@Chapter 3.

1.2K 133 7
                                    

Kang Hyewon adalah nama yang cukup terkenal di SMA ini. Seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang indah itu sudah menjadi idaman semenjak pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini. Hyewon juga seorang gadis yang cerdas. Ia tak pernah luput dari peringkat sepuluh besar di kelasnya tanpa perlu belajar dengan keras. Hyewon tak begitu suka belajar, diia sukanya makan. Tapi dia tetap saja pintar.

Hari ini Hyewon memutuskan untuk tidak langsung pulang ketika bel berbunyi. Ia masih ingin menghabiskan waktu berada di sekolahnya. Hyewon pun telah menyiapkan cukup banyak makanan ringan sebagai bekal kegiatannya nanti. Ia akan latihan bermain musik dengan teman-teman satu bandnya. Karena di sekolah ini ada peralatan dan tempat yang cukup memadai, maka Hyewon dan teman-temannya tak perlu menyisihkan uang jajan demi berlatih di studio musik. Mereka cukup latihan di sekolahnya sendiri.

Tak perlu waktu lama teman-temannya datang. Mereka adalah dua orang siswi yang berbeda kelas dengannya. Moonhee dan Solbi. Dua orang itu telah menjadi kawan mainnya semenjak ia masuk ke SMA ini.

"Kamu bawa banyak sekali makanan." Kata Moonhee melihat plastik putih berisi makanan ringan yang Hyewon bawa ke dalam ruang musik.

"Nanti kamu di marahi kalau ruangannya kotor, lho." Sahut Solbi sembari membuka pintu.

"Tenang saja. Aku bersihkan sendiri." Jawab Hyewon tenang seperti biasanya.

Mereka pun memasuki ruangan luas dan ber-AC. Dinding-dindingnya kedap suara, alat musik di sini hampir lengkap. Mereka kemudian memulai latihannya.

~~~

Kwon Eunbi tidak pernah merasa sekesal ini ketika melayani pelanggan. Pelanggan yang satu itu menatap tubuhnya seperti ingin memangsanya. Eunbi tahu bekerja memang harus profesional, namun ia sangat tidak suka di pandang dengan cara seperti itu. Kafe mulai ramai, ia harus terus melayani tamu yang datang. Dan tamu yang satu itu tetap tidak mau beranjak. Eunbi bingung harus bagaimana. Dia hanya bisa terus melayani setiap pesanan yang ia dapat.

Eunbi meminta ijin istirahat sebentar pada pemilik kafe. Ia beralasan kalau badannya kurang sehat. Padahal ia hanya ingin menghindari tatapan mesum pria tadi barang sebentar saja. Ia duduk di ruang ganti. Menutup wajah dengan tangannya. Saat sedang meratapi nasib itu, sebuah suara lelaki hadir di sebelahnya.

"Kwon Eunbi."

Eunbi berjengit. Ia kaget melihat seorang lelaki berjubah putih dengan garia merah muda tiba-tiba berdiri di depannya. Wajah pria itu hampir tak terlihat. Hanya bibirnya saja yang nampak.

"Siapa kamu ?! Bagaimana kamu masuk ke sini ?! Kamu tidak tahu ini ruang ganti wanita ?!" Eunbi panik sekaligus marah. Belum reda rasa kesalnya pada pria mesum di luar. Kini ia mendapati seorang pria di ruang ganti perempuan.

"Aku adalah Perwakilan." Ujar sosok itu.

"Hah ?" Eunbi sama sekali tak mengerti.

"Kamu sudah terpilih. Kamu adalah salah satu pemegang kunci. Mulai sekarang suara dari Elan akan datang padamu. Ikuti dia." Kata lelaki itu.

"Hei, kamu gila ?! Cepat keluar dari sini atau aku panggil petugas keamanan." Eunbi bergegas ke pintu hendak menyuruhnya keluar, tapi ketika ia berbalik lelaki itu telah hilang.

Saat itu juga tubuhnya bergetar, dadanya berdebar, gelombang adrenalin deras mengaliri sekujur tubuhnya. Kepalanya pusing namun rasa marahnya entah kenapa lebih besar daripada rasa sakitnya. Ia ingat tatapan kurang ajar si pelanggan tadi.

~~~

Setelah beberapa lama latihan dan beberapa bungkus makanan dihabiskan, Hyewon merasa ia harus pergi ke toilet. Ia pamit pada kedua temannya dan melepaskan gitar yang ia sandang. Kemudian melesar cepat menuju toilet.

Beberapa menit kemudian ia pun selesai menunaikan panggilan alam itu. Hyewon mencuci tangan di wastafel. Memandangi wajahnya di cermin dan berpikir, aku cukup cantik. Lalu Hyewon tersenyum.

"Kang Hyewon."

Hyewon terkejut. Ia mendapati seorang laki-laki berjubah putih dengan garis merah muda berdiri di sampingnya.

"Si-siapa kamu ?! Kamu nggak tahu ini toilet wanita ?!" Sentak Hyewon.

"Kamu sudah terpilih. Kamu adalah salah satu pemegang kunci. Mulai sekarang suara dari Houlan akan datang padamu. Ikuti dia." Kata laki-laki itu tanpa mempedulikan ketakutan Hyewon.

Hyewon sendiri hanya diam. Rasa takutnya mulai di dominasi rasa penasaran. Ia mendengar kata yang familier, tapi masih belum paham apa itu.

"Houlan ? Apa itu ? Siapa kamu ?" Tanya Hyewon.

"Aku adalah perwakilan." Jawabnya.

"Perwakilan ? Apa lagi itu ?"

Lalu rasa sakit itu datang. Kepalanya berdenyut dan seisi ruangan bergoyang. Hyewon jatuh pingsan pada lantai toilet.

~~~

Hyewon menginjakkan kaki di atas dedaunan yang jatuh. Ia tidak tahu ini di mana. Sekelilingnya adalah pepohohan dengan daun berwarna coral. Dia tak pernah melihat daun semacam itu masih merekat di dahan pohon. Daun biasanga berwarna coral ketika sudah tua atau jatuh seperti yang ia injak sekarang.

"Kamu datang." Ucap sebuah suara aneh yang tak tahu datangnya darimana. Hyewon melihat sekeliling. Hanya pohon. Mungkinkah suara itu berasa dari pohon ?

"Kamu harus berjuang. Nasib semesta ini bergantung kepadamu."

Belum sempat Hyewon mencerna maknanya. Dedaunan pohon-pohon itu mulai gugur bersamaan. Daun-daun itu jatuh beramar-ramai sampai menutupinya. Hyewon tak mampu lagi melihat karena tertutup dedaunan itu.

~~~

Hyewon pun sadar. Ia masih berada di toilet. Ia bertanya-tanya berapa lama waktu sudah terlewat ? Hyewon segera bangkit berdiri, merapikan seragamnya lalu segera keluar. Kata-kata dan mimpi itu masih melekat dalam kepalanya.

"Houlan ?"

~~~

Eunbi berjalan keluar dari ruang ganti. Matanya membara karena amarah. Rekan kerjanya yang melihatnya langsung mundur menjauh. Ia merasa aura yang di pancarkan Eunbi begitu menakutkan.

Ia sampai di meja si pelanggan kurang ajar. Segelas jus jeruk masih tersisa banyak di mejanya. Pria itu datang sendirian. Para pengungunjung kafe masih sibuk dengan obrolannya masing-masing saat Eunbi menggenggam gelas jus itu.

"Ah !" Pria itu mengerang ketika isi gelas itu tumpah di mukanya. Eunbi menyiramnya. Tatapan matanya membuat pria yang lebih tinggi darinya tersebut menciut. Para pengunjung kafe berhenti karena aksi Eunbi.

"Eunbi !" Atasannya menegur dari kejauhan. Apa yang di lakukan Eunbi sungguh berani, juga tidak pantas. Namun Eunbi merasa lega. Bahkan ia menyeringai. Keberaniannya tiba-tiba datang ketika sosok di ruang ganti tadi menghampirinya. Ia tidak tahu siapa itu. Eunbi hanya ingat kata-katanya.

"Elan ?"

~~~

To Be Continued...

12 Anomali. Where stories live. Discover now