|Prolog|

140K 7.9K 738
                                    

Sebuah kafe yang berdekatan dengan bangunan salah satu SMA terkenal itu selalu ramai di sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah kafe yang berdekatan dengan bangunan salah satu SMA terkenal itu selalu ramai di sore hari. Banyak pengunjung berseragam putih abu-abu yang memadatinya hanya untuk nongkrong ataupun mengerjakan tugas mereka yang membutuhkan koneksi wifi.

Di pojok ruangan yang bernuansa coklat terdapat tiga gadis dengan aktivitasnya masing-masing. Si gadis berambut lurus tergerai yang sibuk dengan minumannya, si gadis berambut sedikit ikal yang sibuk dengan ponselnya, dan si gadis berambut lurus dikuncir yang menatap keduanya dengan jengah.

"Jadi, ada apa lo nyuruh kita ngumpul disini? Gue harap ini penting karena gue udah bela-belain kehilangan jam tidur siang gue buat ketemu lo," tanya Arina, si gadis berkuncir yang membuat gadis berambut lurus tergerai menghentikan aktivitas minumnya dan beralih fokus padanya.

"Gue juga harus nunda acara ngecat rambut nenek gue demi lo," protes gadis berambut ikal yang tidak lain adalah Chika .

Fyi, neneknya Chika sudah beruban tetapi tidak mau terlihat tua jadi rambutnya dicat coklat tua oleh Chika. Karena di dalam agamanya mewarnai rambut dengan warna hitam hukumnya haram.

"Gue mau ngomong sesuatu yang sangat penting. Ini menyangkut masa depan gue," ujar Asya, si gadis berambut lurus tergerai dengan serius.

"Kenapa harus di sini? Kan di sekolah juga bisa," protes Chika tidak mengerti.

"Karena ini penting. Gue nggak mau ada orang lain yang denger."

"Tapi, di sini juga banyak orang, Asya."

"Seenggaknya mereka nggak kenal sama gue."

"Tapi--"

Sebelum perdebatan tidak penting antara kedua teman bodohnya itu berlanjut, Arina segera menghentikannya.

"Diem lo, Chik! Sya, lo mau ngomong apa?" Setelah melempar tatapan peringatan pada Chika agar diam, Arina beralih menatap Isya.

"Gue mau pensiun jadi playgirl," putus Asya dengan tampang seriusnya.

"Alhamdulillah akhirnya lo tobat juga. Jadi, gue gak harus ngingetin jadwal kencan lo lagi." Arina mendesah lega lalu tersenyum lebar.

"By the way, kenapa lo tiba - tiba bisa tobat gini? Lo habis mimpi siksa kubur?" tanya Arina penasaran.

"Gue mimpi yang sama seremnya sama siksa kubur."

Arina dan Chika mendengarkan dengan serius menunggu lanjutan cerita dari Asya. Jujur saja, mereka juga penasaran dengan mimpi Asya yang berhasil membuat cewek itu tobat.

"Gue mimpi kena karma. Di situ gue ditinggal suami gue selingkuh pas hamil tua," cerita Asya dengan tampang sedih yang dibuat - buat.

"Ngeri juga, ya," gumam Chika yang dibalas anggukan oleh Asya.

"Kalau lo mimpi ditinggal suami lo selingkuh, berarti lo udah tau dong siapa suami lo?" tanya Arina penasaran.

"Udah."

Play With Players (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang