@Chapter 8.

1K 132 1
                                    

Lee Chaeyeon tetap berlatih seperti biasanya. Saat ini gerakan tarinya benar-benar ringan seperti bulu. Seluruh tubuhnya bergerak begitu mulus menuruti kemauan dari otaknya. Jiwanya seakan terisi kembali oleh arti dari setiap gerakannya. Kakinya yang pernah patah dan sakit setiap ia melakukan latihan terlalu keras atau melakukan gerakan sulit akhir-akhir ini tidak lagi. Chaeyeon memeriksakan kakinya beberapa hari lalu. Dan sang dokter berkata sembari melihat hasil foto rontgen-nya bahwa kakinya telah sembuh sepenuhnya. Bahkan tak ada tanda-tanda tulang di kaki itu pernah patah. Tak ada bentuk yang tidak wajar yang diakibatkan oleh tulang yang terpisah dan bersatu kembali. Chaeyeon senang bukan main. Bahkan dokternya pun tertegun tak percaya.

"Sebuah keajaiban telah terjadi !"

Kata dokternya waktu itu. Chayeon hanya mengangguk-angguk senang. Dia tidak juga menyetujui ucapan sang dokter tentang keajaiban, dia hanya senang kakinya sembuh kembali.

Chaeyeon mematikan musiknya. Dia memang sangat bersemangat menari namun ia akhirnya lelah juga. Chaeyeon duduk bersandar pada dinding. Dia melihat pantulan dirinya di cermin tepat di depannya. Rambut dikuncirnya berantakan, kaos hitamnya basah di beberapa titik, dan peluh mengalir di leher dan keringatnya. Chayeon mengusap peluh itu dengan handuknya. Ketika melihat ponselnya Chaeyeon mendapati pesan dari teman barunya, Myung Hee.

"Kamu sudah selesai ? Kalau sudah selesai Aku tunggu di tempat parkir. Temani aku beli buku, ya !"

Chaeyeon melihat pukul berapa pesan itu masuk ke ponselnya. Ternyata baru lima menit yang lalu. Chaeyeon menghela napas lega. Dia begitu teralihkan oleh tariannya sampai tidak tahu ada pesan yang masuk. Ia pun segera berdiri, merasakan lelahnya telah menguap Chaeyeon pun memutuskan mandi. Dia baru ingat kalau sebenarnya Myung hee belum membuat janji untuk pergi dengannya. Gadis itu ternyata sangat random.

~~~

Chaeyeon mendapati Myung Hee duduk di atas boncengan sepedanya sembari memainkan ponsel. Ia langsung menyadari kehadiran Chaeyeon ketika ia berjalan mendekat.

"Lama sekali." Keluhnya.

"Aku mandi dulu tadi. Tubuhku berkeringat banyak sekali." Jawab Chaeyeon. Myunghee turun dari sepedanya.

"Kamu, kan tidak pernah bilang mau ke toko buku. Bagaimana kalau aku ternyata tidak bisa hari ini ?" Ujar Chaeyeon sambil melepas rantai sepedanya.

"Tapi ini buktinya bisa." Jawab Myunghee.

"Ya untung saja bisa." Chaeyeon naik ke sepedanya. "Naik."

"Hehe, aku kan orangnya optimis." Myunghee tersenyum. Chaeyeon juga. Meskipun agak random sebenarnya gadis ini sangat baik. Chaeyeon mulai mengayuh sepedanya. Toko buku yang di tuju sebenarnya tidaklah terlalu jauh. Hanya terpisah sebuah gedung di sebelah sekolah ini. Mereka bahkan tidak perlu menyeberang jalan.

Sesampainya di sana Myunghee langsung sibuk dengan rak-rak buku di situ. Banyaknya pilihan membuat Myunghee kebingungan dan Chaeyeon gemas melihatnya. Sayangnya Chaeyeon memang bukan penikmat buku, jadi dia tidak bisa ikut bersemangat memburu buku dengan Myunghee.

"Aahh, yang mana, ya..." keluh Myunghee. Matanya berlari-lari antara dua buku novel remaja romantis. Chaeyeon mengamatinya.

"Memang sebegitu susahnya, ya ?" Tanya Chaeyeon.

"Hm-em." Myunghee mengangguk-angguk gelisah.

"Memangnya kenapa ? Bukannya ccuma beda judul ?"

"Kamu itu gimana, mana ada dua buku perbedaannya cuma di judul ?" Myunghee memandang Chaeyeon dengan tatapan gemas.

"Maaf. Aku tidak tahu." Jawab Chaeyeon.

Setelah beberapa lama berkutat dengan kebingungan dan kegalauannya, akhirnya Myunghee pun memutuskan pilihannya. Sebuah novel tebal bersampul putih. Chaeyeon tidak terlalu tertarik jadi dia tidak sempat membaca judulnya. Mereka tak pergi ke mana pun setelah itu karena Myunghee ingin cepat-cepat pulang dan membaca buku itu. Tapi Chaeyeon menyempatkan diri membeli eskrim untuk mereka berdua.

Di perjalanan pulang keduanya saling mengobrol sambil menikmati eskrim masing-masing. Chaeyeon menuntun sepedanya dan mereka berjalan kaki.

"Kamu suka sekali menari. Memangnya orang tua kamu dulu penari ?" Tanya Myunghee. Hari masih sore dan matahari masih bersinar meski agak redup.

"Nggak juga, sih. Aku suka saja." Jawab Chayeon. Dia menjilati eskrim yang meleleh di tangan.

"Tapi kamu memang hebat, sih. Sudah berapa kali ya kamu menang membawa nama sekolah." Myunghee terlihat berusaha mengingat berapa kali ia dengar kabar kalau grup dance sekolahnya memenangi sebuah kompetisi.

"Ah, nggak usah terlalu memuji." Chaeyeon tersipu. Mereka melanjutkan perjalanan masih dengan topik yang sama. Semenjak kejadian Chaeyeon yang pingsan di tempat parkir dan Myunghee menolongnya, mereka jadi semakin dekat. Chaeyeon suka dengan kebaikan Myunghee yang terlihat tulus itu.

Sebuah truk melaju tak tentu arah. Kecepatannya melebihi normal. Untung saja jalanan saat ini sepi, tetapi itu tidak membuat truk yang melaju liar itu menjadi tidak berbahaya. Sang pengemudi tak sadarkan diri dengan masih memegang kemudi, namun ia tidak memegang kendali. Tubuhnya terombang-ambing di kursi depan. Dan truk itu melaju cepat ke arah Chayeon dan Myunghee.

"Ah !" Chaeyeon menjatuhkan eskrim pada sepatunnya. Dia lalu menunduk untuk membersihkan itu dengan tangan. Ketika itu cahaya tiba-tiba menerangi mereka.

"AAAHHH !!!" Myunghee memejamkan mata ketika ia berteriak. Chaeyeon melihat sebuah truk melaju kencang kearah mereka. Truk itu berbelok liar ke trotoar di mana Chaeyeon dan Myunghee berada.

Chaeyeon merasa tak bisa menghindar karena kecepatan truk tersebut. Dan truk itu terus mendekat dengan cepat. Dalam keadaan itu sebuah getaran memenuhi tubuh Chaeyeon. Ia menggerakkan tangannya ke depan. Sebuah gelombang berwarna biru mint menyebar dari tubuh Chaeyeon. Truk itu berhenti bergerak, daun yang jatuh dari pohon berhenti, waktu terhenti sepenuhnya. Chaeyeon menghentikan waktu dengan kehendaknya. Hanya ia sendiri yang masih bisa bergerak di situ.

Chaeyeon melihat sekeliling. Semuanya benar-benar berhenti. Chaeyeon mengerutkan keningnya karena tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi ia sadar Myunghee masih menutupi matanya. Chayeon pun menarik Myunghee menjauh lalu berhenti ketika ia merasa jaraknya sudah aman dengan truk tadi. Chaeyeon merasa tubuhnya gemetaran lagi sama seperti kejadian waktu itu. Lalu gelombang biru itu muncul lagi dari tubuhnya.

Truk itu melesat menabrak pembatas jalan lalu terjun masuk ke dalam sungai. Waktu kembali berjalan. Myunghee masih berteriak tapi setelah mengetahui dirinya baik-baik saja ia pun lega sekaligus heran. Ketika ia melihat ke sampingnya, Chaeyeon sudah tergeletak tak sadarkan diri.

~~~

To Be Continued...

12 Anomali. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang