aku ... aku yakin, bahwa kedatanganku ke dunia ini adalah untuk menyelamatkan negeri ini. Itu saja."

James menyungging senyum. "Lalu setelah itu kamu mau apa? Kamu mau kembali pulang ke duniamu?"

Clara langsung meresponnya dengan anggukan. "Tentu saja. Lagian ini bukan duniaku," jawabnya mantap.

James menghela nafas kecil. "Clara, dengar ... " Tangan James kini terangkat untuk merapikan rambut Clara yang terlihat masih acak-acakan. "Saat kamu datang ke sini, itu artinya kamu sudah menjadi penghuni di dimensi ini. Kamu tidak akan bisa kembali ke duniamu," sambut James yang langsung disambut dengan ekspresi terkejut dari Clara.

"Apa?"

James mengangguk. Sekarang tangan yang awalnya berada di pucuk kepala Clara, sekarang bergerak untuk turun dan menangkup pipi gadis itu. "Saat kamu menginjakkan kakimu ke dunia ini, maka itu berarti kamu telah menjadi penghuni dimensi ini. Lupakan duniamu yang dulu, karena kamu tidak akan bisa kembali lagi ke sana."

"Tunggu, tunggu!" Clara menurunkan tangan James di pipinya dan berkata, "Tapi ini bukan duniaku, aku tidak dilahirkan di dunia ini! Jadi bagaimana bisa kamu berkata bahwa sekarang aku adalah penghuni murni dari dunia yang tengah kita tempati sekarang?"

James merubah ekspresinya menjadi datar. Ralat, lelaki ini menampilkan ekspresi dinginnya. "Kenapa kamu sangat ingin pulang ke duniamu itu? Bukankah di sana kamu tidak bahagia? Ada banyak orang jahat yang menyakitimu di sana, Clara," jelas James, sukses membuat Clara bungkam.

"Kamu pikir aku tidak tahu? Aku sering memperhatikanmu dengan melihat bola kehidupan milik Mrs. Pollent. Aku tau bahwa di sana kamu menderita. Kamu tidak mempunyai siapa-siapa di sana, kan?"

Clara menundukkan wajahnya karena perkataan James benar adanya. Di sana--di dunia Clara yang dulu, Clara sama sekali tidak mempunyai siapapun. Setelah kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan, Clara hanya tinggal sendirian selama ini. Clara berjuang sendiri untuk hidupnya. Clara tidak mempunyai siapapun.

"Di sini ada banyak yang menyayangimu, Clara. Walaupun kita baru kenal, aku harap kamu percaya dengan perkataanku sekarang. Karena itulah kenyataannya. Kami--yang di sini, sangat peduli terhadapmu," ucap James meyakinkan. Namun Clara masih belum mengangkat wajahnya.

Hal tersebut membuat James menarik dagu gadis itu dengan lembut untuk membalas tatapannya. "Tetaplah di sini, Clara. Aku akan menjamin kebahagiaanmu. Tetaplah di dunia ini, bersamaku," bisiknya yang membuat darah Clara terasa berdesir hebat.

I Am a Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang