Reason

1.5K 121 21
                                    

“Hai, Vin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hai, Vin. Apa kabar?” sapaku yang tak dibalas olehnya. Aku pun terkekeh dibuatnya.

“Katanya kangen, sekarang udah ketemu, dan kamu cuma matung gitu?” Ia masih bungkam. Perlahan, aku pun merentangkan kedua tanganku, dan menatapnya malu-malu.

“Enggak mau peluk, ni?” tanyaku kembali yang pada akhirnya berhasil mengulaskan senyum di bibirnya.

‘Tap.’

‘Tap.’

‘Tap.’

Buukk.’

Langkah pelan Kevin, kini berakhir di pelukanku. Kami tak berucap, dan saling menikmati momen berharga ini. Hangat dan kekhasan aroma tubuhnya, sungguh mengobati segala sakit rinduku. Erat dan lembutnya sentuhan tangannya, membuatku merasa nyaman, dan tak rela bila pria ini melepasnya. Sungguh, gelora kegembiraan ini tak kuharapkan cepat berlalu.

Setelah cukup lama dengan posisi nyaman itu, kami pun saling melepas pelukan. Kedua tangan Kevin berdiam di kedua bahuku, sedang kedua tanganku mencubit kecil pinggang kaosnya. Tatapan kami saling beradu, dengan senyum yang terus merekah.

“Kok, kamu bisa disini? Emang udah libur?” tanyanya penasaran.

“Udah,” jawabku singkat.

“Kamu bilang satu bulan lagi. Gimana, sih?” protesnya.

“Aku bohong, Vin. Kan, mau kasih kamu surprise,” sahutku lalu terkekeh.

“Oohh, gitu. Udah berani bohong, ya? Hm?” ucapnya sambil menatapku gemas.

“Kenapa? Enggak suka?” balasku sok nantang.

“Siapa bilang? Suka, kok. Masa dapet kiriman berupa pacar sendiri enggak suka?” jawabnya yang membuat tawa kecilku terbit. Kevin pun menyambut tawaku sambil mengacak lembut surai rambutku.

Di tengah rasa gembira yang sedang meluap ini, rasa yang berkebalikan menyusup secara perlahan, dan mulai menghapus ulasan senyuman. Mengingatkan tentang tujuan tersembunyiku datang ke Jakarta, yaitu untuk menemukan dia. Seseorang serupa Yuno Gasai.

Flashback

“Pak Jon! Pak!” panggilku sambil mengetuk pintu kamar Pak Jon, tepat sehari setelah kejadian Rara. Pagi ini, 04.00 WIB, begitu bangun tidur, ideku untuk memecahkan masalah teror mengerikan itu muncul seketika.

Gleek.’

Pak Jon keluar, masih dengan sarung yang membalut tubuhnya, dan penampilan kucel khas orang bangun tidur.

“Ada apa, Mbak? Tumben, pagi-pagi udah cari saya?” tanyanya setengah sadar.

“Pak, saya mau lihat rekaman CCTV sekarang juga,” jawabku yang membuat kesadaran Pak Jon meningkat.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang