"Kalo mau pergi atau ada apa-apa telfon aku, oke?"

Fiona mengangguk. Gadis itu sudah hapal betul setiap perkataan suaminya karena cowok itu terus mengulang kalimat yang sama.

"Hati-hati" kata Fiona setelah Bayu melepaskan pelukannya. Bayu kembali mendaratkan kecupannya di kening Fiona.

"Kamu juga, sayang. Jangan ceroboh lagi" Bayu menasehati. Fiona mengangguk menyanggupi.

Fiona melambaikan tangannya seiring Bayu memasuki mobilnya dan berlalu dari sana.

Gadis itu menghela napas panjang. Senyumannya perlahan menghilang dan bergantikan dengan raut wajahnya yang sedih.

"Waktu menyakiti kita"

☃☃☃

Reyhan kini tengah fokus membaca buku tebal di halaman kampusnya. Tentu saja ia tengah mendalami ilmu kedokteran yang tengah ia geluti saat ini.

Cowok itu lebih memilih menyibukkan dirinya untuk mempelajari ilmu kedokteran ketimbang bermain atau bahkan sekedar nongkrong bersama teman-temannya. Waktunya ia gunakan untuk belajar dan mengurus rumah sakit. Bagaimanapun juga ia memiliki tanggung jawab besar terhadap pasien.

Kegiatannya pun terganggu ketika ia merasakan pelukan tiba-tiba dari arah belakang. Reyhan menoleh lalu menghela napasnya melihat keberadaan Calista di sana.

"Lepas, Ta" ujar Reyhan sembari menyingkirkan tangan Calista dari tubuhnya.

Calista mendengus. "Kenapa sih?" tanyanya. Gadis itu berjalan memutari bangku panjang lalu mendudukkan dirinya di samping Reyhan.

"Gue risih" jaeab Reyhan.

"Dan waktu jugalah..."

Calista terdiam. Gadis itu menatap Reyhan yang kembali fokus pada kegiatannya. Sadar atau tidak jika perkataannya barusan sudah menyinggungnya.

Reyhan memang terpukul atas kepergian Arkan. Calista bahkan bersusah payah mengembalikan sifat Reyhan seperti semula lagi. Tidak mudah membujuk cowok itu untuk mengikhlaskan kepergian adiknya. Maura pun demikian.

Seharusnya kenangan itu untuk kita simpan, bukan menjadikannya sebagai bahan untuk kesedihan belaka.

Tidak Maura saja yang terpukul dan kehilangan cowok dingin itu. Keluarganya pun serupa, seperti Reyhan. Sejak peristiwa itu Reyhan terus giat belajar mendalami ilmu kedokteran dan mungkin saat ini cowok itu sudah menguasai semuanya.

Alasannya? Katanya dia tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Meski waktu berputar kembali ke masa itu. Reyhan akan melakukan apa yang menurutnya pantas untuk di lakukan.

Mereka yang di tinggalkan sampai saat ini mungkin masih merasakan kesedihan yang mendalam dan sulit melupakan kenangan itu. Namun Calista percaya, seiring berjalannya waktu mereka pasti mampu untuk melupakannya.

Hanya menunggu waktu dimana kelak akan ada seseorang yang menggantikan kenangan lalu dengan kenangan baru.

Calista menghela napas panjanganya membuat Reyhan menoleh ke arahnya dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Gue bosen" ujar Calista.

"Jalan lah" balas Reyhan cuek lalu kembali menatap bukunya.

"Sama lo ya, gimana kalo balik ngampus kita ke--"

"Gak bisa! Gue harus ke rumah sakit" potong Reyhan, membuat Calista kembali menghela napas.

"Ngapain lagi ke rumah sakit?"

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now