Epilog

194 14 10
                                    

Welcome to the last chapter :)) are you ready?

***

"...ei...Lei! Bangun! Sudah jam enam, nanti kamu telat ke sekolah."

Lei mengerang kala sinar matahari yang menembus masuk dari jendelanya menyilaukan pandangannya. Dengan berat, Lei bangkit duduk lalu ia menatap sekeliling kamarnya dengan linglung. Eh...dia di kamar? Lei mengernyit, tentu saja dia ada di kamar, kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?

Ia bangkit, merapikan tempat tidur dan meregangkan otot. Dibukanya jendela dan dihirupnya udara pagi dalam-dalam, kenapa...kenapa rasanya Lei sudah lama tidak menghirup udara sesegar ini? Sepertinya Lei bermimpi dalam tidurnya, sebuah mimpi panjang yang indah. Tapi Lei tidak ingat tentang apa mimpi itu.

Lei menyeret dirinya menuju kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Lalu, dirinya tertegun di depan cermin. Apakah rambutnya memang sependek ini? Lei menyentuh ujung-ujung rambutnya yang hanya mencapai bahu, kenapa Lei merasa sebelumnya dia pernah berambut panjang? Dan juga...seingat Lei warna rambutnya tidak sehitam dan sekelam ini melainkan warna yang lebih...putih?

Lagi-lagi Lei mengernyit. Ada apa dengan hari ini? Kenapa dia merasa sangat linglung?

Menyingkirkan pemikiran anehnya, Lei buru-buru memakai seragam dan menuju ruang makan. Disana, Ayah sedang duduk sambil membaca koran dan juga ada Ibu yang sedang meletakkan berbagai macam makanan yang masih mengepul hangat di meja makan.

Lei mencengkram dadanya. Kenapa dia merasa seperti ingin menangis?

Ibu yang menyadari keberadaan Lei berujar, "Lei, kenapa kamu melamun disana? Ayo segera makan."

Lei tersentak sadar, lalu ia buru-buru duduk. "Ibu...Ayah..." panggilnya tanpa sadar.

"Hm?" "Ya, kenapa, Lei?" jawab keduanya.

Lei mengerjap beberapa saat lalu menggeleng dan mulai memakan sarapannya.

Kenapa dia tadi merasa sangat emosional kala memanggil orangtuanya?

***

Hari-hari berjalan normal seperti biasa. Namun Lei tidak bisa menampik perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Rasanya dia seperti...terlahir kembali. Rumput-rumput di sekelilingnya terlihat lebih hijau, udara terasa lebih segar, dan langit terlihat sangat biru dan indah.

Lei melangkahkan kaki masuk ke dalam stasiun kereta api dan berjalan menuju rutenya seperti biasa untuk menunggu. Namun tidak seperti biasanya, Dall sudah menunggunya disana. Perempuan itu terlihat bosan dan ketika Lei mendekat, matanya berbinar dan senyumnya tersungging lebar. "Lei! Akhirnya kamu datang juga!"

Lei terpaku di tempatnya berdiri. Tadi, saat Dall tersenyum, selama sepersekian detik, Lei melihat bayangan seseorang, seseorang dengan senyum yang serupa, binar mata yang serupa namun dengan tatapan yang lebih tajam dan...lesung pipi? Apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya?

"Lei! Halo!" Dall mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Lei. "Kenapa kamu melamun?"

"Tidak apa-apa," jawab Lei. Lalu mendadak saja, dia mendapat dorongan yang amat kuat untuk memeluk Dall, sampai-sampai sahabatnya itu dibuat kaget dan bingung setengah mati.

"Ada apa? Kamu sakit?" Dall bertanya khawatir dan menempelkan telapak tangannya di kening Lei.

Lei menggeleng, "Aku kira...aku hanya bermimpi panjang."

"Oh!" Dall berseru, "Kebetulan sekali! Aku juga bermimpi panjang! Aku bermimpi tentang diriku di masa depan, aku pergi ke Kapital dan bertemu dengan seorang lelaki yang sangat tampan disana!"

Rêveuse ✔Where stories live. Discover now