Belum Waktunya

162 18 1
                                    


"Ingat Robi jangan sekali-sekali menyentuh motor ayah, kamu belum waktunya, masih belum cukup umur, belum punya SIM," kata ayah dengan nada tegas, aku hanya mengangguk pasrah. Aku pandangi Kawasaki Ninja 250 R hitam milik ayah, ah gagah sekali pikirku sambil menelan ludah, ingin sekali aku membawanya jalan-jalan sore hari. Sebenarnya aku sudah bisa naik motor, diam-diam aku belajar pada temanku, hanya mama yang tahu rahasia ini dan diam-diam pula mama membolehkan aku naik scoopy mama saat aku les, tapi tidak jika ke sekolah karena sekolahku melarang siswa membawa motor ke sekolah karena usia kami yang belum cukup.

Berhari-hari aku berusaha mencari kunci motor ayah, aku berniat membawanya jalan-jalan saat ayah ke luar kota dan mama pergi arisan dengan teman-temannya, rasanya sudah tak terbendung keinginan ini, namun segala usahaku nihil, di mana ya ayah menyem bunyikan kunci motornya. Suatu saat aku melihat ayah menitipkan kunci motor pada mama, saat ayah akan tugas ke Surabaya selama dua hari. "Simpan dengan baik ma, Robi jangan sampai tahu, dia belum tahu bahayanya naik motor jika emosi belum stabil." Naaaah itu dia mama menyembunyikan di laci perhiasan mama, aku ikuti dengan ekor mata di mana tepatnya mama meletakkan kunci motor itu.

Keesokan harinya dengan gagah aku bawa sepeda motor ayah ke tempat les, keliling kota, dan berakhir di cafe dengan teman-teman. Ada rasa bangga karena motorkulah yang paling keren. Setelah makan dan bersenda gurau kami menuju tempat parkir untuk pulang. Deg ......keringat dinginku keluar karena motor ayah tidak ada di sana, dengan panik aku lapor kr tukang parkir cafe, semua sibuk mencari, akhirnya melalui cctv cafe semua tahu motor ayah raib dicuri oleh pencuri yang pura-pura menjadi pengunjung cafe. Akupun lemas dan berteriak sekerasnya...Aayaaaaaah.

****

22 September 2019 (08.23)

Bingkai Kehidupan (Antologi Cerpen)Where stories live. Discover now