"Berisik." Ucapnya penuh penekanan.

Setelah mengatakan hal itu ia keluar dari kelas dan meninggalkan kesenyapan yang ia perbuat. Tak ada yang berani membahas hal itu lagi. Joy menggelengkan kepala berusaha acuh.

"Teman-teman tugas sejarahnya dikumpulkan 5 menit lagi." Ucap Sehun dengan senyum tenang yang menakutkan menurut Joy.

Baru kali ini Sehun berekspresi seperti itu. Setelah kesenyapan yang lumayan lama tadi hanya Sehun yang memecahkannya. Pasti ia tak tahan mendengar orang-orang itu berkomentar. Benar-benar teman yang baik sekaligus menyeramkan. Tapi, siapa juga sih yang tahan mendengar teman dekatmu diolok seperti itu.

....

Vino kembali menghembuskan nafas berat. Seharusnya ia bersiap dengan segala kenyataan yang terjadi. Padahal sudah jadi kesepakatan antara ia dan irene untuk melindungi Joy.

Ingatannya berputar pada kejadian malam itu, malam dimana ia membuat kesepakatan tergila dalam hidupnya. Dan mungkin sekarang ia mulai sedikit menyesalinya.

"Ayo kita bertunangan." Ajaknya dengan wajah datar.

Irene yang disampingnya tampak terkejut. Mata cantiknya terbelalak kaget. Ekspresinya sangat mudah dibaca.

"Hanya sampai aku punya kekuatan untuk membatalkan perjodohan ini." Vino mencoba tersenyum. Anehnya senyuman itu terasa menakutkan untuk Irene.

Vino yang jarang tersenyum bahkan pada Irene. Orang yang ia sukai dulu. Biasanya vino hanya tersenyum untuk kesopanan saja dihadapan para koleganya.

"Jangan bercanda. Itu tidak lucu."

Irene memukul kepala vino keras. Tentu saja vino reflek meringis kesakitan. Irene mendengus kesal. Seputus asa itukah vino.

"Aku tak bercanda rene. Aku hanya butuh waktu sampai aku bisa membatalkannya. Mungkin paling lama sampai aku memegang perusahaan ayahku."

"Sampai kau memegang perusahaan ayahmu? Kau bercanda? Itu bahkan butuh waktu 10 tahun. Bagaimana jika jinno berpaling ?" Sungut Irene.

"Lalu apa kau punya rencana yang lebih baik?"

Hening...

"Apa kau yakin paman yang melakukannya?"

"Aku ingin berkata kalau itu bukan ulah ayahku. Tapi ia sendiri yang mengatakannya." Vino menerawang ke langit yang gelap tanpa bintang.

"Baiklah, ayo bertunangan. Tapi, kau yang harus menjelaskan ke jinno. Aku tau kau berkelahi dengannya hanya karna masalah pertunangan ini kemarin."

"Apa kalian pacaran?"

"Menurutmu?"

"Entahlah. Aku sudah lama menyerah tentangmu."

"Itu karena Joy yang berhasil masuk ke dalam hatimu yang bahkan aku sendiri tidak bisa melakukannya." Irene tertawa.

"Mungkin kau benar." Vino tersenyum membayangkan bagaimana Joy yang susah ditebak.

....

"Ayo kita pergi bermain bersama." Ajak Eunwoo begitu bel pulang berbunyi.

Eunwoo merangkul jinno yang terlihat lemas.

"Ibu ayo ikut main. Aku tau hari ini kau tidak ada jadwal les kan."

Joy meringis. Sebenarnya ia ingin kabur sekarang tapi melihat suasana yang seperti ini ia tidak tega. Yang Joy harapkan kan mereka hidup bahagia agar ia bisa cepat kembali ke dunianya.

"Baiklah. Kalau kalian semua ikut aku juga akan ikut."

Entah ini keputusan yang baik atau buruk ia tidak tau. Yang pasti ia harus memastikan jinno dan vino akur, titik.

Benar saja dugaan Joy, walau sudah ada satu jam mereka di tempat karaoke vino dan jinno tetap perang dingin. Bayangkan saja, dari tadi hanya suara lagu yang berputar tanpa ada yang menyanyi.

"Vin, kita perlu bicara." Jinno berdiri dari duduknya.

Tanpa banyak bicara vino ikut berdiri dan mengikuti jinno di keluar ruangan.

"Woah... Akhirnya aku bisa bernafas juga." Ucap eunwoo. Ia mengambil nafas dalam seakan-akan oksigen di sekitarnya menipis.

"Apa mereka akan baik-baik saja?" Joy menatap ke arah pintu keluar.

"Tenanglah, mereka tidak akan sampai saling memukul." Sehun mencoba menenangkan dengan senyumannya.

"Lebih baik kita menyanyi saja."

Irene mengambil mikrophone yang ada di depannya. Setelah memilih lagu ia berdiri didepan diikuti eunwoo. Mereka berdua bernyanyi seakan tanpa beban. Joy merasa heran . Apa mereka benar-benar tidak khawatir dengan jinno dan vino.

"Sudahlah, lebih baik kau menikmati kebersamaan kita hari ini. Aku sudah lama mengenal vino.  Mereka tidak akan terluka."

Sehun seperti bisa menebak apa isi pikiran Joy. Mungkin benar yang dikatakan Sehun. Terkadang sesuatu memang harus berjalan semestinya agar seseorang menjadi dewasa. Joy hanya menghela nafas panjang berusaha menghilangkan kekhawatirannya.

....

Baiknya ini di unpublish atau di lanjut ya?

Sebenernya pengen berhenti nulis ini karena low respect.

gimana ya...

Sebenernya kalian vote aja udah cukup senang akunya tuh...
Tapi karena makin kesini makin ilang...
Semangat buat nulis juga ikutan ngilang deh...
  Tapi....

Pengen banget nyelesain nih cerita gimanapun hasil responnya.

Kurang apa lagi coba,
Aku udah tripel upload lho....
Semoga target vote 40 bintang terpenuhi untuk chapter ini

Bonus gambar joy, vino, jimi ketika vino main ke rumahnya Joy

Bonus gambar joy, vino, jimi ketika vino main ke rumahnya Joy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


peran pendukungWhere stories live. Discover now