Butuh beberapa detik agar Wulan mengerti maksud dari perkataan Adam, hingga Wulan menepuk jidatnya. "Astaga! Lo gimana sih Dam!  Gue takut itu karna gue lagi nonton film horor! Kenapa gak nanya dulu sih!"

"Lah, lo kenapa bilang takut?!"

"Yah, kan lo tadi tanya, gue lagi ngerasain apa? Ya udah gue bilang aja takut, karna gue tadi lagi nonton film horor,"

"Terus kenapa gak bilang gitu tadi? Kalau takut karna nonton film horor?!"

"Gue lagi serius nonton Adam, jadi yah balasnya singkat! Lo juga gak nanya gue takut kenapa!"

Adam menghembuskan napas kasar, "lo tahu gak?! Jarak rumah gue ke rumah lo itu jauh!"

Wulan mengerucutkan bibirnya mendengar kalimat Adam yang seakan-akan menyalahkannya. "Lo tahu gak?! Jarak kamar gue ke pintu itu jauh, di saat jiwa mager gue kumat!"

Adam menatap Wulan jengah. "Terserah lo deh yang penting lo gak kenapa-kenapa, dan sekarang lo cepet bikinin gue makanan apa kek, gue laper!"

Mendengar penuturan Adam, membuat jiwa kemageran Wulan menjadi manja. "Yah, Dam, lo tahu gue bener-bener gak mood buat ngapa-ngapain selain nonton sekarang! Lo pulang aja lagi, terus lo makan deh di rumah lo,"

"Astaga Wulan! Gue juga terlalu capek buat kembali lagi ke rumah! Dan lo harus tanggung jawab karna udah buat gue datang ke sini,"

Wulan yang merasa kakinya pegal, menjatuhkan dirinya duduk di samping Adam. "Gue gak nyuruh lo ke sini, padahal! Kenapa jadi gue yang salah lagi?!"

"Udah sana, lo pergi masak, atau gak lo kasih gue makan apa kek, lo gak mau kan kehilangan gue karna mati kelaparan?!"

"Tunggu di sini!" Ujar Wulan yang bangkit dari duduknya kemudian melangkah dengan ogah-ogahan menuju dapur.

Dan tak lama kemudian, Adam di kejutkan dengan kedatangan Wulan, dengan cemilan yang begitu banyak di pelukannya.

"Nih, lo makan sepuasnya, gue malas masak, gak mood!" Ujar Wulan meletakkan semua cemilan yang dipeluknya tadi di meja depan tempat Adam duduk.

Wulan kemudian menjatuhkan dirinya duduk di samping Adam, dan menyandarkan kepalanya di lengan samping Adam.

"Lo ngantuk? Lo ke kamar gih, gue tidur di sini aja," ujar Adam, menatap wajah Wulan yang terpejam dari samping, kemudian mengelus pipi Wulan lembut.

Wulan menggeleng dengan matanya yang masih terpejam, "gue di sini aja, temenin lo, lagian gue terlalu mager buat bangun lagi, gini aja gue udah nyaman, jangan ganggu,"

Sekarang Adam baru tahu jika Wulan, memiliki tingkat kemageran yang tinggi.

"Wulan, nanti badan lo sakit lagi kalau tidur dalam posisi duduk kayak gini," peringat Adam.

"Mending lo makan tu makanan, gue mau tidur,"

Dan yang dilakukan Adam hanyalah menggeleng melihat kelakuan Wulan, sungguh perilaku Wulan sangatlah mirip dengan ibunya,  ibunya itu orang yang memiliki kemageran tingkat tinggi, melakukan apapun kadang disesuaikan dengan mood, namun ibunya lebih bisa menempatkan dimana harus bersikap demikian.

***

Wulan menggeliat bergerak ke kiri dan kenan, dan merasakan keanehan, sehingga membuat Wulan membuka matanya.

Melihat ke sisi kanan dan kiri, kemudian merabanya dengan kedua tangannya di kedua sisi. Ia berada di kamarnya!

Tunggu! Seingatnya tadi malam, Adam datang ke rumahnya, dan menginap di sini, dan, dan tadi malam ia ingat betul tertidur bersandar pada lengan lelaki itu di ruang tamu!

Atau jangan-jangan, ia hanya bermimpi? Ah, mungkin saja, oh tunggu! Bisa saja Adam yang memindahkannya di sini.

Wulan bangun dari tidurnya dan langsung keluar dari kamarnya, menuruni tangga, dan betul saja, ia mendapati Adam.

Berarti ia tak bermimpi.

"Oh, hai, tuan putri, lo udah bangun? Tidur lo nyenyak? Ayo makan, gue baru aja pesen bubur ayam buat kita,"

Wulan berjalan mendekati Adam dengan kaki telanjangnya. "Lo mindahin gue ke kamar?" Tanya Wulan setelah mengambil tempat duduk di samping Adam.

"Gue takut, tidur lo gak nyenyak kalau harus tidur dalam posisi duduk, udah makan gih, lo pasti lapar, karna kemageran lo tadi malam, lo pasti rela nahan laper," Adam menyodorkan bubur ayam di depan Wulan.

"Makasih, Dam," ujar Wulan, kemudian melahap bubur ayam di depannya.

Melihat Wulan, menjadi candu tersendiri bagi Adam. Apapun yang dilakukan Wulan, lelaki itu tak bosan melihat wanita itu, sungguh.

Tangan Adam terulur untuk menyampirkan rambut Wulan. "Hati-hati jangan sampai lo makan rambut lo," ujar Adam masih memegang rambut Wulan.

Wulan memberhentikan acara makannya dan balik menatap Adam, hingga mata keduanya saling beradu.

Dan entah apa yang merasuki Adam, membuat cowok itu semakin mendekat ke arah Wulan hingga kini ia mencium bibir Wulan dengan lembut dan pelan.

Wulan refleks menahan kedua sisi pundak Adam, dan cewek itu hanya diam mematung, tak menolak dan juga tak membalas ciuman Adam.

"Brengsek!"

Brak.

Bugh.

Kejadian itu begitu cepat terjadi, dimana kerah baju Adam ditarik paksa kemudia di dorong hingga tubuhnya membentur lantai, dan kemudian dilanjutkan dengan pukulan pada rahang Adam.

Adam yabg mendapat perlakuan demikian yang tiba-tiba, tak bisa membalas bahkan menghindar.

"Kakak! Hentikan!" Pekik Wulan melihat Adam yang dihujami pukulan demi pukulan dari kakaknya, Wira.

"Berani-beraninya lo cium adik gue! Lo siapa hah?!" Kembali Wira melayangkan pukulannya pada Adam, yang kini tak berdaya karna tak diberi celah oleh Wira untuk melawan maupun menghindar.

Memekik pun tak cukup, Wulan segera menarik paksa Wira menjauh dari Adam, sebelum kakaknya itu membuat luka Adam semakin parah.

"Kakak kenapa sih?! Mau bunuh anak orang?  Iya?!" Ujar Wulan setelah berhasil menarik kakaknya menjauh.

"Wulan! Dia udah cium kamu! Orang tua kita udah gak ada, dan kamu itu sepenuhnya tanggung jawab aku! Kalau sampai si bajingan ini," Wira menunjuk Adam yang terbaring di lantai dengan banyaknya luka. "Kalau dia ngelakuin hal lebih dari tadi, apa yang akan aku katakan pada orang tua kita, hah?! Pasti mereka akan kecewa!"

"Tapi, kakak gak harus mukul Adam segitunya juga!"

"Dia pantas mendapatkannya! Lagipula, kenapa dia bisa berada di rumah ini, sepagi ini?! Apa saja yang kalian lakukan?!"


Tbc

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now