28. the Wars

1.4K 119 7
                                    

HARI ini misi untuk menyelamatkan Clara akan dijalankan. James dan yang lainnya terlihat sudah mulai mengendap masuk ke dalam gedung tempat dimana kelompok black fairy bersemayam. Tentu saja dengan melewati jendela yang direkomendasikan oleh Eyden. Dan ternyata, rencananya berhasil. Ruangan yang mereka masuki sekarang benar-benar sepi tanpa ada orang.

Di sinilah keenam sosok ini mulai berpencar. James dan Leo bergegas untuk menyelamatkan Clara, Reyna dan Selena bergegas pergi untuk mencari keberadaan Patricia, Mrs. Pollent juga ikut bergegas untuk mencari keberadaan Felix, sementara Eyden sendiri--lelaki ini bertugas untuk memastikan bahwa semua rencana mereka berjalan dengan baik.

Reyna dan Selena kini nampak berjalan mengendap-endap, menyusuri setiap lorong di dalam gedung ini untuk mencari keberadaan Patricia. Setahu Reyna, dulu gedung ini adalah warisan dari tuan Jack untuk diberikan kepada Felix. Tetapi sekarang Felix malah mengubahnya menjadi basecamp untuk para black fairy yang didirikannya. Dan untunglah, tidak perlu memakan waktu yang lama, Reyna dan Selena akhirnya berhasil menemukan keberadaan sosok peri itu.

Dari balik dinding, Reyna melihat bahwa Patricia tengah tertidur di atas kasurnya. Tentunya ini merupakan sebuah kesempatan emas. Reyna lalu memberikan isyarat kepada Selena untuk masuk ke dalam kamar tersebut secara diam-diam untuk menangkap Patricia.

Selena mengangguk, membuat keduanya kini berjalan menyelinap untuk masuk ke dalam ruangan itu. Kaki jenjang Reyna semakin berjalan mendekat ke arah Patricia yang masih belum bergeming. Selanjutnya, Selena mengeluarkan sebuah belati dari balik bajunya dan dengan gerakan cepat ia mengarahkan belati tersebut ke arah jantung Patricia. Tetapi tanpa disangka-sangka, sebuah tangan menahan pergerakan Selena. Hingga membuat mereka tersadar, bahwa sebenarnya Patricia tidak sedang benar-benar tidur.

"Aku tidak menyangka kalian akan menyerangku saat aku sedang tidur seperti ini," desis Patricia yang dengan gerakan secepat kilat, mengubah posisinya menjadi berdiri. Hal tersebut membuat Selena dan Reyna langsung ambil posisi untuk berjaga-jaga.

Sementara di sisi lain, Mrs. Pollent terlihat mengatur nafasnya yang sempat menggebu-gebu. Bercakan darah nampak berceceran dimana-mana. Mata wanita ini bergerak ke sekeliling untuk menatap musuh yang telah ia kalahkan satu persatu. Setelah itu, wanita ini hendak melanjutkan langkahnya sebelum sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"Kamu ternyata bisa senekat ini, ya?"

Mrs. Pollent menelan salivanya dengan susah payah. Ia sangat kenal dengan suara itu. Lantas, tanpa menunggu lagi, ia membalikkan tubuhnya hingga dirinya bisa melihat sesosok lelaki tinggi yang berdiri tidak jauh dari posisinya sekarang.

"Dimana kamu menyembunyikan Clara?" tegas Mrs. Pollent, mencoba untuk tidak gentar.

Lelaki yang tidak lain adalah Felix itu, kini menarik salah satu sudut bibirnya. Kakinya mulai melangkah untuk mendekati Mrs. Pollent. "Apa untungnya aku memberitahu mu? Keberadaan gadis itu hanya untuk merugikanku saja, kan?" balas Felix kemudian.

"Clara tidak salah apa-apa. Dia datang ke dunia ini untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik lagi. Salah satunya adalah dengan memberantas orang-orang jahat sepertimu," jelas Mrs. Pollent.

Felix yang mendengarnya hanya bisa tertawa hambar. "Orang jahat ini adalah suamimu, Pollent. Kita masih berstatus suami-istri, kau ingat?"

Mrs. Pollent dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain. "Kamu bukan suamiku. Suamiku tidak akan membentuk kelompok Black fairy yang hanya bisa menebar kejahatan saja di negeri ini," jawabnya.

"Aku sedih mendengarnya, Pollent. Padahal dulu kita saling mencintai."

Jari jemari Mrs. Pollent terlihat meremas baju yang tengah dipakainya sekarang. Mata wanita ini memejam--mengingat kenangan-kenangan yang pernah dilaluinya bersama Felix dulu.

"Jika aku hamil, kamu ingin mempunyai anak laki-laki atau perempuan?" tanya Pollent sambil mengusap punggung tangan Felix yang melingkar di perutnya.

Felix tersenyum kecil. Ia mengecup pipi Pollent dari samping dan menjawab,"Itu terserah kamu saja. Entah itu laki-laki atau perempuan, aku akan tetap menyayanginya."

Pollent tersenyum lebar. Sekarang pasangan yang baru menikah di beberapa bulan ini terlihat sedang di madu cinta. Kemanapun mereka selalu berdua. Bahkan, kedekatan nya ini membuat masyarakat di negeri Vrython iri akan keromantisan nya.

Hingga pada suatu hari, Jack--Ayah dari Felix mengumumkan bahwa dirinya akan mengubah sistem di negeri ini menjadi sistem kerajaan. Felix yang mendengar hal tersebut tentu saja merasa senang. Ia sudah tidak sabar untuk menjadi pemimpin di negeri ini. Sampai ia lupa, bahwa sebenarnya dirinya masih mempunyai seorang Kakak Laki-laki yang tentunya akan dipilih oleh Jack untuk menjadi raja di negeri Vrython.

Felix yang sudah berharap terlebih dahulu, menjadi sakit hati. Ia beberapa kali meminta kepada Jack untuk mengangkatnya menjadi raja. Tetapi keputusan Jack sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Di sini, Pollent juga ikut membujuk Felix untuk menerima keputusan dari Jack. Tetapi bukannya mengerti, Felix malah balik memarahi Pollent. Di sanalah awal pertengkaran hebat di antara mereka. Hingga akhirnya Felix memilih untuk keluar dari asrama dan membentuk black fairy di gedung tempatnya tinggal. Sementara Pollent sendiri, yang memang menganggap bahwa jalan Felix adalah salah, ia memilih untuk tetap tinggal di asrama sampai sekarang.

"Jika kamu mengerti keadaanku, kamu seharusnya tinggal disini bersamaku, Pollent," ujar Felix lagi, membuat Pollent tersadar dari lamunannya.

Dengan cepat Pollent menggelengkan kepalanya. "Tidak. Jalanmu ini memang salah. Seharusnya kamu mengerti bahwa tuan Jack memilih Albert untuk menjadi raja, itu karena ia tau bahwa keputusan itulah yang terbaik."

Felix berdesis. "Setelah dua puluh tahun berpisah, pemikiranmu itu masih sama, ya?"

Lelaki ini menghela nafas kasar seraya mengangkat salah satu tangannya yang sudah nampak mengeluarkan sebuah cahaya. "Baiklah, karena tidak ada pilihan lain. Ayo kita bertarung saja-

.

.

.

-istriku," ujar Felix, disambut dengan Pollent yang juga ikut mengeluarkan sihirnya.

________________________________________

I Am a Hero [END]Where stories live. Discover now