@Chapter 24.

787 103 7
                                    

Enjoy... '-')/

~~~

Ryujin dan kawan-kawannya keluar dari portal mereka. Langit hitam yang bergemuruh menyambut mereka seketika. Lima gadis itu berada di atas sebuah gedung yang lebih berupa puing. Gedung itu masih berdiri tegak, namun tetap tak bisa dihuni lagi.

Ryujin duduk di tepi puncak gedung itu. Kedua kakinya berayun ke bawah. Lalu keempat temannya ikut duduk di bersamanya.

Mereka memandang hal yang sama karena hanya satu hal yang bisa mereka lihat di sini. Kerusakan. Semesta mereka telah rusak. Di mangsa oleh siklus jahat yang tak bisa mereka lawan.

Tapi itu dulu. Saat ini mereka sudah memegang sebuah harapan. Harapan untuk mengakhiri kejahatan ini.

Masalahnya, mereka tahu mereka tidak akan berhasil dengan mudah. Musuh mereka telah merekrut pejuang baru. Lagi-lagi, orang-orang yang di perdaya.

"Kita hampir berhasil." Ucap Yeji.

"Kata-kata 'hampir' itu tidak ada gunanya. Kita gagal." Sahut Yuna. "Kenapa mereka bisa berhasil menggunakan kekuatan itu ? Apa para pendahulu mereka juga bisa secepat mereka ? Tidak, kan ?!"

"Aku juga tidak tahu. Kita tidak dapat informasi apa-apa tentang itu." Jawab Lia.

Chaeryoung berdiri lebih dulu. Ia berjalan ke sisi atap gedung yang lainnya.

"Kamu mau kemana ?" Tanya Lia.

"Mau pergi sebentar. Tidak usah khawatir. Aku tidak akan macam-macam." Chaeryoung terus berjalan menjauh dari mereka. Lalu sebuah portal terbuka di depannya dan Chaeryoung masuk ke dalamnya. Ia menghilang bersama portal itu.

Dari tempatnya duduk Ryujin memandang kepergian Chaeryoung dengan perasaan khawatir yang coba ia pendam. Ia tahu Chaeryoung menghadapi hal yang menyedihkan dari bencana itu. Sampai hari ini ia tak bisa melupakannya. Mereka berlima tidak bisa melupakannya.

~~~

Ruangan yang selalu mereka tempati mulai terlihat di balik selubung merah itu. Dua belas gadis pemegang kunci itu sudah tiba kembali di sini. Batu merah itu bersinar redup di dalam genggaman Wonyoung.

"Hhh..." Yena menjatuhkan diri di atas lantai dibarengi dengan helaan napas yang mendandakan lelah tubuhnya. 

Lalu mereka semua mengambil tempat duduk di kursi masing-masing. Yuri membantu Yena berdiri dan mendudukkannya di kursi sampingnya. Wonyoung meletakkan batu itu di tengah meja.

Dan mereka semua diam. Mungkin karena belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi, takut dan bahkan kagum pada saat yang bersamaan.

Saat itu pintu tiba-tiba terbuka. Lee masuk dengan kedua tangan di rentangkan dan senyum terpasang lebar.

"Hei ! Kalian berhasil. Sudah kuduga kalian memang hebat. Hahaha." Kata Lee.

Namun tak lama kemudian, saat Lee baru saja menyelesaikan kata terakhirnya Eunbi datang ke arahnya.

Dalam gerakan cepat Eunbi mencengkeram kerah jubah Lee dan memojokkannya ke dinding. Tatapan mata Eunbi membuat Lee sadar kalau ia baru saja membuat kesalahan.

"KAMU !" Kata Eunbi. "Kamu mau membunuh kami, hah ?!"

"H-hei tunggu dulu."

"APANYA ?!"

"Apa maksudmu, hah ?"

Kemudian yang lainnya ikut mendekat kecuali Yena, Hyewon, dan Wonyoung yang merasa terlalu lelah bahkan untuk marah-marah.

12 Anomali. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang