16. I wanna have magic

2K 158 6
                                    

KEDATANGAN Clara bersama yang lainnya ke asrama sukses menjadikan mereka pusat perhatian. Pasalnya, mereka tidak datang sendirian, melainkan bersama beberapa kereta kuda yang masing-masingnya membawa setumpuk karung berisi bahan makanan.

Mrs. Pollent yang melihat hal tersebut tentu saja kaget. Wanita ini berjalan mendekati Reyna lalu bertanya, "Apa semua ini, Reyna? Saya hanya menyuruh kamu untuk membeli barang-barang yang sudah saya list di kertas itu, kan?"

"Semua ini pemberian dari Pangeran James," bisik Reyna, sembari melirik ke arah James yang terlihat masih setia menempel di samping Clara. Dari sini Reyna bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah jengah Clara tampakkan. Bayangkan saja, setelah kejadian di pasar tadi, James tidak membiarkan gadis itu untuk menjauh darinya satu jengkal pun.

"Pangeran James yang membelikan semua ini?" ulang Mrs. Pollent, memastikan. Sementara Reyna mengangguk.

Tanpa menunggu lama lagi, wanita ini langsung berjalan mendekati James untuk mengucapkan terimakasih. Tidak biasanya pria tampan itu bersikap baik terhadap asrama yang tengah dipimpinnya ini.

"Tidak usah berterimakasih. Ini memang sudah tugasku untuk memastikan bahwa rakyatku bisa hidup dengan damai tanpa kelaparan," jawab James, menyungging senyum. Jauh di lubuk hatinya, lelaki ini ingin membanggakan sisi baiknya di depan Clara.

"Padahal awalnya kakak tidak peduli sama sekali dengan asrama ini," celetuk Victoria yang tiba-tiba muncul dan berhenti tepat di samping James.

James melotot. Ia takut Clara akan mendengarnya. "Apa yang kamu bicarakan? Tentu saja aku sangat peduli dengan asrama ini," ujarnya membantah, disambut dengan kerlingan mata malas dari Victoria.

Mrs. Pollent hanya terkekeh kecil. "Pemberian anda ini sangat membantu kami, Yang Mulia. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih." Setelah mendapat anggukan dari James, akhirnya wanita tersebut pamit untuk masuk kembali ke dalam asrama untuk mengatur stok makanan yang diberikan oleh James. Begitupun dengan yang lainnya, hingga sekarang hanya menyisakan James, Clara, dan Victoria saja.

"Hey, aku belum berkenalan denganmu, kan?" tanya Victoria, terdengar seperti sebuah sapaan untuk Clara.

Clara tersenyum canggung. "Iya. Aku belum mengetahui namamu."

Victoria dengan senang hati mengulurkan salah satu tangannya. "Perkenalkan, namaku Victoria--adiknya kakak James. Aku harap kita bisa berteman dengan baik!"

Clara mengulum senyum seraya menerima uluran tangan tersebut. "Aku Clara. Aku juga berharap kita bisa berteman dengan baik," balasnya.

Beberapa detik kemudian James menarik tangan Clara hingga jabatan tangan kedua gadis itu terlepas. "Jangan mau berteman dengannya, Clara. Victoria suka berbicara yang aneh-aneh," ujar James kepada Clara.

Mendengar hal itu, Victoria melebarkan kedua matanya. "Bisa-bisanya Kakak menjelek-jelekkan adikmu sendiri di depan Kakak ipar seperti ini!"

Mendengar panggilan 'kakak ipar' dari Victoria, membuat pipi Clara memanas. Inginnya Clara segera pergi dari sana, tetapi dirinya sekarang malah terjebak di situasi--melihat pertengkaran kakak dan adik seperti ini.

"Aku tidak sedang menjelek-jelekkan mu, Victoria. Itu memang kenyataannya. Kamu suka bergosip dengan pelayan-pelayan di istana, kan?"

"Itu beda lagi!" bantah Victoria dengan mimik wajah kesal.

