#18. Bulan itu, Kamu!

1.9K 157 0
                                    

        Untuk menemuimu, aku harus menunggu surya untuk terbenam. Dan untuk melihat cahayamu, aku harus sabar menatap awan hitam yang tergenang. Itulah prosesku untuk mendapatkanmu, Bulan.
       -ANTARA TIMUR DAN BARAT-   

                            💚💚💚

Di bawah sinar bulan, seseorang terus memandang cahayanya. Baginya, bulan begitu menenangkan. Langit malam begitu menyejukkan. Dan baginya, suasana seperti inilah yang dapat mengisi malamnya. Syifa, hanya dia seseorang seperti itu. Yang menanti bulan di balik jendela kamarnya. Yang menatap bulan demi mendapat cahayanya.

Syifa terus memandang bulan tersebut, dan tak henti-hentinya tersenyum. Tanpa dia sadar, bahwa tingkahnya sedang dimata-matai oleh seseorang di bawah.

"Syifa!" panggilnya.

Syifa sontak terpekik kaget, dan langsung mengarah pada suara bariton yang terdengar dari bawah. Syifa menyipitkan kedua matanya, untuk memperjelas pandangannya.

"Raihan?" pekik Syifa.

Syifa lantas segera berdiri, dan melihat-lihat ke arah manapun, takutnya ada seseorang yang melihatnya.

"Mau apa?" tanya Syifa pelan, dan itu sama sekali tak terdengar oleh Raihan.

"Apa?" tanya Raihan sambil mengedikkan bahu.

Syifa mulai gelagapan, bingung karena dia harus apa. Jika dia turun dan menemui Raihan— dia takut terpergoki orang-orang, apalagi sampai umi dan kakaknya.

"Tidak, tidak!" lirih Syifa.

Syifa mulai memberanikan diri, dia pun segera turun dari kamarnya, untuk menemui Raihan. Syifa berjalan keluar dengan sangat pelan, agar suaranya tak terdengar oleh Umi dan Kakaknya. Akhirnya, Syifa dapat keluar dengan tenang tanpa dilihat siapapun. Dia segera menemui Raihan di depan, dan di sana Raihan hanya sedang memandang Bulan.

Syifa mendekatinya, dan dia dapat melihat dengan jelas wajah Raihan yang begitu indah karena tersinari cahaya bulan.

Seketika tubuh Syifa membeku di tempat, hatinya luluh dihadapkan dengan seseorang yang benar-benar sangat dia cintai. Namun sekali lagi Syifa tersadar, bahwa hal ini adalah kemurkaan bagi Tuhannya.

"Syifa, kamu ngapain ke sini?" tanya Raihan.

Syifa tersentak dari lamunnya, dan menatap Raihan gugup.

"Aku gak nyuruh kamu untuk turun," lanjut Raihan.

Syifa merasa dirinya sedikit malu dengan ucapan Raihan tadi, benar memang— Raihan sama sekali tak menyuruhnya untuk turun, dan kenapa dirinya malah menghampiri Raihan.

"Tapi gak apa-apa deh, kalau itu maumu," ucap Raihan.

Syifa hanya bisa tersenyum, dan terus menundukkan kepalanya.

"Kamu ngapain di luar, ini kan sudah tengah malam," tanya Syifa masih dengan kepalanya yang tertunduk.

Raihan melepas pandangannya ke arah Bulan, "Ingin melihat Bulan." jawabnya.

Kepala Syifa perlahan terangkat menatap Raihan, "Tapi santri dilarang keluar ditengah malam seperti ini," ujar Syifa.

Raihan kembali menatap Syifa, "Iya, aku tahu. Tapi aku rindu Bulan," ucap Raihan yang masih terus memandang Syifa.

Syifa kembali menunduk, "Aku mau masuk kamar aja yah," pinta Syifa, setelah itu dia mulai melangkah pergi.

Namun, tiba-tiba tangan Raihan menghentikan langkah Syifa. Syifa terpelonjak, ketika melihat tangannya yang digenggam Raihan.

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang