15. EPISODE KELIMA BELAS : MENDALAM

31 9 3
                                    

Invitation

Aku melihat lurus ke depan. Pemandangan taman sekolah yang sering kutemui. Aku duduk sendirian beralas rumput, di bawah kanopi pohon besar yang membuat rimbun suasana. Banyak murid yang juga duduk bemalas-malasan. Sebagian membaca buku, mengobrol dengan teman, bercengkrama dengan kekasih, dan makan. Aku tersenyum sambil meminum soda kalengan, menonton teman-teman berebut bola di lapangan tak jauh dari taman

Hmh... aku kenal wangi parfum ini. Kurasakan sebuah tangan menyentuh pundakku. "Ada apa Nick?"

"Undangan." ucapnya dan ikut duduk di sebelahku. Dia menyodorkan dua amplop. Amplop pertama berwarna emas bergambar dua tangkai bunga tulip dan amplop kedua berwarna oranye gelap.

Aku mengambil dua benda itu dan menatap Nick. "Dua buah?"

"Satu dari Ben..." dia menunjuk amplop berwarna emas.

Aku tidak perlu membukanya pasti isinya undangan pernikahan.

"Satu lagi dari Sam." dia menunjuk amplop berwarna oranye gelap. "Dia ingin kau hadir di acara penghargaan di kantor. Nanti akan ada Mr. dan Mrs. Knight juga."

Aku membelalak. "Hadir di... apa? Bersama orang tuanya?!"

Nick mengangguk. "Dia berniat mengakrabkan kau dengan orang tuanya. Tidak kusangka, Sam benar-benar serius padamu." Nick tersenyum. "Siap-siap saja untuk dilamar." dia menepuk bahuku.

Aku menggeleng lemah. "Aku masih takut bertemu dengannya. Aku tidak sanggup melihat tatapan kecewanya setiap kali bertemu denganku. Aku merasa menjadi orang paling jahat terhadapnya."

"Sebenarnya, dia memang kecewa dan marah padamu saat itu. Dia juga sangat terpukul. Karena dia pikir, kau tidak jujur padanya. Dia mencintaimu sepenuh hati, sedangkan kau justru mencintai kakaknya secara diam-diam. Dia kecewa pada ketidakjujuran yang kau lakukan terhadap dirimu sendiri. Dia benar-benar menyayangkan hal itu." Nick mengambil minumanku dan menenggaknya. "Aku yakin, hatinya pasti lebih sedih mengetahui penderitaan cinta sepihakmu selama ini pada Ben. Sam sangat sayang padamu. Cintamu pada Ben, tidak sebesar cinta Sam padamu. Aku harap, kau tidak menolak undangan itu dan bersedia menemaninya di acara penghargaannya nanti." Nick bangkit lalu berjalan menuju sekelompok siswi junior.

Aku hanya memandangi dua undangan di tanganku. Aku jadi ingin amnesia selamanya dan menghilangkan ingatan tentang Sam dan Ben.

Makan Siang

Jam besar Global Metropolis School berdentang. Waktu makan siang tiba. Aku ke kantin untuk membeli air mineral dan susu cokelat. Bergegas keluar gedung sekolah sambil menenteng bekal. Semoga Sam belum menjemput Josh. Aku menyeberangi jalan raya. Kulihat murid balita di TK mulai keluar dan menggandeng orang yang menjemput mereka sambil mengembangkan senyum. Aku masuk halaman sekolah dan berdiri di dekat ayunan, tempatku biasa menemani Josh makan siang.

"Josh!" aku melambai senang saat kulihat balita berumur hampir tiga tahun itu berlari ke arahku. Tangannya membawa selembar kertas.

Aku membungkuk dan memeluknya. Aku sangat merindukannya. Kukecup kepalanya berkali-kali lalu kami duduk berdua di ayunan panjang.

Dia tersenyum lebar dan menyerahkan kertas yang dipegangnya sejak tadi. Ternyata sebuah gambar.

"Daddy..." dia menunjuk gambar yang menurutku adalah laki-laki. "Mommy..." dan menunjuk gambar perempuan.

Aku mengangguk-angguk dan tersenyum pahit. Aku benar-benar kalah. Kalah terhadap hal yang aku pun tidak berani untuk memulainya.
"Hhhh..." aku hanya menarik napas berat. Senyum malaikat Josh membuatku agak membaik.

LOVE AT THE NEIGHBORHOODWhere stories live. Discover now