"Tetap saja, maka dari itu aku tidak ingin membuat Clara tertular pengaruh buruk darimu," balas James tidak mau kalah.

"Aku tidak akan membawa pengaruh buruk untuknya, Kak!" Victoria mulai melayang-layang kan pukulan kecil ke lengan kekar milik James, walaupun hal tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap lelaki itu.

"Kakak menyebalkan!" Setelah mengatakannya, Victoria melangkah pergi dari sana dengan langkah yang dihentak-hentakkan layaknya seorang anak kecil. Sementara Clara yang melihatnya hanya bisa terkekeh kecil.

"Victoria sangat lucu," kekeh Clara kemudian.

James membalasnya dengan senyuman kecil. "Lebih lucu kamu, Clara"

***

Waktu berganti menjadi malam. Cahaya rembulan di atas sana tidak meredupkan antusias Clara dalam melihat pemandangan di hadapannya sekarang.

Kini, gadis cantik ini tengah melihat beberapa orang yang tengah melatih sihirnya. Lokasinya yang berada di halaman gedung asrama membuat mereka bisa leluasa melemparkan kekuatannya. Dan hal tersebut membuat Clara yang pertama kali melihatnya, menjadi sangat antusias.

Clara sesekali bersorak girang seraya bertepuk tangan ketika ia melihat seseorang di sana berhasil mengeluarkan sihirnya dengan sempurna. Clara tidak percaya ia bisa melihat hal berbau sihir seperti ini. Clara merasa ini seperti mimpi, tetapi kenyatanyaannya adalah tidak. Clara tadi sempat meminta untuk diajari sihir seperti yang lain, tetapi Mrs. Pollent tidak memperbolehkannya. Beliau bilang bahwa Clara memiliki keistimewaan yang lain. Dan itu bukanlah sihir.

Memikirkan hal tersebut membuat Clara seketika termenung. Ia sendiri belum mengerti dengan jelas apa perannya di dunia fantasy ini. Jika Mrs. Pollent berkata bahwa keistimewaan nya bukanlah sihir, lalu apa yang bisa Clara lakukan? Apa yang dimiliki Clara sehingga ia disebut istimewa?

"Ash!"

Pekikan kecil dari Eyden membuat Clara secara refleks menoleh ke arahnya. Di sini Clara bisa melihat dengan jelas bahwa lengan Eyden telah terluka karena mungkin tadi sihirnya itu sempat mengenai lengannya. Sebenarnya Clara ingin sekali mengobati Eyden, tetapi pergerakan Selena yang sangat cepat membuat Clara tidak bisa berkutik.

Gadis berambut merah itu terlihat hati-hati mengobati luka di lengan Eyden. Dengan itu Clara bisa memastikan bahwa Selena memang mempunyai perasaan khusus terhadap Eyden.

Tidak.
Clara tidak merasa cemburu sedikitpun. Justru Clara senang karena Eyden memiliki seseorang yang sangat menyayanginya. Clara senang karena Eyden memiliki seseorang yang sangat peduli terhadap keadaannya. Karena sejatinya, terkadang Clara melihat Eyden terlihat sangat kesepian. Entah beban apa yang ditanggung oleh lelaki itu, tetapi Clara sering melihat sirat kosong di manik matanya.

"Latihan untuk hari ini selesai!" seru Mrs. Pollent, sukses membuat orang-orang yang telah melatih kemampuannya, kini menghela nafasnya lega.

"Khusus untuk malam ini, karena kita memiliki stok makanan yang sangat banyak, bagaimana jika kita berpesta?" usul Leo, di sambut dengan anggukan setuju dari semua orang yang ada di sana.

Dan Mrs. Pollent pun mengangguk mengiyakan. "Baiklah, untuk malam ini saya ijinkan. Kita berpesta sekarang."

Semua orang disana bersorak kegirangan seraya langsung saling terburu-buru untuk masuk ke dalam gedung asrama.

Yah, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang.

______________________________________

I Am a Hero [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें