[13.1] - Tuan Putri

93 12 0
                                    

Hei, ini cerita dari mata Seth, selamat menikmati :))

Pertama kali Seth bertemu dengan Lei adalah saat dirinya masih berumur enam tahun.

Seth mengingat kejadian dua puluh satu tahun yang lalu itu sangat jelas seperti halnya kemarin. Saat itu, tangan mungil Seth digandeng oleh sang Ayah—kala itu beliau masih merupakan kepala keamanan kapital—dan memasuki sebuah ruangan asing yang tidak pernah Seth masuki sebelumnya.

Perasaan itu begitu tajam teringat di benak Seth. Ruangan itu bermandikan sinar mentari yang memantulkan cahaya aneka warnanya dari atap kaca yang didesaiin sedemikian rupa agar cahaya matahari tersebut dapat menjangkau seluruh ruangan. Dan di tengah ruangan yang sangat amat megah dan berkilau di mata anak-anak Seth itu, terbaringlah seorang perempuan dengan rambut seputih salju.

Kedua matanya terpejam damai dan nafasnya naik turun beraturan.

"Ayah, Ayah," Seth kecil menarik-narik tangan Ayahnya tanpa sadar. "Dia siapa?" bisiknya pelan, takut membangunkan perempuan yang sedang terbaring itu.

Ayah menarik Seth mendekati tempat tidur itu, lalu berjongkok di samping Seth dan mengacak rambutnya dengan pelan. "Dia, Seth, adalah yang harus kau lindungi nanti setelah kau besar. Dia adalah reinkarnasi Sang Dewi Zephyra."

Seth kecil tentu tahu siapa itu Dewi Zephyra. Beliau adalah dewi perang yang sangat amat kejam dan kuat, dengan kekuatan yang begitu dahsyat dan tak terkalahkan. Beliau adalah dewi yang memegang alam semesta ini di tangannya. Kuat, dingin, mempesona.

Namun Seth yang masih enam tahun itu sepertinya masih belum mengerti betul mengenai Sang Dewi. Ia berceletuk polos. "Kalau begitu, kenapa dia masih tidur? Bukankah ini sudah siang?"

Ayah mengulum senyum dan membalas dengan sabar. "Karena Sang Dewi masih belum siap untuk bangun sekarang. Maka dari itu, Seth, kamu tidak boleh mengganggu tidur Sang Dewi. Di luar sana, ada banyak sekali orang-orang jahat yang ingin melukainya, dan tugasmu adalah untuk menjaga dan melindunginya sekuat tenaga, meski nyawamu taruhannya. Mengerti?" jelas Ayah dengan bertahap dan pelan agar Seth mengerti.

Seth mengangguk riang. "Siap, Ayah. Seth akan melindunginya sekuat tenaga!" serunya seraya memberikan sikap hormat.

Meski masih enam tahun, Seth sudah mulai diberikan persiapan dan edukasi yang diperlukannya untuk melanjutkan jabatan Ayahnya kelak. Berlatih bela diri, mempelajari strategi-strategi perang, keamanan, ekonomi, Seth sudah mulai menjalani semuanya, hingga diberikan tugas yang terdengar begitu mulia benar-benar membuat hati kecilnya sangat senang.

Matanya lalu menelisik keseluruhan wajah Lei yang masih tertidur. "Dia...cantik sekali," gumamnya takjub. "Seperti Putri Tidur. Kalau begitu, mulai sekarang, Seth akan memanggilnya 'Tuan Putri'!"

Ayah tertawa keras seraya menepuk puncak kepalanya. "Tuan Putri, panggilan yang bagus hm?"

Seth mengangguk antusias seraya tersenyum begitu lebar, memamerkan giginya yang ompong sebelah.

Iris coklatnya yang jernih tak henti-hentinya mengintip malu-malu ke wajah Lei. Kuluman senyumnya tak kunjung menghilang. "Tuan Putri..." bisiknya. "Cepatlah bangun..."

***

Hari demi hari berlalu. Sejak pertama kalinya Seth melihat Tuan Putri, tidak pernah seharipun dia alpa mengunjungi ruangan itu dan bercerita tentang apa saja yang dijalaninya dan dilakukannya pada hari tersebut.

"...Tuan Putri, hari ini Seth berlatih pedang dengan Ayah. Tuan Putri harus tahu betapa hebatnya Ayah, beliau..."

"...hari ini Erebus membuat kekacauan di luar perbatasan, tapi tenang saja Tuan Putri, Seth akan selalu ada di samping Tuan Putri..."

Rêveuse ✔Where stories live. Discover now