Sequel With You ❤
Kevin dan Vanya adalah sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungan mereka, setelah melalui begitu banyak rintangan. Namun, mereka kembali diuji dengan harus menjalani LDR. Kevin yang begitu banyak digandrugi wanita, dan Van...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haru han dal ilnyeonjeumdoemyeon (Bila suatu hari, satu bulan, satutahunberlalu) Seorodareunilsangeulsaraga (Akankah kita menjalanihidup yang berbeda?)
Naneunaniya (Aku tidak) Swibjianeulgeotgata (Tidak akan mudahbagiku) Yeojeonhagedo neon naeharuharureulchaeugo (Tetapsaja, kamumengisi hari-hariku) Ajigeunaniya (Masihbelum) Babocheoreomdoenoeneun na (Kukatakanpadadirikusendiri, seperti orang bodoh) Ipgaemaemdoneunmareulsamkil su eopseo (Aku tidakbisamenelan kata-kata yang ada di mulutku) It’s not fine (Initidakbaik) Ah ah ah ah it’s not fine (Ah ah ah ah initidakbaik)
(Taeyeon – Fine)
“Mbak.. Mbak.. Mbak Vanya.” Suara disertai tepukan pelan di lenganku, membuatku menggeliatkan tubuh. Kelopak mataku kupaksakan untuk terbuka, meskipun kepalaku terasa pening. Berawal samar hingga perlahan jelas, mataku menangkap wajah Bi Ningsih yang sedang terarah padaku dengan raut khawatirnya.
“Kenapa, Bi?” tanyaku lirih.
“Mbak Vanya ndak ke kampus? Udah siang lho, Mbak,” ucap Bi Ningsih mengingatkanku. Aku pun melirik jam beaker yang ada di meja. 08.14 WIB.
“Enggak, Bi. Lagi enggak enak badan,” sahutku dengan warna suara yang sama.
“Hah? Mbak Vanya sakit?” risau Bi Ningsih, lalu menyentuh dahiku dengan telapak tangan kanannya, dengan raut wajah yang tampak menerka-nerka.
“Waduh, kok anget, Mbak? Mbak Vanya pusing, ya?”
“Dikit, Bi,” jawabku seadanya.
“Woalah, tak ambilin kompres, ya, Mbak?” tawarnya.
“Enggak usah, Bi. Ambilin paracetamol sama air putih aja, di kotak obat,” pintaku yang langsung dilakukan oleh Bi Ningsih.
Sesaat kemudian, Bi Ningsih kembali dengan membawa apa yang aku minta tadi. Ia pun membantuku untuk minum obat itu.