#28. Kembalinya masalalu

1.4K 150 1
                                    

Lima tahun berlalu, saat ini usiaku 25 tahun. Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Setelah lulus S1 kedokteran dan mendapatkan gelar S.Ked., aku menjalani program profesi atau istilah lain yang disebut KOAS. Dalam tahap ini aku mengimplentasikan ilmu yang sudah kudapat dikuliah kedokteran dan akan dirotasi dari bagian kebagian rumah sakit untuk mempelajari kasus-kasus dokter umum.

Setelah menyelesaikan semua rotasi, tahapan selanjutnya adalah aku mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Setelah selesai menyelesaikan ujian itu, aku sudah bisa dinobatkan sebagai dokter. Aku sudah diwisuda sekali lagi untuk mendapat gelar dokter. Dan mengikrarkan sumpah sebagai seorang dokter. Walaupun sudah jadi dokter, aku masih belum bisa membuka praktek sendiri. Sebab aku harus melakukan internship di rumah sakit demi mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Profesi (SIP).

Semua itu kulakukan secara beruntun dalam waktu empat tahun lebih. Aku berusaha melakukan semua walaupun pikiran dan hatiku tidak sepenuhnya memacu kepada pekerjaanku. Tapi itu semua kulakukan demi membahagiakan adikku. Dan seperti apa yang mendiang kedua orangtuaku pinta, dahulu mereka menginginkanku menjadi dokter. Walau sebenarnya aku hanya ingin meneruskan perusahaan ayahku. Namun, ayahku melarangku. Sebab sebagai pewaris saja tidak bisa membuktikan apa-apa. Dan hasil dari pewarisan ayahku itulah, aku bisa menjadi dokter seperti ini.

Saat ini aku sedang berada di ruanganku. Di rumah sakit ini, aku mengemban profesi sebagai Dokter spesialis Bedah Onkologi. Tak butuh waktu lama, Dokter onkologi selama satu hari dapat melakukan bedah bisa hingga lima kali. Menimang banyaknya pengidap penyakit semisal tumor dan kanker yang menyerang tiap harinya.

Jika cita-citaku saja sudah tercapai, lalu apalagi yang akan kulakukan untuk selanjutnya? Apakah aku harus turun untuk memperjuangkan hal yang dahulu sulit kudapat, yaitu cinta?

Klikk...

Suara knop pintu terbuka berhasil membuat lamunanku terbuyar. Aku menghadap ke arah suara tersebut, kudapati asistenku Dimas sedang membawakan minuman.

"Ini untuk Tuan," ucapnya sembari menaruh ke atas meja.

"Sudah kubilang beberapa kali, jangan panggil aku tuan. Aku merasa sudah tua, padahal aku masih muda," jawabku sambil meminun minuman tersebut.

"Hehe, iya Raihan."

Aku menaruh minuman itu lagi, "Aku harus menjemput adikku. Aku titip semuanya," pintaku lalu beranjak.

"Siap!" jawabnya.

Aku segera keluar dari ruanganku menuju sekolah Agatha. Setiap harinya disaat aku sudah menjadi dokter, aku masih punya waktu untuk menjemput Agatha. Tidak saat masih kuliah, untuk menjemputnya saja aku sangat jarang. Sebab pulang kuliahku lebih lama darinya.

Setibanya di mobil, aku segera menyalakan mesin dan bergegas menuju sekolah Agatha.

                           💚💚💚

Lima tahun berlalu begitu cepat. Tak terasa ternyata saat ini aku sudah duduk di kursi guru. Berada di depan murid-murid, dan mengajarkan mereka. Ini adalah tahun pertamaku mengajar sebagai guru pendidikan agama di smp. Aku mengajar agama untuk kelas tujuh dan delapan. Dari sekian banyaknya siswa/i yang beragama islam, memang aku agak sedikit sulit mengajarkan satu siswi yang beragama non muslim. Tapi untungnya, siswi ini sangat paham dengan apa yang aku jelaskan. Dia tetap menjadi gadis yang pintar.

Beruntungnya lagi, ini bukanlah kali pertama aku mengenalnya. Melainkan lima tahun yang lalu, aku bertemu dengannya saat dia masih berusia delapan tahun dan kelas 3 sd. Dia adalah Agatha. Sekarang dia tumbuh sebagai siswi smp, kelas delapan. Gadis cantik ini tumbuh dewasa, dan entah takdir apa yang menyatukan kami untuk bertemu lagi.

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang