Chapter Thirty Four : Anything For Ya

77 4 0
                                    

"Itu adalah Apollo,"kata Rachel.

"Apollo ? Dewa penyembuhan yang kembaran Artemis itu ?"tanya gw.

"Iya,"jawab Rachel.

"Baik,"kata Percy.

"Dia hanya punya waktu 24 jam. Kalo enggak....,"kata Rachel.

"Kalo enggak apa ?"tanya Percy.

"Kalo enggak dia mati,"jawab gw. Gw segera keluar dari ruangan. Tapi gw mengumpat dibalik tembok dan mengintip apa yang dilakukan Percy dan Rachel di dalam.

Percy mendekati ranjang Athena. Dia memberikan kiss terakhir yang gaje dan cukup membuat gw envy. "Makasih, Rachel,"katanya sambil berjalan menuju pintu. Segera saja gw pergi mencari tempat persembunyian.

Piper dan Jason ! Mungkin mereka bisa membantu ! Segera saja gw menelepon Piper. Pesan suara. Jason, pesan suara.

Kling !

Gw membuka SMS. Gw dan Piper lagi sibuk. Lu coba Silena Beauregard aja. Dia demigod juga kok.

Astaga ! Gw baru inget ! Gw pun menelepon Silena. 'Silena, here,'katanya.

"Si, ini Albert,"kata gw.

'Ooh, hai. Tumben nelepon. Kenapa ? Butuh bantuan pekemah Aphrodite untuk menjadi pasangan di prom night ?'cerocosnya.

"Ampun deh, Si. Gimana kabar Beckendorf ?"tanya gw.

'Baik kok. Jadi kenapa ?'tanyanya.

"Tolong bilangin sama konselor kepala pondok Apollo untuk menghubungi Apollo. Gw bener-bener butuh Apollo untuk ngobatin anak Athena,"kata gw.

'Oke, akan gw coba. Kemana gw harus mengirim Apollo ?'tanyanya.

"Ke Evergreen International School di London,"jawab gw.

'Pak Chiron datang. Gw harus buang ni HP jauh-jauh. Dah,'katanya. Lalu telepon pun putus.

Gw menunggu dan menunggu. Tiba-tiba cahaya terang yang menyilaukan mata datang. Gw yakin itu pasti Apollo. Gw pun memalingkan wajah tak menatapnya agar gw ga kebakar. Setelahnya, gw pun kembali menghadap.

"Hai, Tuan. Saya butuh bantuan Tuan untuk menyembuhkan anak Athena,"kata gw.

"Baiklah. Dimana dia ?"tanya Apollo.

"Di dalam ruangan. Di dalam sana ada perempuan yang bisa melihat menembus Kabut seperti saya juga,"jawab gw.

"Oke. Ayo !"ajaknya bersemangat. Kami pun berjalan menuju ruang perawatan Athena.

"Hai, Albert. Eh ada Tuan Apollo,"kata Rachel sambil membungkuk hormat.

"Dia Rachel, Tuan,"kata gw.

"Baiklah. Apa penyakitnya ?"tanya Apollo.

"Dia anak Athena, Athena Aphrodite Baker. Sepertiga manusia, sepertiga dewa, dan sepertiga vampir pasif. Pacarnya, Perseus Jackson sang vampir pasif mengkhianati dia dengan cara bermesraan dengan Rachel Elizabeth Dare seorang yang bisa melihat menembus Kabut, yang baru mereka temui. Dia berdiskusi dengan ibunya, Athena untuk menjalankan rencana. Dan saya adalah bagian dari rencana itu. Dia terlalu sedih sampai-sampai menggunakan sihir vampir yang dimilikinya. Matanya berubah jadi topaz seperti keluarga Cullen. Dan katanya, dia dikutuk Hecate karena menggunakan sihir,"jelas gw.

"Bukannya saya sudah mengirimkan seorang oracle delphi sementara ? Gadis di kursi roda ?"tanyanya.

"Ya. Athena bilang begitu. Jadi, bisakah Tuan menyembuhkannya ?"tanya gw.

"Tentu saja,"jawabnya. Dia menyentuh dahi Athena dengan jari telunjuknya dan berkata, "Aku menyembuhkan engkau. Hecate mengampuni kesalahanmu. Athena menyertai rencanamu. Jangan gunakan ilmu sihir vampir itu lagi jika benar-benar tidak genting. Gunakan sihir vampir itu jika terpaksa dan mintalah ijin terlebih dulu terhadap Hecate. Matamu akan tetap topaz seperti keluarga Cullen karena kamu adalah bagian dari keluarga mereka. Perseus akan memiliki mata berwarna merah karena dia adalah vampir pasif non vegetarian. Jika kamu mengerti, bukalah matamu dan lupakan segala kepedihanmu."

Athena membuka matanya, dan warnanya memang topaz. Dia terlihat 100x lebih bahagia daripada sebelumnya.

"Makasih, Tuan,"kata gw.

"Sama-sama,"kata Apollo.

"Makasih,"kata Athena dan Rachel sambil membungkuk hormat.

"Jangan lihat dia !"perintah gw. Kami pun memalingkan wajah kami selama Apollo pergi.

Minta vomments ya.. Jangan jadi silent readers.

Copyright © 2014 by ValerieMegan

Arduous LoveWhere stories live. Discover now