Dignity (38)

53.4K 3.2K 253
                                    

Jangan pelit buat vote dan komen, ya he

***

Amarah Manuela seakan luruh dan lenyap begitu saja justru setelah sang Don benar-benar mengucapkan kalimat penghinaan dari mulutnya sendiri.

Air matanya berhenti menetes sama sekali. Ia menghirup udara dalam-dalam hingga dadanya membusung dan dagunya terangkat naik, kemudian mengembuskannya pelan dan bersuara lewat mulut. Kepalanya mengangguk sebelum kakinya turun dari tempat tidur. Sang Don menyaksikannya tanpa berbuat apa-apa, ia masih terus menatap sampai sosok gadis itu menghilang dari garis pandangnya.

Di balik badannya, Manuela melintas menuju kamar mandi tanpa berkata apa-apa lagi, dan menutup pintunya dari dalam. Setelah terdengar kunci diputar, bahu sang Don jatuh, tubuhnya memantul di atas permukaan kasur. Dengan lemas, ia menggeser pantatnya dan duduk di tepi tempat tidur, melamun sambil menanggalkan sepatu.

Telepon di nakas berdering mengusiknya, tapi sang Don baru menjawabnya setelah dering ke-lima.

"Apa kau sedang sibuk?" terdengar suara sang kakak di ujung lain nan jauh.

Sang Don memejamkan mata, mencoba menangkap suara angin malam dan gesekan daun yang sudah cukup lama tak didengarnya. Ia rindu rumah. Sudah lama pula ia tak mengunjungi ranch-ranch kudanya di desa, atau bermain bola dengan ponakan-ponakannya yang lucu. Bahkan kawan-kawannya yang menyeramkan pun, sejenak dirindukannya. Jauh dari rumah selalu membuatnya rindu.

"Aku tidak suka di sini," katanya sedih.

Salazar Silas mendesah, sejuta pertanyaan berkaitan dengan pekerjaan seketika berada di urutan sekian dari tujuannya menelepon sang adik, sekaligus tangan kanannya yang terpercaya, "Setelah urusan ini selesai, kau tak perlu ke sana lagi. Aku selalu tahu kau membenci kota-kota besar yang pengap dan panas itu, adikku, kita akan menunjuk orang lain supaya kau bisa tetap di sisiku di Kolombia. Begitu Shane Dalton kita selesaikan."

"Dia bajingan pencuri, aku sudah hampir membunuhnya."

"Ya, Carlos menceritakannya padaku. Aku menelepon untuk memuji kehebatanmu, kita harus menunggu saat yang tepat. Jangan sampai terjadi pertumpahan darah di Miami, Santiago akan berpikir kita menyulut perang antar wilayah kalau kau menghabisi Shane di areanya."

"Dia sudah mulai menyindirku, dia datang ke pesta Santiago menyebarkan rumor salah satu informannya menghilang."

"Yang kau lenyapkan?"

"Ya, dia yang memastikan Shane memang mencuri barang kita. Aku sudah mengurus informan itu dengan baik. Shane tak punya bukti, tapi kalau dia merasa mencuri ... dia tentunya tahu siapa yang menghabisi orang-orang itu."

"Itu berarti dia mencuri."

"Aku menunggu Joshua Dalton menampakkan diri, dia juga harus dihabisi. Kalau tidak ... dia masih bisa mengambil alih. Dia sedang berurusan dengan DEA, anak buahnya membunuh seorang agen dan menyebut namanya. Sekarang dia sembunyi, yang membuatnya sulit dicari."

"Dia tak pernah menyebut soal adiknya."

"Memang tidak kepada kita, dia menyimpannya. Karena itu kubilang dia harus diringkus sekalian, atau dia akan menjalin kerjasama dengan penghasil lain setelah kakaknya mati, dan akhirnya justru membuat masalah dengan jaringan kita di sini. Chavez sedang mengurusnya"—pintu kamar mandi dibuka—"aku sudah memintanya segera menghubungiku kalau dia menemukan sesuatu."

"Jadi dia memang licik sejak awal, dia menyembunyikan team-nya untuk rencana cadangan jika suatu waktu terjadi sesuatu," gumam Salazar. "Ah ... ya, bagaimana pesta Santiago tadi? Apa meriah? Kudengar kau membawa gadis yang sangat cantik."

Desired by The DonWhere stories live. Discover now