#37. Tentang Hujan

1.6K 150 2
                                    

Ketika tempat yang kita anggap nyaman, berubah menjadi tempat kesedihan bahkan menyakitkan. Ingatlah, hidup itu pilihan, diam, pergi, atau berjalan.
-ANTARA TIMUR DAN BARAT-

💚💚💚

Tujuh hari sepeninggal Ainun, semuanya kembali berjalan seperti semula. Tidak ada duka maupun luka. Namun, tetap saja itu semua tidak merubah sikap Raihan yang masih sangat dingin kepada Syifa. Dan Syifa sudah memasrahkan semuanya kepada Allah.

Kini, cintanya dia biarkan akan berjalan kemana. Syifa hanya percaya, bahwa Allah akan mengaturnya dengan baik.

Saat ini, Syifa sedang berada di sekolah. Seperti biasa dia mengajar kelas 8f. Entah kenapa, Syifa merasa banyak kehilangan. Pertama, dia merasa telah kehilangan Raihan. Memang Raihan ada, tapi tetap dengan sikap Raihan yang seperti ini dia merasa Raihan seperti tidak ada. Kedua, dia kehilangan murid kesayangannya Agatha. Dan yang terakhir, dia kehilangan sosok yang sangat dia sayangi, yaitu kakaknya.

Syifa selalu berdo'a, semoga setelah ini dia tidak merasakan yang namanya kehilangan.

Terkadang, seseorang diberikan ujian yang namanya kehilangan. Supaya dia lebih menghargai apa yang sudah dititipkan kepadanya.

Tidak terasa pelajaran terakhir sudah selesai, semua murid pun sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini jam menunjukkan pukul empat sore. Syifa langsung masuk ke ruangan guru, dan duduk di kursinya.

Masih banyak guru yang duduk di sana, dan Syifa memilih untuk melaksanakan sholat ashar. Selama masih ada waktu.

Setelah melaksanakan sholat ashar sendiri di ruangan guru, entah kenapa kepala Syifa terasa sangat berat. Akhirnya dia pun tertidur.

💚💚💚

Syifa kembali tersadar, tubuhnya terbaring lemah di atas sajadah. Syifa mengucek kedua matanya yang masih terasa berat. Dia lihat cahaya lampu putih sudah menyala, dan suara rintik hujan di luar. Syifa meraba sekeliling, mencari keberadaan ponselnya, dia menyalakannya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Astaghfirullah!"

Syifa terpekik kaget, dia ketiduran selama itu sampai malam seperti ini. Berarti dia sudah melewati sholat maghrib. Astaghfirullah, fikirnya.

Syifa langsung mengambil tasnya dan keluar dari sekolah, untungnya ruangan guru belum di kunci. Di luar, syifa mendapati penjaga sekolah yang sedang berkeliling.

"Bapak, kenapa nggak bangunin saya!" tukas Syifa langsung kepada penjaga sekolah itu.

"Ibu, kok belum pulang?" Penjaga sekolah itupun terkejut dengan kehadiran Syifa.

"Saya ketiduran, Pak. Yasudah saya mau pulang!"

"Hujan deras Bu, ini saja saya lagi nungguin hujan berhenti," ucap penjaga sekolah agar Syifa tidak tergesa-gesa.

"Pekerjaan saya di rumah banyak!" tukas Syifa mengakhiri dia pun menerobos air hujan yang kini sudah membasahi tubuhnya.

Sejak kecil, Syifa paling suka dengan hujan. Hujan selalu memberikan ketenangan baginya. Sebab hujan adalah keberkahan.

Anas bin Malik radhiyallahu'anha menceritakan:
Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah, lalu Rasulullah menyingkap bajunya, lalu Beliau guyurkan badannya dengan hujan. Kami pun bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa Anda  melakukan demikian?" Beliau menjawab: "Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan."

(HR. Muslim: 898)

Setelah lama membasahi tubuhnya di rintik hujan, Syifa pun meneduh di halte bus tempat biasa menunggu bus. Tapi, saat ini Syifa tidak yakin karena bus biasanya tidak datang di malam seperti ini.

Syifa mencoba menghubungi orang terdekat, tapi tidak ada yang mengangkat. Biasanya Citra mau menjemput, tapi entah kenapa telponnya tidak diangkat.

Syifa memilih pasrah menunggu tumpangan. Siapapun yang dia kenal, mungkin dia akan naik. Terpaksa untuk hari ini.

Tak lama Syifa melihat kehadiran mobil sedan berwarna silver akan melewatinya, dia pun langsung menerjang hujan dan melambaikan tangan ke mobil tersebut. Syifa tidak tahu siapa pemilik mobil itu, yang pasti Syifa sangat butuh bantuan untuk bisa sampai di rumahnya.

Setelah melambai akhirnya mobil itu pun berhenti di hadapannya. Syifa langsung menghampiri ke jendela, dan memanggil-manggil.

"Mohon maaf, apa aku boleh ikut?" Syifa merasa sedih karena orang di dalam belum membuka kaca mobilnya juga. Dan hujan deras menutupi penglihatan Syifa, jadinya Syifa tidak bisa melihat siapa orang yang di dalam.

Perlahan kaca mobil yang di ketuk-ketuk Syifa akhirnya terbuka. Dan pergerakkan Syifa, tiba-tiba terhenti. Dia mendapati sang pemilik mobil itu adalah Raihan.

Betapa malunya Syifa saat ini, dia merasa seperti tidak tahu diri bersikap seperti itu padanya. Sedangkan Raihan, hanya menatap Syifa sangat datar.

"Maaf...." lirih Syifa, yang perlahan mundur hendak menjauh.

"Ayo masuk!"

Deg! Bagai disambar petir. Suara Raihan begitu menyeramkan. Bukan, bukan seram, tapi sangat menohok hati. Suaranya sangat dingin.

"Ini hujan, kau bisa sakit nanti. Ayo biar aku antar pulang!"

Sekian lama Syifa mendengar ucapan Raihan yang pendek, akhirnya kini dia bisa mendengarkan lagi ucapan Raihan sepanjang itu.

Syifa masih bergeming, dia ragu untuk ikut, tapi dia juga berpikir kalau pulang malam pasti orang tuanya akan khawatir.

Baiklah, Syifa ikut. Begitu gumamnya. Dia pun segera masuk ke dalam mobil, dan Raihan sudah membukakan pintunya dari dalam. Ketika hendak masuk, tiba-tiba Syifa terhenti. Dia menatap baju dan kerudungnya yang sudah basah.

"Tapi aku basah," ujar Syifa.

"Nggak apa-apa!" jawab Raihan datar. Dengan pasti Syifa pun masuk ke dalam. Tak lama mobil pun langsung melesat pergi.

Selama di dalam mobil, tidak ada pergerakkan sama sekali di antara mereka. Syifa masih bergeming, sedang Raihan tetap fokus menatap jalanan.

Hachiimm!..hachiimm!

Suara bersin Syifa membuyarkan keheningan di antara keduanya. Jujur Syifa sangat malu jadi begini, supaya tahan dari semuanya, Syifa hanya menahan hidungnya agar tidak mengeluarkan suara itu lagi.

Tiba-tiba Raihan memberhentikan mobilnya di depan sebuah warung, "Tunggu di sini!" pintanya lalu meninggalkan Syifa.

Kini Syifa sudah tenang karena Raihan sudah keluar. Dia pun langsung menuntaskan pilek yang melanda hidungnya. Setelah selesai, Syifa kembali terlamun dengan suasana hujan yang masih deras.

"Hujan adalah waktu mustajab untuk berdo'a," pikir Syifa.

"Ya Allah, aku ingin—"

Klik..

"Raihan!"

Syifa terpekik ketika mendapati Raihan sudah masuk ke dalam mobil dengan membawa dua minuman hangat.

"Ini, untukmu." Raihan menyodorkan satu gelas minuman hangat.

Dengan ragu Syifa mengambilnya, "Terima kasih," jawabnya.

Raihan sama sekali tidak membalas ucapan Syifa, ia kembali menjalankan mobilnya sambil sesekali meminum minumannya.

Setelah berlama-lama membeku dalam keheningan, akhirnya rumah Syifa sudah bisa terlihat dari dalam mobil. Raihan memberhentikan mobilnya di pinggir halte, sebab tempat itu biasanya Raihan hanya mengantarkan Syifa.

"Terima kasih," Syifa melepas sealtbeltnya dan langsung keluar. Raihan sama sekali tidak membalas ucapan Syifa. Setelah keluar, Syifa langsung berlari masuk ke dalam pesantren, tidak peduli kalau dia harus menerobos hujan lagi.

Sepeninggal Syifa, Raihan langsung menyalakan mesin mobilnya, "Kembali kasih," balas Raihan dan berlalu pergi dari tempat itu.

💚💚💚

Jangan lupa baca Qur'an hari ini😇

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang