Who Are You?

1.5K 128 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haru han dal il nyeonjeum doemyeon
(Bila suatu hari, satu bulan, satu tahun berlalu)
Seoro dareun ilsangeul saraga
(Akankah kita menjalani hidup yang berbeda?)

Naneun aniya
(Aku tidak)
Swibji aneul geot gata
(Tidak akan mudah bagiku)
Yeojeonhagedo neon nae haruharureul chaeugo
(Tetap saja, kamu mengisi hari-hariku)
Ajigeun aniya
(Masih belum)
Babocheoreom doenoeneun na
(Kukatakan pada diriku sendiri, seperti orang bodoh)
Ipgae maemdoneun mareul samkil su eopseo
(Aku tidak bisa menelan kata-kata yang ada di mulutku)
It’s not fine
(Ini tidak baik)
Ah ah ah ah it’s not fine
(Ah ah ah ah ini tidak baik)

(Taeyeon – Fine)

“Mbak.. Mbak.. Mbak Vanya.”
Suara disertai tepukan pelan di lenganku, membuatku menggeliatkan tubuh. Kelopak mataku kupaksakan untuk terbuka, meskipun kepalaku terasa pening. Berawal samar hingga perlahan jelas, mataku menangkap wajah Bi Ningsih yang sedang terarah padaku dengan raut khawatirnya.

“Kenapa, Bi?” tanyaku lirih.

“Mbak Vanya ndak ke kampus? Udah siang lho, Mbak,” ucap Bi Ningsih mengingatkanku. Aku pun melirik jam beaker yang ada di meja. 08.14 WIB.

“Enggak, Bi. Lagi enggak enak badan,” sahutku dengan warna suara yang sama.

“Hah? Mbak Vanya sakit?” risau Bi Ningsih, lalu menyentuh dahiku dengan telapak tangan kanannya, dengan raut wajah yang tampak menerka-nerka.

“Waduh, kok anget, Mbak? Mbak Vanya pusing, ya?”

“Dikit, Bi,” jawabku seadanya.

“Woalah, tak ambilin kompres, ya, Mbak?” tawarnya.

“Enggak usah, Bi. Ambilin paracetamol sama air putih aja, di kotak obat,” pintaku yang langsung dilakukan oleh Bi Ningsih.

Sesaat kemudian, Bi Ningsih kembali dengan membawa apa yang aku minta tadi. Ia pun membantuku untuk minum obat itu.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang