3. Jangan khawatir, Hati ini Milikmu

25K 2.8K 237
                                    

"Hindari prasangka buruk, sesungguhnya hal itu akan membuat hatimu tercekik, harimu suram dan hubunganmu berantakan."

•••

Apa yang paling aku takutkan menjadi seorang istri dari pria yang nyaris sempurna? Yakni sebuah kecemburuan. Sebenarnya aku tak ingin menjadi egois, tetapi hati kecilku selalu menolak untuk menerima bahwa priaku tak hanya aku yang ingin memiliki seutuhnya, bukan hanya aku satu-satunya wanita yang menginginkannya.

Aku pernah baca sebuah novel tentang seorang wanita yang mau membagi suaminya demi hanya karena dia tidak ingin suaminya kesepian karena tak kunjung memiliki keturunan. Setiap kata yang kubaca seperti menohok hatiku yang paling dalam. Dia yang dicinta, dia yang diperjuangkan dalam diam, bahkan dia yang teramat disayang harus direlakan untuk wanita lain. Bagaimana bisa sosok Naira dalam novel Dear Allah sekuat dan setegar itu saat dirinya mengatakan ikhlas di madu agar suaminya bahagia?

Aku tidak habis pikir, apakah masih ada sosok seperti itu di akhir zaman ini? Ketika di zaman sekarang seorang istri malah mempertontonkan kemelud rumah tangganya di khalayak umum, karena ingin memperlihatkan suaminya direbut wanita lain. Istilah surga dari suami seakan jauh darinya. Namun, dari tokoh Naira aku memahami bahwa surga itu begitu dekat, sedekat kalimat ikhlas dan taat.

Jika misal aku ditanya, apakah aku mampu rela membagi suami untuk wanita lain? Mungkin jawabannya jelas tidak. Karena bagaimanapun wanita adalah pencemburu ulung. Seikhlas-ikhlasnya wanita mau dimadu, masih ada setitik rasa cemburu kala melihat orang yang dicintainya bersama dengan wanita lain.

Contohnya Ibunda Sarah Radhiallahuanhu, beliau memang mengikhlaskan Nabi Ibrahim untuk menikahi budaknya, agar ajaran Rahmatan Lil alamin bisa bersambung melalui keturunan langsung dari Nabi Ibrahim. Namun, lamban laun Ibunda Sarah merasa cemburu dan kecemburuan itu beliau utarakan langsung kepada Nabi Ibrahim, hingga akhirnya Nabi Ibrahim memutuskan membawa pergi Ibunda Hajar beserta Ismail kecil ke Makkah.

Bahkan Ali bin Abi Thalib berkata, "Wanita mampu menyembunyikan rasa cinta selama 40 tahun, namun wanita tidak mampu memendam rasa cemburu walau sedetik."

Aku telah menemukan imam terbaik bahkan yang nyaris sempurna. Memiliki wajah tampan, mapan dan beriman. Namun, apa yang dimiliki oleh imamku semakin membuatku takut, takut jika suatu saat nanti aku harus berbagi itu semua dengan wanita lain.

"Bil, Are you okay?"

Aku yang semula melihat hamparan bunga teratai di atas kolam kampus itu mendongak setelah mendengar suara Salsa. Aku mencetak senyum berusaha menutupi kemelud hatiku yang sebenarnya.

"Aku tadi liat kamu lari sambil nangis." Salsa duduk di sebelah kananku, sama-sama memeluk lutut seperti yang aku lakukan sedari tadi, "Aku pengin ngejar kamu, tapi nggak dibolehin sama Rendy. I know you not okay, I know you, Syabil. Can you tell me? Whats going on?" lanjutnya.

Aku tidak mungkin, kan, menceritakan insiden tadi? Sama saja aku membuka aib suamiku sendiri. Demi Allah, hal itu sangat dicela. Namun, bagaimana aku harus memberitau Salsa bahwa memang benar hatiku sedang tidak baik?

"Apa ini tentang Pak Adam?"tebak Salsa karena aku tak kunjung buka suara.

Aku kembali tak bisa menjawab, mataku berkelana memperhatikan ikan-ikan koi berenang di bawah bunga teratai yang mahkotanya sedang kuncup. Mungkin dengan diam, Salsa akan paham bahwa apa yang dia tebak adalah hal yang benar.

"Alright, its okay kamu nggak bisa cerita. Aku paham sahabatku ini memang istri sholehah, kok," katanya sambil menyenggol lengan kananku yang kubalas dengan senyuman. "Tapi ya, Bil, ada masalah yang memang harus diceritakan untuk bisa menemukan jalan keluar. Setiap orang yang mendapat masalah itu perlu dukungan. Diam memang pilihan, tapi terkadang itu bukan pilihan terbaik. Ada juga setelah mengeluarkan segala uneg-uneg, perasaan jadi lebih plong, daripada di simpen terus yang ada bikin hati makin nyesek."

[DSS 4] Diary SyabilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang