10

886 152 13
                                    

Hai... Udah lama ya...
Maaf ya baru bisa update. Soalnya udah dari beberapa Minggu yang lalu ujian terus. Entah itu ujian UAS, ujian gadar, osca, dan besok sabtu perioperatif.

Makanya nggak bisa nulis saking sibuknya belajar dan belajar. Baru bisa nyempetin sekarang... Huhuhu... TT

Seperti biasa jan lupa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah...
(kayak vote apa aja)

Hehehehehe

Happy reading.

.
.
.

Oh lupa memperingatkan...
Cerita di bawah ini dapat menyebabkan rasa kesal dan gemas yang amat sangat. Disarankan gigit bantal aja kalo kesel, jangan gigit tangan temen apalagi tangan sendiri... Wwwkkk

Bercanda...

.....

Joy membuka matanya mencoba mengembalikan kesadarannya. Suara kak Jimi yang keras berhasil mengembalikannya ke dunia menyebalkan ini.

Mata Joy terasa berat sekarang. Ini semua pasti akibat dari tangisannya tadi malam. Tangisan yang Joy sendiri heran. Kenapa Joy menangisi nasib Vino padahal nasibnya sendiri tak jauh lebih menyedihkan, seorang pemeran pendukung.n

"Joy, kenapa kau menangis tadi malam? Apa kau bertengkar dengan vino?" Goda Jimi dengan muka kepo yang mengesalkan.

Joy menatap sebal kakaknya ini. Kenapa membahas masalah itu sih. Kakaknya selalu tau bagaimana cara membuat moodnya jelek. Inikan masih pagi.

Masalah yang terpenting sekarang, bagaimana caranya ia bisa bertemu dengan vino nanti? Mau ditaruh dimana mukanya nanti? Ditambah keadaan matanya yang berkantung khas orang menangis.

"Aghhh entahlah..." Joy menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Ia menendangi selimutnya. Rasa malunya sudah di ubun-ubun sekarang.

"Kau bertengkar dengan vino? Jujur saja padaku kau berpacaran dengan vino kan?"

Joy menatap horor bayangan kakaknya dari balik selimut. Membayangkan ekspresi kakaknya saja sekarang sudah cukup membuatnya kesal. Ada apa sih dengan kakaknya ini? Kenapa selalu bertanya tentang kejelasan hubungannya dengan vino? Kepo sekali.

"Kak... Apa aku tak usah sekolah hari ini ya?" Joy membuka kembali membuka selimutnya dan memperlihatkan ekspresi cemberut. Ini berbanding terbalik dengan matanya yang menatap Jimi penuh harap berharap kakaknya setuju dengan usulnya.

Jimi melipat kedua tangannya sembari pura-pura berfikir. Vino pasti ada hubungannya dengan mata sembab Joy sekarang. Sepertinya Jimi harus mulai menjauhkan adiknya dari vino. Entah kenapa feelingnya jelek tentang alvino.

Jimi menatap wajah adiknya yang nampak berantakan khas orang bangun tidur. Manis sekali. Jimi menyeringai sambil menatap penampilan berantakan Joy. Ingin rasanya menjahili adiknya ini. Bolehkah Jimi berharap kalau yang didepannya ini bukan adiknya?

"Aku sih tak apa-apa. Tapi bukankah mamah akan sangat marah ya?" Jimi melirik Joy.

"Kakak.... Bantu aku sekali ini saja... Tolong bilang kalau aku sakit. Ya..." Bujuk Joy dengan muka yang ia buat imut.

Oh Tuhan ingatkan Jimi agar tersadar dengan posisinya sebagai kakak sekarang. Joy kadang terlalu polos sampai tidak sadar bahwa sifatnya mudah membuat orang suka. Hal ini juga yang membuatnya merasa harus ekstra hati-hati dalam menjaga Joy. Ingat, lelaki di luar sana banyak yang mata keranjang. Mereka tidak akan membiarkan orang sepolos Joy begitu saja. Jimi menyentil dahinya sambil terkekeh.

Joy cemberut lagi. ia mengusap dahinya yang terasa sakit. Terkadang  Joy lupa kalau kakaknya ini susah sekali di ajak bersekongkol.

"Percuma Joy mamah pasti tau. Siap-siap sekolah sana. Irene pasti sebentar lagi datang." Jimi mengacak rambut Joy sebelum keluar.

peran pendukungWhere stories live. Discover now