Wish

2.2K 146 9
                                    

Aku dan Kevin kembali duduk di meja makan untuk melanjutkan kegiatan kami tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku dan Kevin kembali duduk di meja makan untuk melanjutkan kegiatan kami tadi. Jujur, aku canggung. Tapi, sepertinya dia tidak. Melalui ujung mataku, aku bisa melihat dia yang terus mengumbar senyum sambil menatapku di sela-sela kegiatan makannya. Hal itu tentu membuatku semakin tidak nyaman. Bolusku pun sulit untuk melaju di kerongkongan.

Setelah mencoba untuk bersabar selama beberapa saat, kini aku tidak lagi bisa bertahan. Beberapa bagian dari rasa canggung itu bertransformasi menjadi kesal.

“Apaan, sih, Vin?!” seruku ketus, sambil menatapnya tajam.

Kevin justru menatapku geli. Ada sorot mata mengejek disana.

“Emang aku ngapain? Orang dari tadi aku diem aja,” sahutnya tanpa rasa bersalah. Emosiku pun semakin meningkat.

“Terus kenapa ngeliatin aku terus? Risih, tahu!”

“Ihh. Kamu aja yang salting. Masa ngeliatin pacar sendiri enggak boleh?” senyumnya mengembang lebar. Aku pun mengernyit menatapnya. Sesaat kemudian, kualihkan pandangan darinya. Beberapa kali, aku menghirup udara lalu mengeluarkannya secara perlahan, untuk mengatur emosi dan gairah marah-marah karena dia.

“Van, kenapa wajah kamu tadi merah banget, sih?” tanyanya yang membuatku auto menengok ke arahnya dengan tidak santai. Senyumnya masih mengembang dengan baik.

“Oohh, aku tahu. Itu first time, kan?” tuduhnya sambil tersenyum lebar dan menaik-naikkan kedua alisnya. Aku pun kesal dibuatnya.

“Hiih! S..s..sotoi!” kelakku, lalu meneguk air putih di gelasku sambil meliriknya sinis.

Kevin masih dalam ekspresi yang sama. Cengar-cengir.

Tiba-tiba, sesaat setelah aku selesai minum, ia mendekatkan wajahnya padaku dan membuatku menelan ludah kasar. Hening tercipta beberapa saat.

“Mau aku latih supaya kamu enggak canggung lagi kalau kita ngelakuin itu?”

Aku melotot mendengarnya. Ludahku serasa nyangkut di kerongkongan dan membuat efek tersedak muncul. Kupukul-pukul dadaku pelan sambil meminum air putih lagi. Kevin pun tertawa lebar melihat aku yang kelewat salting. Sungguh menyebalkan.

Setelah meneguk air putih, tatapanku tertuju padanya yang masih mengumbar tawa. Kusorot dia dengan begitu tajam. Kalau pupilku bisa mengeluarkan laser, mungkin kepala itu sudah terbelah menjadi dua.

“Dasar Rese!!” seruku lalu bangkit dan berjalan menaiki tangga menuju ke kamarku.

***

Aku duduk di karpet sofa tamu di kamarku, dengan kepala yang aku taruh di meja. Pintu kamar sudah aku kunci untuk menghindari si Rese itu masuk dan kembali menggangguku. Aku merasa bodoh membiarkan dia melakukan itu padaku. Seharusnya aku menghindar tadi.

“Bego bego bego!” gerutuku sambil mengacak rambut dengan kesal.

Aku terdiam dan mencoba menenangkan diri. Bagaimana pun juga, rundown acara saat ini adalah belajar. Jam 10 nanti, aku harus tidur dan bangun jam 2 pagi untuk menemani si Rese itu menyalurkan keinginan narsisnya. Aku menghirup napas dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan. Hal itu kulakukan untuk menetralkan suasana hati dari asamnya kekesalan. Setelah merasa lebih baik, aku mengambil peralatan belajar berupa laptop, binder, tempat pensil, serta buku yang Kak Dika berikan tadi. Aku pun mengumpulkan fokus, dan mulai belajar.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Where stories live. Discover now